blokTuban.com - Kualitas pendidikan merupakan salah satu faktor kunci yang menentukan kemajuan dan perkembangan suatu bangsa. Di era globalisasi ini, persaingan di berbagai sektor semakin ketat, sehingga tuntutan terhadap mutu sumber daya manusia yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan juga semakin tinggi. Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus terus berinovasi dan mengembangkan strategi yang efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang mereka tawarkan. Salah satu strategi yang semakin mendapatkan perhatian adalah pendampingan pembelajaran.
Pendampingan pembelajaran dapat didefinisikan sebagai proses memberikan dukungan, bimbingan, dan supervisi kepada pendidik dan siswa selama proses belajar mengajar. Pendampingan ini dapat dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk supervisor pendidikan, konsultan, mentor, ataupun rekan sejawat yang memiliki pengalaman dan keahlian dalam bidang pendidikan. Tujuan utama dari pendampingan ini adalah untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran, baik dari sisi metode pengajaran yang digunakan oleh pendidik maupun dari sisi keterlibatan dan motivasi siswa dalam proses belajar.
Secara konseptual, pendampingan pembelajaran berakar pada teori-teori pendidikan yang menekankan pentingnya interaksi sosial, scaffolding, dan pembelajaran berbasis pengalaman. Vygotsky (1978), misalnya, dalam teorinya tentang zone of proximal development (ZPD), menekankan bahwa interaksi dengan individu yang lebih berpengalaman dapat membantu seseorang mencapai potensi belajarnya. Pendampingan pembelajaran, dalam konteks ini, berperan sebagai bentuk scaffolding yang membantu pendidik dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.
Namun demikian, implementasi pendampingan pembelajaran di berbagai lembaga pendidikan masih menghadapi berbagai tantangan. Tantangan tersebut meliputi kurangnya sumber daya manusia yang kompeten untuk menjadi pendamping, minimnya pemahaman tentang pentingnya pendampingan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, serta kendala teknis seperti keterbatasan waktu dan fasilitas. Selain itu, variasi kebutuhan dan karakteristik siswa serta guru di setiap lembaga pendidikan menuntut adanya model pendampingan yang adaptif dan kontekstual.
Penelitian ini berangkat dari kesadaran akan pentingnya peran pendampingan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan fokus pada berbagai lembaga pendidikan, penelitian ini berusaha untuk mengeksplorasi bagaimana pendampingan pembelajaran dapat diimplementasikan secara efektif, serta dampaknya terhadap kualitas pendidikan. Kajian ini tidak hanya bertujuan untuk memperkuat pemahaman teoritis mengenai pendampingan pembelajaran, tetapi juga untuk memberikan rekomendasi praktis bagi lembaga pendidikan dalam merancang dan melaksanakan program pendampingan yang berkelanjutan dan berdaya guna.
Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, serta menjadi referensi bagi pengambil kebijakan dan praktisi pendidikan dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan untuk memahami secara mendalam bagaimana pendampingan pembelajaran dapat meningkatkan kualitas pendidikan di lembaga pendidikan. Pendekatan kualitatif dipilih karena memungkinkan peneliti untuk mengeksplorasi fenomena secara mendalam, serta memahami pengalaman, persepsi, dan perspektif para peserta penelitian dalam konteks yang lebih luas. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus eksploratif untuk menggali implementasi pendampingan pembelajaran di beberapa lembaga pendidikan yang berbeda. Studi kasus dipilih karena memungkinkan penelitian yang mendalam terhadap konteks tertentu, serta memungkinkan peneliti untuk mempelajari kompleksitas fenomena pendampingan pembelajaran dalam lingkungan yang nyata.
Penelitian dilakukan di lima lembaga pendidikan yang terdiri dari sekolah dasar, Taman Kanak-kanak, PAUD, dan dua Taman Pendidikan Alquran yang berada di Desa Temaji Kecamatan Jenu, Tuban. Partisipan penelitian terdiri dari orang-orang penting, yang meliputi guru, kepala sekolah atau lembaga, dan pendamping pembelajaran di setiap lembaga pendidikan yang menjadi lokasi penelitian. Pemilihan partisipan dilakukan secara purposive sampling, yaitu memilih partisipan yang dianggap memiliki informasi yang relevan.
Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa teknik, yaitu:
- Wawancara Mendalam: Wawancara semi-terstruktur dilakukan dengan guru, kepala sekolah, dan pendamping pembelajaran untuk mendapatkan pandangan mereka tentang pelaksanaan pendampingan, tantangan yang dihadapi, serta dampaknya terhadap kualitas pembelajaran.
- Observasi Partisipatif: Peneliti melakukan observasi langsung di kelas untuk melihat bagaimana pendampingan pembelajaran diterapkan dalam proses belajar mengajar.
- Dokumentasi: Pengumpulan data juga dilakukan melalui analisis dokumen yang relevan, seperti rencana pembelajaran, modul pelatihan pendamping, dan laporan evaluasi program pendampingan. Dokumen-dokumen ini memberikan informasi tambahan mengenai struktur dan pelaksanaan pendampingan di setiap lembaga pendidikan.
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis tematik. Selanjutnya, peneliti melakukan triangulasi data dengan membandingkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk memastikan validitas dan reliabilitas temuan. Triangulasi ini juga berfungsi untuk mengidentifikasi kesenjangan atau inkonsistensi dalam data, yang kemudian dianalisis lebih lanjut untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif.
Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dalam keadaan sadar dan terstruktur yang memiliki tujuan untuk membentuk proses dan suasana belajar yang mampu mengembangkan potensi peserta didik secara aktif baik dari sisi agama, penguasaan diri, pembentukan kepribadian, hingga mengasah kecerdasan dan menerapkan moral serta akhlak mulia yang sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Secara sederhana pendidikan adalah usaha yang dilakukan agar dapat memupuk dan meningkatkan tiap- tiap potensi yang dimiliki peserta didik ke arah yang lebih baik dan positif baik dari segi rohani maupun jasmaninya sehingga dapat sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat dan budaya agar mampu untuk saling memajukan. Pendidikan tentunya terdiri dari beberapa unsur untuk melengkapinya, unsur- unsur tersebut yaitu, peserta didik, pendidik, tujuan pendidikan, interaksi yang edukatif, materi pendidikan, alat dan metode pendidikan dan lingkungan Pendidikan.
Kualitas guru menentukan kualitas pendidikan. Guru dikatakan berkualitas apabila memiliki kompetensi untuk merencanakan, mengajar, mengevaluasi, membimbing, melatih, meneliti, dan melakukan pengabdian kepada masyarakat (pasal 39 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003). Menurut Jailani (2014), ada beberapa guru yang tidak memenuhi syarat. Oleh karena itu, guru diharapkan memiliki kompetensi yang baik. Guru yang memiliki kompetensi yang baik diyakini memiliki kemampuan yang baik dalam mengajar. Pernyataan ini didukung oleh Nurhasanah dan Nopianti (2021) menyatakan bahwa guru yang memiliki kompetensi yang baik dapat mengajar dengan baik. Ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Kompetensi pedagogik adalah kompetensi guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Kemampuannya dalam mengatur kelas, menata tempat duduk siswa, dan lain-lain merupakan contoh kompetensi pedagogik.
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi untuk mempengaruhi siswa agar memiliki sikap yang baik. Kompetensi profesional adalah kompetensi guru dalam menguasai materi. Terakhir adalah kompetensi sosial, dimana guru harus mampu berinteraksi dengan baik dengan siswa, guru lain, dan orang tua. Kompetensi tersebut dapat mengantarkan pada keberhasilan proses belajar mengajar. Guru harus memainkan perannya untuk mengajar, mengevaluasi proses belajar mengajar, dan memperbaiki apa saja yang perlu diperbaiki di sana. Hal ini harus disadari oleh guru sejak pertama kali mereka berada dalam proses belajar mengajar.
Asistensi Pendidikan Mengajar merupakan di program Satuan yang dilaksanakan untuk melatih calon guru untuk mengajar dan melakukan apa saja yang dilakukan guru nyata di dalam kelas. Program ini bertujuan untuk membangun karakter calon guru agar siap menjadi guru. Tujuan dari program ini adalah untuk memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam mengajar. Calon guru tidak hanya belajar bagaimana mengelola kelas dan menyampaikan materi, tetapi juga bagaimana melakukan administrasi sekolah (Dani Irawan, 2022).
