Sejarah Dibalik Nama Desa Cepokorejo Tuban, Bersamaan Mekarnya Bunga Cempaka

Kontributor : Nur Qur'ani Mulia*

blokTuban.com - Sejarah Desa Cepokorejo menjadi bagian penting dan perlu diketahui oleh masyarakat pedesaan di Kabupaten Tuban. Desa yang saat ini dipimpin oleh Yaskur selaku Kepala Desa Cepokorejo periode 2019-2025 itu dulunya adalah seorang petani.

Menurut Suyatno (42 tahun) selaku PLT Sekdes Desa Cepokorejo mengatakan bahwa sejarah Desa Cepokorejo bermula dari adanya Mbah Buyut dan Nyai Buyut yaitu sepasang suami istri yang sedang mencari kayu di suatu daerah yang saat ini dinamakan Desa Cepokorejo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, Senin (03/04/2023).

Pada zaman dahulu, ada sepasang suami istri yang sedang mencari kayu bakar di hutan belantara. Singkat cerita di tengah hutan belantara sepasang suami istri itu merasa kehausan. Akhirnya setelah lama mencari sumber air, barulah sepasang suami istri itu menemukan sebuah lubang ditengah sungai yang sedang mengering, namun ada airnya yang dapat diminum. Kemudian lubang yang ada airnya itu dinamakan Sumur Ngumpak yang sampai saat ini masih ada.

Setelah hampir malam, Mbah Buyut dan Nyai Buyut itu sampai di hutan yang banyak ditumbuhi oleh pohon waru yang sangat lebat. Akhirnya mereka memutuskan untuk bermalam dan menetap di kegelapan hutan waru tersebut. 

“Karena hutan itu sangat banyak sekali pepohonan Waru, maka daerah itu dinamakan WARU yang saat ini menjadi salah satu Dusun Desa Cepokorejo,” Ujar PLT Sekdes Desa Cepokorejo kepada blokTuban.com.

Untuk memenuhi kebutuhan memasak, mandi, dan lain-lain, lanjut Suyatno maka Mbah Buyut membuat sumur. Karena sumur yang dibuat sangat besar, maka sumur tersebut diberi nama Sumurgung atau Sumur Gedhe dan saat ini masih ada di tengah-tengah Dusun Waru.

Setelah menetap di Dusun Waru, akhirnya mereka mempunyai 2 orang anak yaitu laki – laki dan Perempuan. Setelah tumbuh dewasa anak perempuan tersebut berumah tangga yang kemudian diperintahkan untuk membuka pekarangan dan mendirikan rumah sendiri, kemudian daerah itu diberinama CAPER. Sedangkan anak laki – laki tersebut membuka pekarangan disebelah barat saudaranya yang di Caper. 

Lebih lanjut, setelah bekerja membuka lahan pekarangan yang dibukanya tersebut banyak ditemukanya batu karang. Sang anak kemudian bicara dengan Mbah Buyut bahwa tanah yang dibukanya itu banyak karangnya. Maka Mbah Buyut memberi nama daerah itu KARANGLOR, karena letaknya di sebelah utara Dusun Waru. 

Dikisahkan pula, ada seseorang yang babat alas (membuka lahan baru di gundukan tanah) yang disekitar tanah tersebut dikelilingi oleh aliran sungai dan hamparan air. Dengan berjalanya waktu sedikit demi sedikit akhirnya banyak orang yang datang di gundukan tanah tersebut untuk menetap dan membuka lahan pekarangan sebagai tempat tinggalnya. 

Di tanah gundukan tersebut banyak ditumbuhi pepohonan Randu yang sangat tinggi dan besar – besar, akhirnya beberapa orang yang sudah menetap di tempat tersebut memberikan nama tempat itu sebagai RANDUGENENG.

“Iya dinamakan Randugeneng itu karena banyak pepohonan Randu dan tempatnya yang geneng atau tinggi. Saat ini tempat itu dinamakan sebagai Dusun Randugeneng yang letaknya di sebelah timur Desa Pliwetan,” Ujarnya.

Setelah ke empat daerah itu terbentuk, Mbah Buyut berinisiatif untuk mempersatukan keluarganya. Dari rembukan tersebut putra putrinya saling ngotot mempertahakan pendapatnya masing-masing. Tanpa di sadari di sekitar tempat yang dibuat untuk berembuk itu banyak bunga yang bermekaran. Bunga tersebut adalah bunga Cempoko. Akhirnya Mbah Buyut mempunyai gagasan bagaimana kalau ke empat daerah ini kita beri nama CEPOKOREJO. 

“Nah, jadilah nama Desa Cepokorejo yang terdiri dari 4 Dusun, yaitu Dusun Waru, Dusun Caper, Dusun Krajan Karanglor dan Dusun Randugeneng,” tutupnya. [Lia/Ali]

 

Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS  

 

*: Penulis merupakan mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura yang magang di kantor redaksi blokTuban.com di Jalan Pramuka II No.19 kelurahan Sidorejo, Tuban.