Reporter: Mochamad Nur Rofiq
blokTuban.com - Meski tak sempurna, Samanhudi (57), pria tuna daksa ini tidak mau mengharap belas kasihan orang lain. Dengan keahliannya di bidang otomotif, bapak tiga anak ini menghidupi keluarganya.
Dia menempati bengkel berdinding gelam (kulit) pohon jati, untuk mengais rezeki dengan buka jasa servis skok motor. Tempat usahanya ini berada di Jalan Bojonegoro-Jatirogo, tepatnya di jalan raya Dusun Pakel, Desa Sidomulyo, Kecamatan Jatirogo. Kalau dari arah Bojonegoro 300 meter sebelum Pasar Hewan Desa Sugihan.
Warga asal Senganten, Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro itu tidak putus asa dengan keadaan fisiknya. Dia tetap bersemangat mencari nafkah, walau kehilangan tangan kanannya akibat kecelakaan.
"Saat itu tahun 1990 saya tertabrak kereta api di perlintasan rel Jatirogo. Akibat dari peristiwa tersebut saya harus rela kehilangan tumit dan tangan kanan saya," jelasnya kepada blokTuban.com, Minggu (15/5/2016)
Tidak berhenti disitu, Samanhudi menambahkan, rasa minder pernah menghampirinya, namun semua hilang dengan semangat menghidupi anaknya yang masih kecil. Ia pun rela mencari kerja ke sana kemari demi kelangsungan pendidikannya.
"Dengan kondisi saat itu, saya bekerja ikut orang untuk mencari barang antik. Selama tiga tahun keliling Tuban-Bojonegoro," imbuhnya.
Ternyata mencari barang unik tersebut sulit, akhirnya dia memutuskan untuk menjalankan bisnis sendiri yaitu jual beli barang bekas. Dengan menggendong karung sak samanhudi mendatangi bengkel-bengkel motor untuk membeli onderdil bekas servis.
"Memasuki era krisis moneter 1997 saya memberanikan diri untuk menjalankan bisnis jual beli rosok. Dengan penghasilan Rp10.000 sampai Rp15.000, saya harus rela mendatangi bengkel dari Bojonegoro sampai Pamotan, Jawa Tengah," tuturnya saat ditemui di bengkel.
Lama kelaman ia kepikiran saat menjual skok bekas di sebuah bengkel, muncul inisiatif untuk belajar keahlian yang bukan ringan tersebut. Dirinya ingin mengetahui lebih detail bagaimana cara bongkar pasang skok.
"Saat saya menjual skok bekas di Nganjuk waktu itu, saya tertarik untuk belajar. Namun pemilik bengkel tidak mengizinkan, karena memang sudah jadi aturan, yaitu pelanggan dilarang melihat proses pembetulan. Sampai tiga kali saya datangi, akhirnya baru dipersilakan melihat prosesnya," ungkap samanhudi.
Karena keuletannya memperbaiki skok motor, kini pria paruh baya memiliki tiga anak dan semuanya kuliah. Dan keuletannya membuahkan hasil. Ia akhirnya dipercaya menjadi mekanik bengkel skok handal di Jatirogo. [rof/col]