Tahap Persiapan
Sebelum melakukan pendampingan pembelajaran tentunya diperlukan beberapa persiapan. Yang pertama harus dilakukan tentu adalah berkunjung ke sekolah tersebut untuk memohon izin kepada Kepala lembaga yang memiliki wewenang atas perizinan pendampingan pembelajaran. Terdapat lima lembaga Pendidikan yang dimintai perizinan untuk melakukan pendampingan pembelajaran di desa Temaji, yaitu UPT SDN Temaji 3, TK dan PAUD Mutiara Bangsa, serta TPQ Mambaul Ulum dan TPQ Nurunnajah di Dusun Jajar.
Setelah mendapatkan izin pendampingan pembelajaran di SDN 3 Temaji dan ditugaskan untuk mendampingi pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan BTA (baca tulis Alquran), mulailah dilakukan wawancara terhadap guru pengampu mata pelajaran tersebut. Beliau mengatakan bahwa hal yang seringkali perlu diperhatikan yaitu pengondisian kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Begitu pula dengan Lembaga-lembaga lainnya juga dilakukan wawancara baik mengenai lingkungan lembaga, suasana dalam pembelajaran, kurikulum serta metode yang digunakan.
Pada beberapa hari pertama, kegiatan yang dilaksanakan berpusat pada mengidentifikasi permasalahan yang ada. Baik permasalahan yang timbul dari proses pembelajaran maupun permasalahan yang terjadi karena sarana prasarana sekolah yang kurang mendukung proses pembelajaran. Selain itu, juga dilaksanakan koordinasi bersama Guru Pamong, Kepala Lembaga, serta Guru di lembaga-lembaga tersebut terkait permasalahan yang ada, upaya mengatasi permasalahan serta kegiatan atau aktivitas yang akan dilakukan ke depannya (Surya Sari dkk, 2021: 3550).
Tahap Pelaksanaan
Pendampingan pembelajaran di Sekolah Dasar (SD)
Pendampingan pembelajaran mulai dilaksanakan pada tanggal 29 Juli sampai tanggal 12 Agustus di SDN 3 Temaji. Di beberapa hari pertama dalam pelaksanaan pendampingan pembelajaran, para Mahasiswa mengawali pembelajaran dengan memperkenalkan diri dan beradaptasi di dalam maupun di luar kelas. Selain itu, para mahasiswa juga melakukan koordinasi dengan para guru mengenai proses pembelajaran dan permasalahan yang ada di sekolah SDN 3 Temaji.
Di beberapa minggu kedua, setelah para mahasiswa melakukan perkenalan, beradaptasi dan berkoordinasi dengan para guru, para mahasiswa memulai pendampingan pembelajaran. Pendampingan kegiatan pembelajaran berlangsung selama sepuluh kali tatap muka dengan perincian lima kali dalam seminggu berupa aktivitas dalam pembelajaran maupun non pembelajaran.
Kepuasan siswa menjadi aspek terpenting dari setiap program. Dalam program kerja yang dibuat oleh mahasiswa ini akan mempengaruhi kepuasan hasil belajar siswa SDN Temaji dan hal ini dapat menyebabkan keberhasilan program kerja. Mahasiswa menegaskan bahwa efektivitas program kerja adalah dimana program kerja pelatihan dan pembelajaran itu menyenangkan sehingga siswa dapat memperoleh motivasi belajar dan meningkatkan kualitas Pendidikan yang tinggi.
Pendampingan Pembelajaran di PAUD
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada para pendidik PAUD Mutiara Bangsa mampu menerapkan nilai agama dan moral sebagai pondasi utama dalam penanaman aqidah. Hasil dari stimulasi yang diberikan dalam pengembangan Nilai Agama dan Moral (NAM) di PAUD Mutiara Bangsa untuk KD mulai berkembang, mau mengikuti doa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, demikian juga kegiatan sebelum makan, murojaah doa-doa harian walaupun belum fokus karena rentang daya konsentrasi anak masih pendek. Perkembangan anak mulai berkembang sesuai harapan. Mampu melakukan kegiatan hafalan hadis, QS. At Taubah dan hafalan doa dengan cukup (Kusnilawati et al., 2018).
