“Gemblong, bisa jadi salah satu nama jajanan yang tidak lagi populer di tengah masyarakat. Meski rasanya enak, sekarang sudah tidak begitu familiar di lidah. Meski lekat sebagai jajanan tradisi masyarakat, namanya kian terhapus dari ingatan kaum muda,”
Reporter: Dwi Rahayu, Edy Purnomo
blokTuban.com - Hampir dipastikan, nama jajanan gemblong tidak masuk di daftar menu pilihan penikmat kuliner di Tuban. Kalaupun ada, kita hanya bisa menemukan di pasar tradisional atau penjual sayur keliling.
Meski penggemarnya masih tergolong banyak, produsen gemblong di Kabupaten Tuban sudah jarang sekali ditemukan. Salah satu desa yang masih konsisten menghasilkan gemblong sebagai jajanan masyarakat adalah Desa Compreng, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban.
Masih tergolong mudah menemukan pembuat gemblong di desa yang terletak tepat di pinggir Jalur Pantura Tuban-Surabaya itu. Sejumlah warung yang ada di pinggir jalan nasional itu juga menyediakan jajanan gemblong yang didapat dari produsen desa setempat.
Gemblong atau jadah, memang masih masyhur di Desa Compreng. Sejak dulu sampai sekarang, warga masih setia menjadikan produksi gemblong sebagai salah satu mata pencaharian. Tidak sebatas itu, produsen di Desa Compreng memang terkenal piawai memproduksi gemblong dengan rasa yang khas dan lezat.
“Intinya adalah menggunakan beras ketan dan kelapa dengan kualitas yang bagus,” jelas Rapi (58), salah satu produsen gemblong di Desa Compreng.
Kepala Seksi Kemanan dan Ketertiban (Kasi Trantib) Desa Compreng, Jasmono, yang sudah sejak kecil berada di Desa Compreng menjelaskan produksi sudah dilakukan lama. Ketika dia kecil, bahkan sudah akrab dengan makanan gemblong. Begitu juga dengan anak-anak dan masyarakat lain di Desa Compreng.
"Karena tidak menggunakan pengawet atau bahan lain yang mengandung kimia, teksturnya juga lembut, gurih dan aroma khas dari daun pisang menjadi ciri gemblong Compreng," jelas Jasmono.
Kualitas jajanan ini tergantung pada bahan dan proses pengolahan. Pembuat gemblong mempertahankan proses peroduksi menggunakan tangan. Serta penggunaan alat tradisional seperti alu dan lesung sebagai penumbuk bahan. Penggunaan alat tradisional, meskipun sekadar sebagai wadah, akan berpengaruh pada cita rasa jajanan berbahan dasar ketan yang dihasilkan.
"Pakai sak (karung, reda) yang khusus digunakan alas menumbuk. Kalau berbau plastik rasanya kurang enak," ujar Rafi, yang berbaik hati menjelaskan cara pembuatan gemblong di Compreng.
Wanita kelahiran 1958 silam tersebut, membeberkan resep lain kenapa kue gemblong buatannya terkenal gurih dan empuk. Beras ketan kualitas super, kata Rapi harus direndam air selama kurang lebih lima jam. Proses itu sangat mempengaruhi proses-proses selanjutnya.
Setelah direndam sesuai waktu yang ditentukan, beras ketan kemudian dikukus dalam dandang (wadah besar dari alumunium) di atas perapian. Setelah proses ini selesai, ada dua macam proses yang memerlukan perlakuan berbeda. Yakni teknik untuk pembuatan gemblong basah atau gemblong goreng.
"Kalau gemblong basah (ketika setengah proses mengukus, red) diberi parutan kelapa dan aresnya (santan, red) sedangkan untuk gemblong goreng tidak," kata Rapi.
Selesai dikukus, beras ketan yang sudah pulen kemudian diletakkan pada alas bersih dan ditumbuk hingga lembut dan empuk. Gemblong basah mendapat perhatian khusus lagi dengan dibungkus daun pisang seukuran kepalan tangan memanjang, sementara gemblong goreng dibentuk pipih melebar dan disimpan untuk dijadikan varian pilihan.
"Gemblong basah hanya bertahan sehari, sehingga produksi dilakukan setiap hari dengan jumlah terbatas," tambahnya.
Produsen gemblong biasanya mulai beraktivitas sejak pukul 00:00 malam dan mulai menjualnya sejak pukul 02:00 dini hari. Karena selain memenuhi kebutuhan pelanggan, jajanan ini juga menjadi salah satu jujugan para sopir truk yang kebetulan berhenti di pinggir Jalur Pantura.
Jajanan Nikmat Lekat Tradisi
Legitnya gemblong masih menjadi teman setia di acara tradisi yang digelar masyarakat. Contohnya adalah tradisi "gemblongan", yang dijalani sebelum melakukan pernikahan. Gemblong menjadi makanan wajib yang harus ada di acara gemblongan, teksturnya yang empuk dan cenderung lengket sering dikonotasikan sebagai perekat hubungan antara pria dan wanita ketika mereka sudah menikah.
"Istilah orang kebanyakan itu digemblong, biasanya orang yang hendak menyatukan hubungan diawali dengan pertemuan kedua keluarga mempelai dengan membawa jajanan gemblong," jelas Pelaksana Tugas (Plt) Kades Compreng, Maftuchin Riza, menjelaskan.
Produksi gemblong, kata Riza, sudah berjalan lama. Kini sudah menjadi ikon desa mesti belum dikenal secara luas. Usaha rumahan yang dijalankan sejumlah warga itu telah berlangsung sejak beberapa dekade yang lalu.
"Karena dideplok (ditumbuk, red) dengan halus menghasilkan gemblong empuk yang langsung lumer di mulut," jelas Riza berpromosi.
Karena itulah, pemasaran gemblong tidak hanya mengandalkan dari sopir truk yang melintas di Pantura, pelanggan pasar, ataupun dengan berkeliling. Tradisi gemblongan yang sering dilakukan masyarakat di waktu-waktu tertentu, juga cukup membantu pemasaran. Banyak orang yang sedang mempunyai hajat memesan di desa ini.
"Pemesan biasanya datang membawa nampan khusus untuk diisi gemblong sesuai permintaan," kata Marto (66), salah satu pembuat gemblong. [dwi/pur/col]