Penulis : Nurul Mu’affah
blokTuban.com - Setiap daerah pasti memiliki cerita sejarahnya masing-masing, demikian halnya dengan Desa Bulujowo. Terletak di pesisir Laut Jawa, Desa Bulujowo merupakan sebuah desa di dekat perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah yang masuk ke dalam wilayah Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban.
Desa seluas 228 Ha ini terbagi menjadi dua dusun yakni Dusun Kauman dan Dusun Karangcandi. Sejarah Desa Bulujowo menurut keterangan Sarmin, Kepala Desa Bulujowo, disebutkan bahwa sejarah berdirinya desa ini bermula dari penemuan pohon bulu, Jumat (28/12/2023).
“Untuk Desa Bulujowo ini asal-usulnya ada versi yang mengatakan Bulujowo itu, orang dahulu itu mengatakan ada wit (pohon) bulu yang berada di Dusun Kauman itu besar dan pohon itu tidak ada di sini, pohon itu ada di luar Jawa. Jadi orang mengatakan pohon berbulu yang ada di Pulau Jawa itu dikatakan Bulujowo, itu satu,” jelasnya.
Sarmin menambahkan bahwa di desa ini dahulu terdapat pohon bulu yang berada di Dusun Kauman, sedangkan pohon bulu tersebut biasanya ditemui di daerah luar Jawa. Sehingga pohon bulu yang terdapat di Jawa, khususnya di Dusun Kauman tersebut dijadikan menjadi nama Desa Bulujowo.
Di sisi lain, di desa ini juga terdapat beberapa situs peninggalan sejarah, antara lain berupa candi, yoni dan nandi. Diperkirakan situs tersebut merupakan peninggalan pada masa batu, masa hindu dan masa Islam.
“Di sini juga ada cagar alam, ada candi ada yoni, ada nandi. Situs purbakala yang sudah teregistrasi oleh Trowulan. Itu peninggalan kayanya dua ada masa batu dan ada masa hindu, karena di lihat dari yang ada, itu kan ada batu hitam yang alus, ada yang kasar, juga ada batu putih, ini kan peradabannya di mulai dari zaman batu, zaman hindu, dan zaman islam,” imbuhnya.
Sedangkan situs candi tersebut hingga kini masih ada dan terletak di Dusun Karangcandi. Bentuknya menyerupai bukit dari gundukan tanah. Dahulu terdapat tumpukan bebatuan yang tersusun dan diduga adalah bangunan candi, namun saat ini situs tersebut dijadikan sebagai pemakaman umum oleh masyarakat setempat. Warga meyakini bahwa bangunan tersebut merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit.
Sarmin sempat ingin mencoba memindahkan dan membuatkan tempat bagi benda-benda tersebut, namun rencana ini mendapat penolakan dari masyarakat. Sebab, masyarakat setempat mempercayai bahwa benda-benda tersebut merupakan benda keramat sehingga tidak boleh dipindah-pindah.
Adapun mengenai mata pencaharian warga melihat letak geografis Desa Bulujowo yang terletak di pesisir Laut Jawa membuat penduduk desa ini rata-rata sebagai nelayan dengan prosentase kurang lebih 70% nelayan dan 30% lainnya sebagai petani.
“Yang menonjol itu kalau segi penduduk ya nelayan, petani juga ada tapi 30%, yang 60% itu nelayan,” tutupnya. [Rul/Ali]