Buka Servis Skok, Penyandang Difabel Kuliahkan Tiga Anak

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Selama bertahun-tahun semenjak mengalami berkebutuhan khusus, dia sama sekali tak pernah berhenti menciptakan dunia kerja. Berbagai profesi dijalankan karena tidak mungkin harus bergantung kepada istri.

Namanya Samanhudi. Sejak umur 31 tahun, dia mengalami kecelakaan dan harus kehilangan tangan kanannya. Hingga kini meski dengan satu tangan ia tetap giat menjalani pekerjaannya.

Seorang tuna daksa (cacat tubuh) sepertinya memang tak mudah untuk bisa bekerja seperti orang normal. Namun pria yang sudah berumur ini memutuskan untuk membuka usaha jasa servis skok motor untuk menghidupi anak dan istrinya.

Usaha bengkelnya kini sudah mulai dikenal oleh masyarakat. Berbeda dengan awal-awal tahun dua ribuan. Pada masa 2000-2003 dia bisa mengantongi omzet hingga Rp 30.000 sampai Rp. 50.000 saja sehari.

"Skok bekas saya dapat dari bengkel. Kemudian saya perbaiki untuk dijual di bengkel loak. Satu hari dapat menyelesaikan satu hingga tiga pasang, dengan keuntungan 10 ribu sampai 15 ribu,” kata pria yang akrab dipanggil Samhudi.

Lanjutnya, dulu kesulitan juga dialami saat membeli sil (karet) skok. Samhudi harus membelinya di daerah Baureno, Bojonegoro. Kalau di situ habis maka dia harus pergi ke Surabaya.

“Dulu masih sulit untuk mendapatkan onderdil skok. Sekarang setiap bulan sudah ada yang mengirim. Jadi sudah agak ringan beban kerja saya,” imbuhnya.

Untuk menjaga kualitas hasil kerjanya, Samhudi memberi garansi 2 bulan setiap kali servis. Tak heran jika saat ini usahanya sudah mulai ramai dan diminati pelanggan. “Setiap hari kalau ramai mampu menyelesaikan tiga pasang dengan hasil Rp. 210.000. Terkadang juga sepi, bahkan pernah mulai buka sampai tutup hanya nongkrong saja, “ tutur mantan pegawai koperasi ini.

Di usianya sudah tidak muda lagi dia masih bersemangat untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Terbukti saat ini dia masih membiayai kuliah anaknya yang ketiga.

“Dari hasil usaha jasa servis skok, saya dapat menyekolahkan tiga anak saya sampai bangku kuliah semuanya. Dua di antaranya putri dan sudah lulus dan berkeluarga. Kini masih satu anak saya yang laki-laki. Dia kuliah semester 6 di universitas suwasta, di Ponorogo,” terang Samhudi kepada bloktuban.com, Minggu (15/5/2016).

Untungnya, dia memperoleh ilmu mengenai mekanik. Sebagai difabel (berkebutuhan khusus) Samhudi selalu giat bekerja tanpa mengeluh. "Sebagai penyandang cacat, saya tidak akan pasrah. Di mana ada kemauan pasti Tuhan beri jalan,” pungkasnya. [rof/col]