Hasil penelitian di PAUD Mutiara Bangsa terlihat mampu mengakomodasi perkembangan fisik motorik anak, dengan menyiapkan arena bermain yang memfasilitasi anak dalam gerakan bergelayut, melompat, merunduk dan merayap jaring laba-laba, serta kegiatan senam pagi. Hasil stimulasi anak Playgroup berkembang dengan baik. Hal ini dipengaruhi oleh fasilitas dan waktu yang sudah diberikan oleh sekolah dan juga lingkungan yaitu masih banyak kebun yang ada disekitar rumahnya. Demikian juga pada fisik motorik halus, stimulasi diberikan pada kegiatan harian sebelum belajar yang disebut jurnal pagi sehingga anak mampu melakukan gerakan menjumput, memelintir, meremas, menggunting sebagai persiapan menulis awal. Dari hasil jurnal anak-anak terlihat kemampuan menulis awal dan menggambar sudah berkembang sesuai harapan. Pada hasil penelitian di atas terhadap perkembangan fisik motorik anak di PAUD Mutiara Bangsa sesuai penelitian yang dilakukan Indraswari: 2012 yang menyatakan bahwa keterampilan motorik halus merupakan suatu pengorganisasian antara otot kecil seperti jari dan tangan, mata dan akurasi visual/mata.
Pada perkembangan kognitif anak anak yang berada di PAUD Mutiara Bangsa memiliki kemampuan yang beragam. Anak mampu berhitung angka 1 sampai dengan 10 tanpa bantuan dari guru. Adapun anak yang memiliki kemampuan mulai berkembang dengan menyebutkan angka 1 sampai dengan 5. Perkembangan bahasa anak berkaitan erat dengan perkembangan kognitif, hal ini berdasarkan dari penelitian Goldin-Meadow,S. Et. Al. (2014) yang menyatakan adanya peningkatan bahasa dan perkembangan kognitif pada anak.
Perkembangan sosial emosional di PAUD Mutiara Bangsa sudah berkembang sesuai harapan. Terlihat pada perkembangan sosial emosional anak yang berada di lingkungan keluarga yang baik, sehingga terbentuk sikap mandiri dan sikap prososial dalam bergaul dengan temannya. Perkembangan sosial emosional sudah berkembang dengan baik, sehingga mampu bekerja sama dalam suatu kelompok, mampu bersabar menunggu giliran ketika mengantri keluar kelas, dan dapat membantu teman dalam membereskan mainan (Kusdiyati et al., 2012). Perkembangan sosial mulai berkembang namun tahapan dalam menyelesaikan masalah baru mampu menggunakan fisik, belum mampu mengontrol geraknya dalam memukul, mendorong teman. perkembangan sosial emosional yang baik menjadi pondasi bagi anak dalam bergaul dengan sesama dan belajar yang lebih baik dalam beraktivitas di lingkungannya (Khasanah et al., 2012).
Pendampingan Pembelajaran di TK
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang sudah dilakukan, untuk proses belajar yang dilakukan, guru menggunakan kurikulum yang ada di sekolah, kemudian guru membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang disesuaikan dengan tema pembelajaran yang akan disampaikan pada hari itu. Rencana pembelajaran dimodifikasi sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang sesuai dengan tahap perkembangan anak dan mata pelajaran hari itu. Adapun wawancara ini diperkuat dengan hasil observasi yang didapatkan oleh peneliti, dimana memperlihatkan bahwa perencanaan pembelajaran telah dibuat oleh guru. Anak-anak diajarkan untuk menjadi mandiri melalui teknik keteladanan.
Untuk metode pembelajaran yang kami pakai dengan metode keteladanan. Untuk contohnya seperti, makan sendiri, menyimpan sepatu sendiri di rak sepatu, menaruh tas di loker sendiri ketika sampai di kelas, mencuci tangan sendiri waktu ingin makan, pergi ke wc sendiri. Untuk mengatasi kendala tadi upaya yang dilakukan oleh para guru adalah menstimulasi anak melalui sosialisasi lingkungan baru. Seperti melakukan pendekatan pada anak. Sejauh ini tidak terdapat kendala dalam mengembangkan kemandirian pada anak. Kemandirian anak sudah tergolong tinggi, hal ini terlihat dari aktivitas yang dilakukan oleh anak seperti; berdoa sendiri, masuk kelas tanpa diantar orang tua, turun dari kendaraan tidak menangis lagi, meletakkan tas di loker, meletakkan sepatu di rak), mencuci tangan tanpa bantuan guru, memasang kaus kaki sendiri, membuka bekal makanan, membuka snack sendiri, bahkan anak mampu menggunakan celana sendiri pada saat anak selesai buang air kecil.
