ampir dipastikan, nama jajanan gemblong tidak masuk di daftar menu pilihan penikmat kuliner di Tuban. Kalaupun ada, kita hanya bisa menemukan di pasar tradisional atau penjual sayur keliling.
Pada era modernisasi saat ini, jajan tradisional yang bertahan dan cukup eksis di tengah masyarakat masih dapat dijumpai. Salah satu di antaranya, kue gemblong asal Desa Compreng, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban.
Memiliki tekstur empuk, kue gemblong asal Desa Compreng, Kecamatan Widang memiliki tempat sendiri di kalangan pecinta jajan tradisional di Kabupaten Tuban.
Setelah tiga hari memblokade jalan masuk menuju Sumur Albatros 001 (ABP 001) di Desa Jamprong, Kecamatan Kenduruan, Kabupaten Tuban, Jawa Timur akhirnya Radi membuka jalan dengan menyingkirkan bambu yang terbentang di tengah jalan, Kamis Sore (13/10/2016).
Untuk menjaga dapur tetap mengepul, produsen gemblong asal Desa Compreng, Kecamatan Widang membutuhkan bahan baku beras ketan belasan kilogram setiap harinya.
Pembebasan tanah untuk jalan menuju lokasi pemboran di Lapangan eksplorasi Sumur Albatros Putih 001 (ABP) Jamprong rupanya masih menyisakan masalah antara pemilik lahan dan Pihak Pertamina EP Aset IV Field Cepu.
Ketika melintas di jalan nasional, Widang-Tuban sejumlah produsen dan penjual gemblong mudah ditemukan.Memang, kue gemblong yang masuk daftar jajanan pasar tradisional di Kota Tuban ini masih menjadi favorit masyarakat, bahkan menjadi ladang pekerjaan bagi mereka.
Bupati Bojonegoro Suyoto mengapresiasi terbitnya buku "Sisi Lain Orang Migas" yang dilaunching di Hotel MCM Bojonegoro, Senin (10/10/2016). Kang Yoto begitu dia disapa, datang dengan didampingi DPR RI dari Dapil IX Kuswiyanto.
Angin telah menggelepar, sunyi meruah tanpa menerka, pucuk dahan Ketika malam telah rebahkan jubah hitamnya, aku selalu siap menanti kedangan suami tercinta dengan wajah sumringah dan aneka masakan kesukaanya agar lelahnya usai bekerja tersibak oleh sambutanku. Ketika jam dinding telah menunjukkan pukul 21.00 WIB dan ia sebelumnya tidak memberikan kabar akan pulang terlambat, maka gundah akan menyelubung takut terjadi sesuatu padanya. Ketika langkah kakinya memasuki pintu depan, kusambut ia dengan senyum simpul sambil kubawakan tas kerjanya. Ia selalu menyapa hangat atas apa yang aku lakukan dan mencium kening adalah kebiasaan yang tak bisa tertinggal.
Kutulis kisahku dalam lukisan nyata, entah itu akan abadi atau hanya menjadi goresan usang yang akan terlupakan begitu saja. Yang jelas saat ini aku hanya bisa bercerita pada langit, hmm yang bagiku sudah tak sebiru bulan lalu. Kau tahu bulan lalu? ya, bulan dimana pancaran sinarnya berselimut kesyahduan. Tapi tidak dengan sekarang, bercerita pada langitpun aku tak sanggup. Karna setiap aku ingin mengutarakan maksudku, air langitpun seperti memberi isyarat. Entah apa, yang jelas aku masih belajar mengejanya. Jangankan air langit, kadang awan hitampun memberikan nyanyian, cukup merdu dan cukup membuatku tak berhenti untuk berpikir lebih dalam lagi.