Cabe Pedas Asal Desa 1.000 Tower

Jika menyebut Kecamatan Grabagan, terkadang orang luar Kabupaten Tuban, masih bertanya-tanya dimana wilayah tersebut. Namun, ketika nama Ngandong yang muncul, akan langsung teringat dataran tinggi yang banyak tower berukuran jumbo menjulang tinggi. Memang, di Desa Ngandong, Kecamatan Grabagan, Kabupaten Tuban, ada cukup banyak tower milik stasiun televisi nasional, lokal, radio dan operator seluler menancap disana.

Reporter: Khoirul Huda

blokTuban.com - Siapa sangka, di balik kondongnya nama Ngandong karena tower, ternyata lokasi desa tersebut cukup prospektif untuk tanaman cabe. Bahkan, ratusan ton berbagai jenis cabe bisa diproduksi dari lahan tadah hujan di desa yang berbatasan dengan Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban itu. Tidak hanya cabe atau lombok, Desa Ngandong juga mempunyai potensi buah sawo dan tanaman jagung.

Akhir Februari 2016, cuaca Desa Ngandong mendung. Gerimis mulai turun, walaupun masih pukul 12.00 WIB. Tampak para petani telah bersiap kembali ke sawah setelah istirahat sejak di rumah masing-masing mulai pukul 11.00 WIB. Mereka biasanya pulang karena sejak pagi di ladang untuk salat Duhur dan makan siang.

Suamiti (42) Dusun secang, Desa Ngandong, salah satunya. Ibu tiga anak dengan satu cucu itu menaiki jalan menanjak, karena memang geografis Ngandong perbukitan. Tidak lama ia telah sampai di ladang yang selama ini menjadi gantungan hidup keluarganya. Ia memiliki 4.000 m2 tanah kering yang saat ini ditanami jagung. Walaupun begitu, di bawah rindangnya jagung itu tampak tanaman cabe rawit telah bersemi setinggi kurang lebih 20 centimeter.

"Disini menggunakan cara bertani tumpang sari. Yakni, saat penghujan pertama datang, jagung sudah ditanam di lubang yang telah disiapkan petani," katanya kepada blokTuban.com.

Bersamaan dengan tanam jagung, warga juga menyiapkan pembibitan cabe. Sebab, ketika jagung telah mulai muncul ada isinya, bibit cabe sudah siap dipindahkan. Dengan perlahan, petani mengambil bibit cabe dan menanam di sela-sela rimbunnya jagung. "Bisa dilihat sendiri, tumbuhnya juga sangat bagus. Karena tanah disini sangat subur," jelasnya.

Untuk lahan 4.000 m2, dibutuhkan 10 kilogram lombok yang siap untuk dikeringkan untuk selanjutnya disebar di pembenihan. Butuh 40 hari berada di persemaian dan dirawat maksimal. Setelah itu baru bisa dipindah satu persatu. Pada waktu itu butuh hujan dengan intensitas yang tinggi dan biasanya warga telah memperkirakan waktu cukup air dengan masa tanam.

"Ketika jagung dipanen, kondisi tanaman lombok telah mulai besar dan perkembangannya bertambah bagu. Alasan memakai tumpang sari, karena waktu penghujan juga terbatas dan petani mengambil kecepatan dan ketepatan untuk pola tanamnya," terang petani lain, Dasrum (48).

Jenis cabe yang ditanam warga rata-rata jenis pedas. Selain itu juga ada lombok tampar, panjang merah dan lainnya. Jika ingin jujur, maka potensi lombok Ngandong cukup melimpah saat panen. Sebab, jumlahnya bisa ratusan hingga ribuan ton untuk sekali masa panen yang bisa bertahan sampai dua bulan.

Ngandong-Grabagan-1

Jaringan untuk Pemasaran Cabe
Nasib petani lombok di Desa Ngandong, Kecamatan Grabakan, Kabupaten Tuban, seperti memakan buah simalakama. Sebab, proses menanam membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit, belum lagi harus berkejaran dengan musim penghujan yang terkadang tidak panjang. Tetapi, ketika masa petik atau panen, harga cabe di pasaran habis. Bahkan, tidak jarang harus dibiarkan busuk di ladang.

Jika bernasib mujur, untuk luas lahan 4.000 m2, Suamiti (42) Dusun secang, Desa Ngandong, bisa menanen dua kuintal sampai empat kuintal setiap minggunya. Bahkan, dalam satu masa panen yang hingga dua bulan puncaknya, tidak kurang 3 ton lombok terambil dari sawah. "Itu saat bagus dan harga bersaing di pasaran," kata Sumiati.

Namun, terkadang harga per kilogram lombok tampar atau yang jenis pedas cuma Rp5.000. Saat itulah, petani tidak kuat memetik. Karena, untuk biasa satu orang dalam sehari Rp70.000, belum termasuk ongkos makan dan minumnya. Padahal, satu orang buruh terbanyak hanya bisa mendapatkan 15 kilogram, jadi tidak mencukupi.

"Kalau seperti itu, maka dibiarkan sampai busuk di sawah dan tanaman dimatikan. Karena, masa panen juga tidak lama dan bisa menunggu harga merangkak naik. Kita butuh dukungan pemerintah untuk mencarikan peluang memasarkan di luar," terang petani lain, Dasrum (48).

Sementara itu Kepada Desa (Kades) Ngandong, Suiswanto (37) menjelaskan, kendala utama produksi cabe Ngandong masih pada harga tengkulak yang datang. Rendahnya harga pasar dan jumlah kebutuhan terbatas, membuat petani enggan mengambil lombok di sawah. Diterangkan, jika harga lombok di atas Rp15.000/kilogram, maka kehidupan petani bisa lebih baik. Sehingga pedasnya lombok Ngandong juga dirasakan warga.   