Bagi anak-anak usia dini, latihan kemandirian ini bisa dilakukan dengan cara melibatkan anak dalam kegiatan praktis sehari-hari di sekolah, sebagai contoh melatih anak mengambil air minumnya sendiri, melatih anak untuk mencopot dan memakai sepatunya sendiri, melatih anak buang air kecil sendiri, melatih anak menyuap makanannya sendiri, melatih anak untuk naik dan turun tangga sendiri, dan sebagainya. Guru memberikan tugas kepada anak untuk melakukan aktivitasnya secara mandiri sehingga mereka menjadi terbiasa. Kemandirian harus dilatih dan dikembangkan pada anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak.
Minimnya sarana prasarana pendukung kegiatan pembelajaran, kurangnya dukungan orang tua terhadap kemandirian anak, Kemandirian anak tidak tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Kemandirian perlu ditanamkan, dibentuk dan dikembangkan oleh orang dewasa yang berada di lingkungan sekitar anak. Orang dewasa di lingkungan rumah adalah orang tua dan orang dewasa di sekolah adalah guru. Metode Pembelajaran yang digunakan dalam Meningkatkan kemandirian anak yaitu belajar sembari bermain dan memakai wahana dan prasarana yang terdapat di sekolah. Metode pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan menggunakan karakteristik anak usia dini. Metode pembelajaran yang digunakan dalam meningkatkan kemandirian anak salah satunya menggunakan metode keteladanan.
Media pembelajaran juga dapat mengasah kreativitas seorang guru. Guru yang kreatif akan selalu berusaha untuk menampilkan media pembelajaran yang terbaik untuk siswanya. Adapun upaya kreativitas guru di TK Mutiara Bangsa Jenu berupa APE ini dibuat dari barang bekas yang didaur ulang sedemikian rupa sehingga dapat dimainkan oleh anak-anak. Salah satu ilustrasinya adalah penggunaan dan daur ulang botol air mineral bekas yang efektif untuk membuat permainan APE, Evaluasi pembelajaran merupakan proses untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam menentukan sejauh mana dan bagaimana pembelajaran yang telah berjalan agar dapat membuat penilaian dan perbaikan yang dibutuhkan untuk memaksimalkan hasil akhir.
Pendampingan Pembelajaran di TPQ
Selanjutnya Pendampingan pada TPQ, Taman Pendidikan Alquran adalah sebuah lembaga yang menyelenggarakan pendidikan non-formal yang bertujuan untuk memberikan pengajaran membaca Alquran sejak usia dini, serta memahami dasar-dasar agama Islam pada anak usia taman kanak-kanak, SD/MI, atau bahkan pada jenjang yang lebih tinggi.
Mahasiswa KKN IAINU Tuban mengadakan pendampingan kegiatan belajar-mengajar di dua tempat yang berbeda, salah satunya yaitu di TPQ Manbaul Ulum. Kegiatan belajar-mengajar di TPQ Manbaul Ulum berlangsung setelah salat Asar yaitu pukul 16.00 WIB hingga pukul 17.00 yang bertempat di desa Temaji. Kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan setiap hari Sabtu sampai dengan hari kamis. Kegiatan belajar-mengajar biasanya dimulai dengan berdoa bersama, kemudian dilanjutkan dengan belajar mengaji dengan menggunakan metode Iqra'. Setelah belajar mengaji biasanya dilanjutkan dengan kegiatan lain sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Kegiatan di TPQ memberikan banyak manfaat bagi perkembangan anak. Selain meningkatkan kemampuan membaca Alquran, anak-anak juga mendapatkan pendidikan moral dan agama yang sangat penting dalam membentuk karakter yang baik. Kegiatan-kegiatan di TPQ juga menumbuhkan rasa cinta kepada Alquran dan ajaran Islam sejak usia dini, sehingga mereka tumbuh menjadi generasi yang beriman dan berakhlak mulia. Melalui TPQ, anak-anak tidak hanya mendapatkan pendidikan agama, tetapi juga belajar tentang nilai-nilai kebersamaan, disiplin, dan tanggung jawab. Hal ini sangat penting untuk perkembangan sosial dan emosional mereka di masa depan.
