Anomali Cuaca, Produksi Garam Terhambat

Reporter: Edy Purnomo

blokTuban.com - Anomali cuaca membuat petani garam di kawasan Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, merugi. Sampai detik ini, mereka belum bisa bertani garam sebagaimana musim kemarau di tahun-tahun sebelumnya.

Kemarau basah membuat hujan masih sering mengguyur kawasan ladang garam di Desa Pliwetan, Kecamatan Palang. Padahal, kemarau adalah saat yang tepat bagi petani menguapkan air laut dan merubahnya menjadi butiran garam. Melakukan proses itu, petani membutuhkan panas matahari yang cukup terik.

"Sekarang belum bisa produksi garam, karena hujan masih turun. Tidak seperti musim kemarau sebelumnya," jelas salah satu petani garam, Lastopo (50), warga Desa Kradenan, Kecamatan Palang, yang biasa memproduksi garam di Desa Pliwetan, Senin (8/8/2016).

Dengan cuaca tak tentu seperti sekarang, produksi garam di Tuban terlambat sampai tiga bulan lebih. Tahun sebelumnya, para petani garam sudah bisa produksi dan panen sejak bulan Mei, kemudian produksi akan mengalami puncak di bulan Agustus.

"Tapi musim ini sampai sekarang (bulan Agustus) belum pernah sekalipun panen," jelas Lastopo.

Petani itu memperkirakan, produksi garam tahun ini tidak akan maksimal. Dulu, dua hektar lahan garam bisa mencapai 30 ton sekali panen. Tapi musim sekarang produksi diperkirakan hanya sampai setengahnya. Petani hanya bisa gigit jari, meskipun harga garam sekarang sedang bagus, yakni Rp300 perkilogram.

"Padahal harga garam sedang bagus, tapi panen tidak bisa maksimal karena cuaca tidak menentu," tandasnya. [pur/rom]