"Kita tengah merencanakan untuk membangun jaringan pemasaran, termasuk dengan produsen yang membutuhkan lombok dengan kapasitas besar," terang Kades Suis, panggilan akrabnya.

Ngandong-Grabagan-2a

Tower dan Indahnya Atas Kahyangan
Berbicara Desa Ngandong, tidak lengkap rasanya membahas potensi pemasaran desa yang sudah kondang. Yakni keberadaan tower yang bisa dilihat dari sekitar kantor Kecamatan Grabagan. Sebab, dataran Ngandong termasuk salah satu yang tertinggi di Tuban. Ada tower Televisi Republik Indonesia (TVRI), Global TV, Metro TV, Indonesiar dan SCTV. Untuk televisi lokal ada B-One TV dan JTV.

"Tower lain milik operator seluler XL, Radio Pradya Swara, tower data kependudukan dan lainnya," jelas Kades Ngandong, Suiswanto.

Ada empat dusun di Ngandong, masing-masing Dusun Secang, Ngesong, Banteng dan Gembong. Khusus tower berdiri di Dusun Ngesong dan produk unggulan lain berupa Jagung dan Cabe ada di dusun Secang dan Gembong. Sementara buah sawo banyak ditemukan di Dusun Banteng, Desa Ngandong.

"Kita tidak bisa berharap banyak dari keberadaan tower. Sebab, pengelolaan tidak berada di desa secara langsung, melainkan di satuan kerja di bawah Pemkab Tuban," terangnya.

Kontribusi pemilik tower ke desa hanya pertama kali saat pemasangan, setelah itu sudah tidak ada. Bahkan, beberapa kali saat ada kegiatan di desa juga susah untuk dimintai bantuan. Memang, dari nama Ngandong banyak dikenal karena tower yang berdiri menjulang. Oleh karena itu, Pemerintah Desa (Pemdes) Ngandong terus berupaya mendorong peningkatan ekonomi masyarakat dari tanaman agro maupun menjual indahnya alam Grabagan.

"Kita punya Atas Kayangan yang bisa melihat Kota Tuban, Jenu dan kecamatan lain. Pemandangannya indah dan bisa dipakai Bumi Perkemahan Atas Kayangan Ngandong," sambungnya.

Potensi lain Ngandong ada di tanaman agro, semisal buah sawo dan jeruk. Sekarang ini terus dikembangkan lewat memperbanyak tanaman. Untuk sawo, di Dusun Gembong yang jumlah tanamannya telah ribuan batang. Dalam satu panen dengan menggandeng tengkulak, satu rumah warga bisa menjual sistem tebas per pohon Rp2 juta. Padahal masing-masing rumah ada yang punya lima hingga 10 yang pohon besar.

"Dalam setahun pemasukan per rumah bisa lebih dari Rp10 juta, tinggal jumlah pohonnya. Itupun bisa bertambah banyak karena dalam setahun bisa berbuah dua kali," tegas Kades Suis, sapaan akrabnya.

Pemasukan lain warga Ngandong selain dari pertanian dan perkebunan, juga dari potensi tambang kapur. Ada beberapa lokasi tambang yang menjadi gantungan hidup warga untuk bekerja. Mulai menambang sampai mengirim batu kumbung atau saren ke sejumlah tempat di Tuban, Bojonegoro, Lamongan dan bahkan hingga Ngawi. "Potensi di Ngandong cukup bagus untuk dikembangkan wisata maupun ekonomi produktif. Sebab, banyak kerajinan, termasuk pembuatan lis rumah dan sangkar burung," jelasnya.

Ngandong-Grabagan-3

Terpisah, Camat Grabagan, Kabupaten Tuban, Suwito, mengaku tidak henti-hentinya mendorong Pemdes untuk aktif mengembangkan potensi desa masing-masing. Menurutnya, Desa Ngandong mempunyai peluang lebih besar dibandingkan desa lain untuk berkembang. Sebab, nama besar Ngandong dengan towernya menjadi kelebihan tersendiri.

"Tinggal ide kreatif untuk meningkatkan ekonomi warga melalui potensi agro hingga wisata. Saya juga mendukung Bumi Perkemahan di puncak Ngandong, karena bisa turut serta meningkatkan pemasukan warga," tambah Camat Suwito.

Tidak hanya itu, beberapa jenis buah, seperti sawo dan jeruk juga bisa hidup bagus di Ngandong. Harapan, ke depan buah tersebut akan bisa dipasarkan di depan Kecamatan Grabagan untuk membuka akses pemasaran buah khas lokal. [hud/mad]

TENTANG DESA NGANDONG:
- Nama Desa: Ngandong
- Kecamatan: Grabagan
- Kabupaten: Tuban
- Batas Wilayah:
  - Timur: Desa Dahor
  - Selatan: Desa Rengel
  - Barat: Desa Grabagan
  - Utara: Desa Gesikan
- Jumlah Dusun 4 (empat)
  - Dusun Secang
  - Dusun Ngesong
  - Dusun Banteng
  - Dusun Gembong
- Luas Wilayah: 760,027 hektare
- Ketinggian: 474 meter dari muka air laut
- Jumlah Penduduk: 5.278 jiwa
  - Laki-laki: 2.588 dan Perempuan: 2.690
- Pencaharian:
  - 70% Petani (1.039 Kepala Keluarga/KK)
  - 30% Wirswasta (523 Kepala Keluarga/KK)
- Produk Unggul: Lombok, Jagung, Sawo