Perkembangan pembelajaran di TPQ Manbaul Ulum menunjukkan adanya kemajuan signifikan, terutama dalam hal metode pengajaran dan partisipasi santri. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di TPQ Manbaul Ulum, disarankan agar lembaga terus melakukan evaluasi berkala terhadap metode pengajaran dan kurikulum yang digunakan. Selain itu, penting untuk mengadakan pelatihan yang lebih intensif bagi para pengajar dan memperkuat kerjasama dengan orang tua dalam memotivasi anak-anak mereka.
Variabel pembelajaran TPQ mencakup beberapa aspek penting. Pertama, kemampuan bacaan Alquran siswa meningkat secara signifikan selama belajar di TPQ Nurunnajah. Ini mencerminkan peran positif TPQ dalam mengembangkan keterampilan membaca Alquran siswa. Kemudian, kemudahan mengikuti bacaan Alquran yang diajarkan oleh guru di TPQ Nurunnajah menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung dan bimbingan yang efektif. Kefasihan dalam membaca Alquran juga menjadi faktor penting, memudahkan pemahaman pelajaran PAI. Pembelajaran ilmu tajwid di TPQ berperan penting dalam memudahkan siswa memahami materi PAI, memberikan kedalaman pemahaman yang lebih besar. Keterkaitan pembelajaran di TPQ dengan pelajaran di sekolah menunjukkan bahwa integrasi dua lingkungan pembelajaran dapat mendukung efektivitas pembelajaran agama secara holistik.
Faktor kepuasan siswa terhadap pembelajaran di TPQ Nurunnajah menjadi indikator penting dari kualitas pengajaran di institusi tersebut. Siswa yang merasa puas dapat menciptakan atmosfer positif, mendukung motivasi belajar yang tinggi. Bacaan Alquran dengan khidmat setelah belajar di TPQ menunjukkan dimensi spiritual dalam pembelajaran, menciptakan pengalaman yang lebih mendalam. Memahami isi kandungan dalam Al-Quran sebagai faktor yang memudahkan siswa dalam memahami pelajaran PAI menjadi poin penting. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap ajaran- ajaran agama dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap pelajaran PAI di sekolah. Sedangkan dalam variabel hasil belajar, terdapat beberapa aspek, antara lain:
- Kemudahan memahami materi PAI yang diberikan oleh guru menjadi indikator kunci dari efektivitas pembelajaran.
- Sikap serius siswa mencerminkan tingkat keterlibatan yang tinggi dalam proses pembelajaran, yang dapat menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam dan berkelanjutan terhadap materi PAI.
- Peningkatan nilai setelah belajar di TPQ menjadi bukti konkret dari dampak positif pembelajaran di TPQ terhadap hasil belajar PAI.
Berdasarkan artikel ini adalah bahwa penerapan nilai agama dan moral di PAUD Mutiara Bangsa telah menunjukkan perkembangan positif pada anak-anak dalam aspek doa, hafalan, motorik, kognitif, dan bahasa. Meskipun terdapat tantangan terkait dukungan sarana dan orang tua, teknik keteladanan berhasil meningkatkan kemandirian anak. Di TPQ Manbaul Ulum, kegiatan belajar mengaji memberikan manfaat dalam membaca Alquran dan pendidikan moral, dengan rekomendasi untuk evaluasi dan pelatihan pengajar guna meningkatkan kualitas pembelajaran.
Selain itu, penelitian mengenai pendampingan pembelajaran di Desa Temaji menunjukkan bahwa pendampingan yang terstruktur dapat memperkuat kompetensi pedagogis pendidik dan meningkatkan motivasi serta hasil belajar siswa. Metode penelitian kualitatif yang digunakan menunjukkan pentingnya pengembangan model pendampingan yang adaptif dan evaluasi berkala untuk memastikan efektivitas program pendidikan.
Penulis: Moh. Ichwanudin, Nadya Arrifni, Alfia Rahma, Miftahul Shofiyatul, Puput Zunaidah, Siti Ni’matul Jannah, Alfina Shofiyurrohmah, M. Alfianul Afif, Nur Halim, Wiwik Nurul Shobihah, Dewi Rohmawati, Salma Salsabila, Widya Istiqomah, Ahmad Aryansah, Diah Rahmawati, mahasiswa Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Tuban.