Sejarah Desa Karangrejo Bancar Tuban Gabungan Tiga Dusun, Produk Unggulannya Kacang Mete

Penulis : Nurul Mu’affah 

blokTuban.com – Setiap daerah pasti memiliki cerita legenda asal-usul daerahnya masing-masing, termasuk halnya Desa Karangrejo. Berjarak kurang lebih 42 KM dari pusat Kota Tuban, Desa Karangrejo merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban, Kamis (7/12/2023). 

Berdasarkan data administrasi pemerintahan desa tahun 2019, jumlah penduduk Desa Karangrejo adalah kurang lebih 654 KK dengan jumlah total 2.849 jiwa.

Dengan daerahnya yang sebagian besar berupa pesawahan membuat warga Desa Karangrejo mayoritas bekerja sebagai petani dengan hasil utama berupa padi dan palawija.

Menurut keterangan pada Buku RPJM Desa Karangrejo , sebelum dikenal dengan nama desa Karangrejo, di daerah ini dahulunya merupakan penggabungan dari tiga dusun yakni Dusun Daresan, Sedandang, dan Kebon. Dari ketiga dusun tersebut memiliki ceritanya masing-masing.

 

Dusun Daresan

Dusun ini diambil dari kata “ndares” yang artinya mengambil air nira. Kono dahulu banyak ditemukan pohon bogor yang banyak dimanfaatkan warga sekitar untuk diambil airnya dijadikan minuman legen, yang mana banyak warga sekitar berbondong-bondong datang membeli legen, sehingga dusun ini dikenal dengan nama Daresan.

 

Dusun Sedandang

Dusun Sedandang berasal dari kata “Sendang” dan “Dandang.” Pada waktu di dusun ini terdapat sebuah sendang yang airnya biasa dimanfaatkan warga di tiga dusun (Dusun Daresan, Dusun Sedandang, dan Dusun Kebon), baik dipakai untuk mandi, mencuci dan masak. Sehingga nama dusun ini dikenal dengan nama Sedandang.

 

Dusun Kebon

Dusun kebon berasal dari kata “kebon” yang artinya merupakan kebun atau pekarangan tempat bercocok tanam. Lambat laun, ketiga dusun tersebut disatukan dan menjadi sebuah desa bernama Desa Karangrejo. 

Di lain sisi, di Desa Karangrejo juga terdapat tradisi sedekah bumi yang diadakan rutin tiga setiap tahunnya. Dua di antaranya diadakan di sumur milik desa pada saat sebelum dan sesudah panen padi, dan satu diantaranya diadakan di makam Syech Abdullah. 

Menurut keterangan Ahmad Rifai, Kasi pelayanan Desa Karangrejo, wali tersebut dahulunya merupakan seorang prajurit perang yang entah melarikan diri atau berkelana, sehingga wali tersebut memutuskan untuk tinggal di desa ini dan menyebarkan agama Islam.

Dengan banyaknya pohon jambu monyet yang tumbuh subur di desa ini, membuat desa Karangrejo juga dikenal memiliki produk unggulan berupa kacang mete. Namun sangat disayangkan karena minimnya pelatihan dan kemampuan warga yang mengolah jambu mete tersebut menjadi makanan jadi sehingga warga hanya bisa menjual biji mete mentah ke para tengkulak. 

Tak hanya itu, Desa Karangrejo juga memiliki beberapa kesenian yang masih ada hingga saat ini seperti kesenian tongklek, kesenian thak-thakan dan juga kesenian sandur. Kesenian tersebut biasa ditampilkan di acara hajatan warga dan acara besar seperti peringatan HUT RI dan karnaval. [Rul/Ali]