Bubur Suro, Sentuhan Timur Tengah Saat Ramadan yang Khas di Tuban

Reporter : Ali Imron 

blokTuban.com - Di balik kelezatan Bubur Suro, terdapat sebuah proses yang telah dijalankan secara tradisional untuk menjaga kualitas rasa bubur ini. Bubur Suro, yang merupakan bubur khas dengan bumbu khusus, diproduksi di halaman Masjid Astana Sunan Bonang, Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Tuban, Kamis (14/3/2024). 

Salah satu keunikan proses pembuatan bubur Suro adalah penggunaan tungku kayu bakar. Meskipun penggunaan kompor gas tidak dilarang, namun penggunaan tungku kayu bakar dipertahankan karena dianggap memberikan rasa khas pada Bubur Suro.

Menariknya, bumbu untuk Bubur Suro dulunya diambil di Kutorejo Gang 2, namun kini bumbu tersebut disediakan sendiri oleh Yayasan Mabarrot Sunan Bonang. Hal ini menunjukkan perubahan yang positif dalam pembuatan Bubur Suro.

Selain itu, ada perubahan dalam bahan baku Bubur Suro. Awalnya, tulang kambing digunakan sebagai campuran, namun sekarang diganti dengan tulang sapi. Dalam satu kali masak, pembuat Bubur Suro menggunakan 12 kilogram beras dengan 15 kilogram tulang sapi dan daging.

Bubur Suro dikenal juga sebagai Bubur Sunan Bonang, merupakan menu takjil yang sangat digemari di Kabupaten Tuban. Cita rasa bubur khas Timur Tengah membuat masyarakat tidak mau melewatkan kesempatan untuk menyantap makanan ini saat berbuka puasa. 

Antrian panjang untuk mendapatkan bubur Suro di halaman Masjid Astana Sunan Bonang bukanlah hal yang aneh, karena masyarakat rela antri demi menikmati bubur ini bersama keluarga tercinta.

Bubur Sunan Bonang selalu habis dalam waktu kurang dari satu jam. Puluhan warga dari berbagai kalangan terlihat antusias menyambut bubur ini, membawa bekal wadah dari rumah masing-masing.

Meskipun terlihat ramai, namun suasana tetap kondusif dan aman. Salah satu pengunjung, Ina, mengaku hampir setiap hari selama Ramadan mengantre untuk mendapatkan bubur Sunan Bonang karena cita rasanya yang khas.

Tradisi pembagian bubur Sunan Bonang di Tuban tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga menjadi bagian dari kebersamaan dan kekhasan budaya lokal yang tetap dijaga dan dilestarikan hingga kini. [Ali/Dwi]