Penulis : Ahmad Nawaf Timyati Fandawan
blokTuban.com – Berada di wilayah perbukitan Desa Maindu merupakan salah satu desa yang terletak di sebelah Tenggara dari Ibukota Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban. Desa dengan luas sekitar 1.700, 415 Ha ini terbagi menjadi 7 dusun yakni Dusun Putuk Kidul, Dusun Patak Banteng, Dusun Karang asem, Dusun Windu, Dusun Muser, Dusun Sumberjo, dan Dusun Watukuwo.
Dengan jumlah penduduk kurang lebih sekitar 4.260 jiwa ini yang mana dikarenakan wilayahnya berupa perbukitan warga Desa Maindu mayoritas berprofesi sebagai petani dan peternak sapi.
Desa Maindu berbatasan langsung dengan Kecamatan Soko di sebelah Selatan, Kecamatan Grabagan di sebelah Timur, Kecamatan Parengan di sebelah Barat dan Desa Jetak berada di sebelah Utara, Desa Maindu sekarang dipimpin oleh Lazib selaku Kepala Desa.
Desa Maindu terkenal dengan adanya sebuah fenomena alam yakni terdapat sebuah api yang langsung muncul dari tanah dan tidak bisa padam dan biasa warga sekitar menyebutnya Api Abadi.
Api ini merupakan bekas pengeboran yang dilakukan oleh Pertamina pada kisaran tahun 1978 sampai 1982 dengan lokasi yang berada sekitar 100 meter dari jalan raya yang terletak di lahan seluas 6x12 meter di tengah area persawahan.
Wahyudi (41) selaku Kepala Dusun Windu mengatakan bahwa desa sebenarnya mempunyai keinginan untuk menjadikan Fenomena Api Abadi sebagai wisata yang dikelola desa namun hal ini tidak bisa dilakukan dikarenakan adanya hambatan dalam kepengerusan pengelolaan lahan yang masih menjadi milik perorangan.
“Kadang kan dari Tanazawi dari Agro Park mampirnya ke sini (Api Abadi). Enggak dibikin wisata soalnya kan terbentur dengan tanah, tanah kan dulunya kan milik Pertamina terus ada kemaren itu milik perorangan desa mau minta kan ga bisa terus orangnya diajak negosiasi kan katanya disuruh membeli semuanya. Pakai uang darimana kalau beli kan gitu,” Tutur Wahyudi saat diwawancarai blokTuban, Senin (30/10/2023).
Desa Maindu juga mempunyai potensi wisata yang berada di bawah gunung. Potensi wisata tersebut yakni berupa sumber mata air yang juga terdapat sebuah kolam atau bak penampungan air yang konon peninggalan Belanda. Kolam yang sudah pernah direnovasi pada tahun 2009 itu tidak berselang lama bocor dan untuk saat ini kolam tersebut dibiarkan terbengkalai dan tidak terawat.
Menanggapi hal itu pihak desa sudah mengusulkan untuk membangun lagi sebuah wisata di sumber mata air tersebut yang berada di bawah Gunung Maindu.
Pihak desa juga melakukan pengajuan untuk memasukan rencana tersebut menjadi sebuah program provinsi mengenai pengadaan wisata namun untuk saat ini pihak desa masih menunggu proses acc dari provinsi.
“Kalau wisata desa mengusulkan itu dibawahnya gunung di sumber mata air itu dimasukan ke program untuk dijadikan wisata itu dimasukan ke programnya provinsi tapi di acc atau tidak itu belun tahu, rencana ya sudah merencanakan sudah membuat pengajuan juga untuk pembuatan bumi perkemahan sekaligus untuk wisata,” Ujar pria berusia 41 tahun tersebut.
Disinggung sedikit mengenai tradisinya, warga Desa Maindu masih lekat dengan tradisi sedekah bumi yang dilakukan disebuah tempat diantaranya yakni sumber mata air yang dilaksanakan pada hari Kamis Kliwon selain itu juga dilakukan di Makam Mbah Ronggo Dermo yang konon menurut warga setempat adalah sesepuh desa yang juga seorang penyiar agama Islam.
Sosok tersebut juga diyakini sebagai yang membabat alas Desa Maindu. Di samping itu juga konon adalah salah satu Panglima Kerajaan Pajang yakni pada hari Rabu Pon juga dengan dihauli. Tradisi ini pun biasanya dilaksanakan pada saat sesudah masa panen raya.[Naw/Ali]