Reporter: Dwi Rahayu
blokTuban.com - Kejelian memanfaatkan peluang bisnis dan semangat bersungguh-sungguh, meruapakan salah satu modal penting menjalankan sebuah usaha. Seperti yang ditekuni Narko Afandi (32), sepotong kain perca mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah. Di tangan pria inilah, limbah kain perca berhasil disulap menjadi barang bernilai ekonomis. Tidak hanya itu, usaha kopiah ini pula mengantarkannya meraih penghargaan Santri Preneur pada akhir 2015 lalu.
Saat ditemui blokTuban.com di kediamannya, tepatnya berada di Desa/Kecamatan Rengel, rumah sederhana yang ia tinggali tepat berada di belakang gedung pertemuan Baktya Graha. Tidak lupa, senyum hangat menyambut blokTuban.com, di sinilah tempat tinggal juga sebagai rumah produksi kopiah, bersama sang istri, Mar'atuz Zahroh (24).
Kepada blokTuban.com, sarjana lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Makdum Ibrahim (STITMA) Tuban ini, berkisah awal mula ia menekuni pembuatan kopiah berbahan kain perca. "Berawal dari tahun 2011, saya memutuskan untuk menikah dan mulai merintis usaha kopiah batik berbahan kain perca," kata Narko.
Berbekal mas kawin, lanjut Narko berkisah, sebesar Rp300.000 untuk membeli mesin jahit. "Waktu itu mesin jahit harganya Rp400.000. Sedangkan untuk kemampuan menjahit, saya dapat secara otodidak," tambahnya.
Pada awal usaha, ia tidak berani memproduksi kopiah dalam jumlah banyak. Selain terkendala modal, saat itu bapak satu anak ini menghabiskan waktu untuk memantau pasar (pemasaran kopiah), bagaimana kondisi dan potensi pasar.
"Dari tahun 2011 hingga 2014, bermacam pengalaman dalam berwirausaha. Dari kehabisan modal, hingga akhir 2014 saya harus menjalani pekerjaan di sebuah toko online," kata Narko mengenang.
Seakan ditempa menjadi lebih baik lagi. Lanjut pria 32 tahun itu bercerita, berbekal pengalaman bekerja di sebuh toko online tersebut, dalam memasarkan produk miliknya, hampir sebagian besar melalui online. "Dari pengalaman dulu, saya jadi tahu bagaimana menampilkan gambar yang bagus dari suatu prOduk," kata anak bungsu dari dua bersaura ini.
Bekerja pada usaha online tersebut, justru menambah pengetahuan dan pengalamannya, dalam memproduksi dan memasarkan kopiah buatan tangan terampilnya ini. Dalam satu bulan, dibantu dua rekan kerjanya, rata-rata omset penjualan kopiah batik sekitar Rp3 juta.
"Harga kopiah mulai dari Rp10.000 hingga Rp12.000. Untuk memasok bahan kain perca, saya peroleh dari beberapa penjahit di Desa Rengel. Tiap satu kilo kain perca saya beli seharga RP5.000," ujarnya.
Santri Preneur Award 2015
Melebarkan koneksi atau relasi adalah hal yang sangat penting diterapkan, ketika seseorang menjalankan suatu usaha. Hal inilah yang menjadi keyakinan Narko sapaan akrabnya, dalam menjalankan usaha kopiah batik berbahan kain perca miliknya.
Memasuki akhir 2015, terhitung hampir empat tahun ia menjalankan usaha kopiah tersebut. Pada Awal Desember 2015, dari seorang kawan, Narko mendapatkan informasi tentang salah satu perbankkan di bawah naungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berbasis syariah, yaitu Mandiri Syariah, hendak mengadakan penghargaan bagi pemilik usaha berlatar belakang Pendidikan Ilmu Agama Islam, atau santri.
"Saya mendaftarkan diri, dan melampirkan artikel di koran yang memuat usaha saya. AKhirnya, pada tanggal 21 hingga 24 Desember 2015, datanglah tim survey ke rumah saya," ungkap Narko, menceritakan.
Selang beberapa hari setelah mendapat survey, Narko yang kala itu fokus memproduksi kopiah andalannya, mendapatkan undangan langsung dari tim penyelenggara penghargaan tersebut. Hingga pada penghujung tahun 2015, yakni tanggal 30-31 Desember, suami dari Mar'atuz Zahroh itu memenuhi undangan untuk datang ke ibu kota, Jakarta.
"Saya di Jakarta tidak memiliki sanak saudara, tetapi saya memiliki kawan yang saya kenal semenjak aktif menekuni usaha ini. Alhasil, saya mendapat tumpangan sampai ke hotel tempat menginap," kenang pria yang kerap disapa Narko Kopiah ini.
Seperti yang dilansir www.syariahmandiri.co.id, terdapat 30 finalis yang diundang langsung ke Jakarta, untuk penjurian dan mengikuti puncak penghargaan. Mereka terpilih dari 712 pendaftar, yang lolos kualifikasi persyaratan atau administrasi. Adapun total pendaftar meliputi 883 pendaftar online dan 2.170 pendaftar offline. Para peserta datang dari 130 kota di seluruh penjuru Indonesia.
"Kala itu saya tidak mendapat juara santri award 2015. Tetapi saya masuk sepuluh besar kategori usaha kreatif," kata pria warga RT 07/Rw 07, Desa/Kecamatan Rengel.
Pada penjurian ajang santri award, terdapat tiga kategori, yaitu kategori industri, boga dan kreatif. Nama Narko Afandi, tercantum pada nomor urut tiga, yaitu kategori kreatif.
"Kalau menyabet juara lumayan hadiahnya. Total hadiah yang diperebutkan sebesar Rp225 juta. Untuk juara satu mendapat Rp50 juta. Tapi sayang, saya tidak mendapat juara sama sekali," kata Narko.
Meski hanya membawa pulang medali, lanjut Narko, hal demikian sudah menunjukkan prestasi bagi usaha yang digelutinya selama bertahun-tahun. Ia meyakini, usaha miliknya suatu saat akan bisa menembus pasar Nasional, atau bahkan Internasional.
"Dari Jakarta, uang yang diberikan hanya cukup untuk transportasi, itupun tombok (menambahi) dari uang sendiri. Tapi, sekarang saya mendapat satu jurus jitu lagi, untuk memasarkan produk kopiah batik saya," pungkas Narko, sembari menunjukkan medali di tangan. [dwi/rom]
*Lihat juga vidio Narko pengrajin kopiah batik, https://bloktuban.com/video-read.php/?show=816-modal-mas-kawin-sulap-limbah-jadi-kopiah.html