Wapres ke-5 RI, Cucu dari Carik Kabalan dan Camat Balen

Oleh: Nanang Fahrudin

Kisah orang terkenal memang asyik untuk dibaca. Apalagi kisah itu diceritakan dengan bahasa dan penggambaran yang sederhana. Tidak sok puitis atau over dramatis. Anak-anak akan mudah memahaminya, mengambil manfaatnya, menangkap pesannya.

Kisah macam itu bisa kita baca salah satunya di buku Masa Kecilku yang menceritakan kehidupan masa kecil Sudharmono. Buku tersebut ditulis sendiri oleh Wakil Presiden ke-5 Republik Indonesia (1988-1993) dan memang diperuntukkan bagi anak-anak. Beberapa gambar ilustrasi dibikin untuk menambah keasyikan membacanya. Meski untuk anak-anak, buku ini bukan berarti nggak layak dibaca oleh orang dewasa. Karena perjalanan hidup sang wapres bisa menjadi inspirasi juga bagi orangtua dalam hal mendidik anak.

Buku Masa Kecilku didesain sederhana dengan sampul hard cover hanya tulisan dan nama pengarang. Penerbitnya adalah Yayasan Karsa Luhur Sejati, Jakarta dan dicetak pertama kali tahun 1993. Pada tahun 1994 mengalami dua kali cetak ulang yakni Februari dan Maret. Memang recomended sih.

buku-sudharmono

Lalu siapa Sudharmono? Dan bagaimana kehidupan masa kecilnya?

Sang Wapres adalah anak dari Soepijo Wirodiredjo seorang carik atau sekretaris desa Kabalan, Kecamatan Kanor. Sedang ibunya bernama Raden Nganten Sukarsi yang merupakan putri asisten wedana (sekarang disebut camat) Balen. Dua kecamatan itu berada di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Jadi Sudharmono adalah cucu para priyayi Bojonegoro.

Ayahnya mengawali karier menjadi pegawai magang di kantor Kecamatan Balen. Saat itulah Soepijo bertemu dengan Sukarsi. Waktu bertemu, Sukarsi adalah seorang janda karena suami terdahulu meninggal dunia. Cinta Soepijo dan Sukarsi akhirnya menjalin cinta dan menikah. Soepija lalu diterima kerja menjadi juru tulis di Kecamatan Cerme, Gresik. Di sinilah pada tahun 1927 Sudharmono lahir. Kakaknya, Mbak Siti, lahir pada tahun 1924. Dan kakak tertuanya, Mas Sunar yang lahir pada tahun 1921.

Kisah masa kecil wapres yang kalem ini banyak menemui jalan terjal dan kesedihan. Ketika ia berusia 2 tahun, sang ayah dipindah ke Tuban menjadi juru tulis di Kepatihan (Wakil Bupati). Tapi di Tuban inilah sang ibu meninggal dunia saat melahirkan anak keempat atau adik sang wapres. Kematian sang ibu membuat ayahnya sedih dan terpukul hingga akhirnya menyusul meninggal dunia beberapa bulan kemudian saat di rawat di Surabaya. Tapi sebelum meninggal, ayahnya sempat dipindah ke Tambakrejo, Bojonegoro.

Masa kecil sang wapres berpindah-pindah tempat tinggal karena sudah yatim piatu. Sehingga ia dan Mbak Siti berpindah dari Surabaya ke Jombang, lalu ke Wringin Anom (Gresik) kemudian ke Rembang. Perjalanan hidup yang keras dan penuh kesedihan dialami sang wapres kecil. Saat di Jombang, ia dan kakaknya diperlakukan seperti pembantu dan sering dihajar. Hingga akhirnya keduanya diusir dan keluar rumah berjalan kaki menyusuri rel kereta api. Di pikiran kecilnya, dengan berjalan kaki keduanya bisa sampai ke Mbah Kanor di Kabalan. Mbah Kanor, begitu sang wapres menyebutnya sangat menyayangi mereka, dua anak kecil yang tak lagi punya orangtua.

Tapi dengan hidup yang keras itu, sang wapres kecil berlatih disiplin. Itu yang membentuk pribadinya di masa dewasa. Hingga akhirnya ia mampu melewatinya dengan kesuksesan dan bisa melanjutkan ke sekolah. Ia lebih banyak menghabiskan sekolah di Rembang bersama Mbah Siten di Rembang, yakni keluarga dari ibu. Dan kemudian masuk militer hingga akhirnya dipercaya menduduki jabatan orang kedua di Indonesia.

Lalu, apa yang bisa diambil usai membaca buku ini? Tentu saja banyak. Biografi yang ditulis khusus untuk anak-anak masih sangat jarang, sehingga buku ini menjadi penting. Selain itu, sosok-sosok penting yang memiliki kedekatan dengan Bojonegoro jarang sekali diulik. Sudharmono, sang wapres di era Orde Baru ini hanyalah salah satu contoh saja. Saya yakin masih jarang yang mengetahui jika sang wapres adalah cucu dari orang-orang Bojonegoro. Mbah dari ibu adalah Camat Balen, sedang mbah dari ayah adalah Carik Kabalan-Kanor.

Selain Sudharmono ada banyak tokoh-tokoh penting negeri ini yang jika diceritakan kepada anak-anak bisa menumbuhkan kebanggaan tersendiri. Bahkan, tak hanya anak-anak saja, orang dewasa di Bojonegoro juga pasti bisa senang karena ada orang-orang penting yang memiliki kedekatan dengan daerahnya. Beberapa tokoh lain bisa disebut seperti Tirto Adhie Soerjo yang merupakan cucu bupati Bojonegoro. Lalu ada Pratikno yang kini menjabat Menteri Sekretaris Negara adalah warga asli Kecamatan Tambakrejo. Juga ada HM Prasetyo yang kini menjabat Jaksa Agung yang merupakan lulusan SMAN 1 Bojonegoro.

Nah, bagaimana? Mari membaca biografi tokoh penting! Mari mencintai sejarah daerah!