Trauma, Perahu Pasir Berhenti Sementara

Reporter: Maratus Shofifah

blokTuban.com - Ditemukannya penambang pasir manual asal Kabupaten Jombang di Desa Glagahsari, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban yang meninggal dunia di Bengawan Solo, sejauh ini masih meninggalkan trauma bagi penambang lain. Walaupun alasan utama tetap kondisi air bengawan yang fluktuatif, namun beberapa hari belakangan ini perahu-perahu di bantaran bengawan banyak bersandar.

Pantauan blokBojonegoro.com, puluhan perahu penambang pasir berada berderet di Dusun Siwalan, Desa Glagahsari, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban. Selain itu juga di pinggir Desa Sarangan dan Cangaan, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro.

"Sudah dua hari ini sepi, biasanya seratusan kali dalam sehari perahun-perahu tersebut hilir mudik mengangkut pasir dari dasar bengawan," kata salah seorang penabang perahu penyebrangan, Irul.

Dijelaskan, meninggalnya Supar (51) asal Desa Jati Duwur, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang membuat penambang lain trauma. Sebab, ada mitos jika bengawan tengah membutuhkan "tumbal", jadi kebanyakan mulai memarkir perahunya.

"Memang sepi bengawan beberapa hari ini, kemungkinan besar karena ada penambang yang meninggal beberapa hari lalu," tambah warga Desa Cangaan, Kecamatan Kanor, Arif.

Menurutnya, perahu yang terparkir kebanyakan di wilayah Kabupaten Tuban. Sebab, sumber utama truk terbanyak dari angkutan yang masuk melalui Tuban, bukan dari wilayah Bojonegoro. "Sebenarnya lebih tenang kondisi bengawan, jika perahu parkir," tegasnya.

Sementara itu salah satu penambang pasir, Purnomo mengakui jika ada trauma dari penambang manual untuk memulai lagi beraktivitas setelah ada orang yang meninggal. Namun, kemungkinan tidak lama akan menambang lagi, sebab penambang butuh pemasukan untuk menghidupi keluarga. [ito/lis]