Enam Sikap UINSA Surabaya dan UNM Malang Beserta PTKIS se-Jatim Atas Tragedi Kanjuruhan

Reporter : Ali Imron

blokTuban.com - Tragedi Kanjuruhan pada tanggal 1 Oktober 2022 bukan hanya tragedi sepak bola. Lebih dari itu, ia adalah tragedi kemanusiaan. Tragedi Kanjuruhan dengan korban jiwa sebanyak 125 orang, 406 orang luka ringan, 30 orang luka sedang, dan 29 orang luka ringan berdasarkan keterangan Kadiv Humas Polri per 4 Oktober 2022 adalah tragedi yang mengoyak nilai-nilai kemanusiaan kita semua. 

Tidak ada satu event sepak bola yang memakan korban dengan jumlah yang begitu fantastis sepanjang sejarah sepak bola tanah air, bahkan dunia. Sekalipun demikian, tragedi dan kesedihan ini tidak akan melemahkan dan memecah belah kita sebagai bangsa. 

Sepak bola adalah olahraga yang selama ini telah berhasil menyatukan kita sebagai bangsa di tengah dorongan segelintir orang yang hendak memecah belah dengan isu-isu agama, ras, suku, dan golongan. 

"Ada saat-saat di mana kita berhadapan antara satu dengan yang lain untuk memperoleh kemenangan. Namun, semangat persatuan kita sebagai bangsa pada akhirnya memanggil kita untuk bergandengan tangan saling menguatkan di saat saudara-saudara sebangsa kita sedang dirundung duka dan kemalangan dalam Tragedi tersebut," ujar Prof. Akh. Muzakki, Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya dalam keterangan resminya, Sabtu (8/10/2022). 

Untuk mengenang korban tragedi Kanjuruhan, pimpinan dan civitas akademika Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya bersama dengan pimpinan dan civitas akademika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang beserta seluruh pimpinan dan civitas akademika Perguruan Tinggi Keislaman Swasta di lingkungan Kopertais Wilayah IV menggelar doa dan tahlil untuk korban dan keluarga korban. 

Baca juga :

Asprov PSSI Jatim Hentikan Sementara Liga 3

Ketahui Efek dan Cara Melindungi Diri Apabila Terpapar Gas Air Mata

Bantai Guam 14-0, Tim U-17 Indonesia Persembahkan Kemenangan untuk Korban Kenjuruhan

Acara tersebut diikuti oleh ratusan civitas akademika ini dilakukan secara daring mulai pukul 19.30 WIB ini diikuti oleh ratusan peserta. Doa bersama tersebut merupakan wujud solidaritas PTKI se-Jawa Timur terhadap korban dan keluarg korban Tragedi Kanjuruhan.  

"Makna persaudaraan dan pentingnya solidaritas kepada saudara sebangsa dalam menanggung kedukaan," sambung Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Prof. Dr. M. Zainuddin. 

Acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa tahlil yang dipimpin oleh Dr. KH. M. Isyroqun Najah, Wakil Rektor IV UIN Maliki Malang. Acara tahlil ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Dr. KH. Abdul Aziz, Rektor Universitas Zainul Hasan Genggong Kraksaan Probolinggo, yang juga Ketua Forum Pimpinan PTKIS se-Jawa Timur.

Dalam acara ini juga dibacakan pernyataan sikap oleh ketiga rector tersebut secara bergantian. Tepat pukul 20.30 WIB acara Doa dan Tahlil untuk Korban Tragedi Kanjuruhan usai setelah ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Prof. Dr. KH. Saiful Jazil, M.Ag., Kepala Ma’had UINSA Surabaya.

Selain doa bersama dan tahlil, mereka juga menyatakan enam sikap atas tragedi Kanjuruhan, berikut ini:

 

1. Duka cita yang mendalam kepada korban dan keluarganya, baik yang meninggal  maupun yang luka-luka,  atas tragedi yang menimpa, karena tidak ada sepakbola yang lebih berharga dari nyawa manusia.

2. Menyerukan kepada semua pihak untuk memperkuat solidaritas dan memberi  dukungan dan bantuan terhadap korban dan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan. 

3. Menyerukan kepada pihak-pihak tertentu untuk tidak memanfaatkan tragedi ini demi kepentingan sempit dan sesaat bagi kelompok tertentu, di mana hal itu merupakan perilaku “mengail keuntungan di atas kesedihan orang lain” yang sungguh nista. 

4. Meminta kepada pihak-pihak terkait untuk memperbaiki manajemen sepak bola secara profesional dengan menempatkan sepak bola sebagai bagian dari komitmen membangun persatuan dan martabat bangsa.

5. Memberi kepercayaan dan dukungan kepada Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) untuk mengusut tuntas tragedi kemanusiaan ini dan mengambil langkah-langkah yang cepat dan tepat dalam rangka tegaknya kebenaran dan keadilan bagi semua pihak. 

6. Tragedi ini harus menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Sepak bola atau olah raga apapun harus sportif. Sportivitas merupakan kesadaran yang selalu melekat, bahwa “lawan” bertanding adalah kawan yang diikat dalam pesaudaraan keolahragaan. Sportivitas juga merupakan sikap mental yang menunjukkan martabat ksatria seorang olahragawan.

[Ali]

 

Temukan konten Berita blokTuban.com lainnya di GOOGLE NEWS