Reporter: Edy Purnomo
blokTuban.com - Jangan kaget, apabila di tahun ini kita akan sering melihat hujan di musim kemarau. Seperti beberapa hari terakhir, hujan masih turun padahal sejak awal Juni 2016 kemarin sudah mulai masuk musim kemarau. Fenomena ini disebut dengan kemarau basah, yang diprediksi akan terjadi sampai bulan September 2016 mendatang.
"Saat ini kondisi angin monsun timur mulai menguat, menunjukkan bahwa kita berada pada musim peralihan dari hujan ke kemarau," jelas Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tuban, Joko Ludiyono, Sabtu (18/6/2016).
Kemarau basah yang terjadi karena dampak dari La Nina, yakni mendinginnya suhu muka laut yang membuat pasokan dan suplai uap air pemicu hujan bertambah. Dengan begitu, hujan diprediksi akan tetap turun meskipun musim kemarau. Sesuai prediksi BMKG, La Nina ini akan terjadi pada bulan Juli, Agustus, dan September dengan intensitas lemah hingga sedang.
Selain itu, juga akan muncul fenomena lain yakni Dipole Mode Negatif, atau lebih hangatnya suhu muka laut di bagian barat Sumatera lebih dari suhu muka laut di pantai timur Afrika sehingga pasokan uap air yang dapat menyebabkan bertambahnya curah huja untuk wilayah Indonesia bagian barat, termasuk di pulau Jawa.
"Sehingga musim kemarau di bulan Mei sampai Oktober akan bersifat lebih basah (disertai hujan) dibandingkan dengan normalnya," jelas Joko. [pur/ito]