Alasan Pemkab/Kota Harus Membentuk Satgas Patroli Pencemaran Air Bengawan Solo

Reporter : Ali Imron

blokTuban.com - Selain membentuk komunitas masyarakat desa tepi sungai, pada ekspedisi tahun 2022 tim Misi Ekspedisi Bengawan Solo (MEBS) mendorong tiap Pemerintah Kabupaten/Kota untuk membentuk Satgas Patroli Pencemaran Air.

Tugas Satgas tersebut yaitu melakukan monitoring dan pengawasan terhadap pihak yang berpotensi mencemari Sungai Bengawan Solo, Sabtu (13/8/2022). Menjadi sungai terpanjang di Pulai Jawa, Bengawan Solo memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan kehidupan manusia.

Selain memberikan manfaat, sungai juga berpotensi membawa musibah. Banjir di musim hujan, kekeringan pada saat kemarau, dan juga pencemaran air akibat limbah maupun sampah. Hal ini tentu tidak terlepas dari aktivitas manusia dan budaya masyarakat di sepanjang sungai. 

Misi ekspedisi tersebut dilakukan oleh komunitas gabungan dari Stand Up Paddle (SUP), Putra Nusantara, komunitas pecinta lingkungan, akademisi, budayawan, serta kelompok masyarakat ini telah dimulai sejak 14 Juli lalu dan rencananya akan berlanjut selama satu bulan hingga 14 Agustus 2022.

Baca juga :

10 Balita di Tuban Dimandikan di Sungai Bengawan Solo, Bakar Sajen lalu Diberi Paha Ayam Goreng

Update Sungai Bengawan Solo 1 Agustus 2022: BG Bojonegoro Siaga Hijau

Perahu Tambangg Rawan Karam, Dishub Tuban Akan Pasang Papan Imbauan

Selain fokus pada masalah lingkungan, kegiatan ini juga menyentuh sisi sosio ekonomi masyarakat di sekitar sungai. Tim menginisiasi pembentukan riverside ecological society yang nantinya diharapkan dapat mengimplementasikan kebijakan jasa lingkungan.

Dalam kegiatannya, MEBS menenempuh jarak sejauh 462 kilometer. Melintasi 491 desa yang berada di 12 Kabupaten di wilayah Jawa Tengah serta Jawa Timur. Kegiatan dimulai dari pintu air Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah dan nantinya akan berakhir di Desa Bedanten, Gresik, Jawa Timur.

Penanggung Jawab MEBS, Ermiko Effendi menyampaikan sekilas hasil temuan tim ekspedisi di sepanjang Bengawan Solo pada kegiatan community meet up bersama Tim MEBS di Bendung Gerak Babat, Lamongan. Hadir pada kesempatan itu, Direktur Utama PJT I, Raymond Valiant Ruritan serta Direktur Operasional PJT I, Milfan Rantawi.

Ermiko menjelaskan, terkait kondisi di hulu, tim mendapati berbagai masalah sungai baik pencemaran limbah maupun masalah persampahan. Di bagian tengah, tim menemui banyak petani yang memiliki sawah di tepian Bengawan namun kesulitan untuk mengakses air untuk kebutuhan irigasi mereka. 

"Sehingga harus memompa langsung air dari sungai. Di beberapa lokasi masyarakat cukup kesulitan untuk mengakses air dimana saat kemarau terjadi kekurangan air," ujarnya dilansir dari Kominfo Jatim.

Raymond Valiant Ruritan memberikan pandangannya tentang pentingnya menjaga sungai. Pihaknya siap mendukung program riverside community yang telah diinisiasi oleh tim MEBS. Dimulai dengan mencari desa yang siap berkomitmen untuk menyiapkan sisi kelembagaannya. 

"Misal membentuk peraturan desa terkait pengelolaan sampah dan penyiapan lahan untuk TPA. PJT I akan masuk dalam pembiayaan bantuan alat pengolahan sampahnya," jelas Raymond.

Menanggapi hasil penyusuran oleh Tim Ekspedisi Bengawan Solo, lanjut Raymond merupakan potret dari sungai yang ada. Apabila ditemukan ada potensi permasalahan, maka perlu ada upaya tindaklanjutnya. 

"Satgas patroli pencemaran air ini perlu dibentuk dari kolaborasi berbagai sektor. Ada Pemerintah Daerah selaku regulator, kepolisian, komunitas masyarakat, dan perusahaan," jelasnya.

Tim Satgas tersebut nantinya lebih berperan sebagai cleaning service -nya sungai. Sekaligus emiliki kemampuan dan kewenangan dalam menindak para pelaku pencemaran. [Ali]

Temukan konten Berita Tuban menarik lainnya di GOOGLE NEWS