Kepemimpinan dan Gerakan PMII di Kampus

Penulis : Amalia Amanda*

blokTuban.com - Ada pemimpin dan ada orang yang memimpin. Pemimpin memegang jabatan kekuasaan atau pengaruh. Orang yang memimpin menginspirasi kita. Entah dalam bentuk perorangan atau organisasi, kita mengikuti orang yang memimpin bukan karena kita harus melakukannya, tapi karena kita ingin. Kita mengikuti orang yang memimpin bukan demi mereka, tapi demi diri sendiri. 

Para pemimpin yang hebat bisa menginspirasi orang untuk bertindak. Orang yang bisa menginspirasi adalah orang yang bisa memberi perasaan tujuan atau rasa memiliki yang nyaris tidak ada kaitannya dengan imbalan atau manfaat eksternal yang bisa didapatkan. Orang yang benar – benar memimpin adalah orang yang bisa menciptakan pengikut yang bukan bertindak karena bujukan, tapi karena terinspirasi. 

Bagi mereka yang terinspirasi, motivasi untuk bertindak bersifat sangat pribadi. Mereka tidak mudah dibujuk dengan imbalan. Mereka bersedia membayar harga yang tinggi atau mengalami ketidaknyamanan, bahkan penderitaan pribadi. Orang yang bisa menginspirasi akan menciptakan kelompok pengikut, pendukung, pemberi suara, pelanggan, pekerja yang bertindak demi kebaikan keseluruhan, bukan karena mereka wajib tapi karena mereka ingin melakukannya. Meski jumlahnya relative sedikit, ada berbagai rupa dan ukuran dari organisasi dan pemimpin yang memiliki kemampuan alami untuk menginspirasi kita. Mereka bisa ditemukan di sektor publik dan swasta.

Gerak bisa diartikan sebagai yang lain. Kali ini kita fokus pada pengertian gerak menurut para ahli. Gerak bentuk perpindahan dari suatu tempat ke tempat adalah perubahan atau peralihan posisi dari suatu tempat ke tempat yang lain. Menurut Delphie (2006, hlm. 20) gerak merupakan alat bantu kita untuk dapat berpindah dari satu relasi ke relasi yang lain sehingga ruang itu menjadi milik kita.

Beberapa orang pasti akan memiliki tipe – tipe kepemimpinan dalam mengemban amanah organisasi. Begitupun pada kepemimpinan dan gerakan PMII di lingkungan Kampus. PMII sebagai organisasi Mahasiswa yang mayoritas anggotanya merupakan muslim berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah atau selaras dengan pemahaman keagamaan NU, mengalami perjalanan yang panjang dalam pembentukkannya. 

Lahirnya PMII tidak berjalan dengan mulus, banyak sekali hambatan dan rintangan yang harus dihadapinya. Keinginan mendirikan organisasi Mahasiswa NU dari berbagai Mahasiswa NU di Indonesia sangat kuat, akan tetapi PBNU tidak cepat – cepat memberikan lampu hijau dikarenakan belum perlu adanya organisasi Mahasiswa NU, karena NU sudah memiliki organisasi IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama). Namun, dengan semangat kepemimpinan Mahasiswa serta gerakannya yang sangat kuat dalam memassifkan dan mensosialisasikan dobrakan ini. Akhirnya, PBNU pun memberikan lampu hijau bagi Mahasiswa NU.

Adapun sosio – historis kelahiran PMII 21 Syawal 1379 H atau 17 April 1960. Kepemimpinan dan gerakan PMII semakin massif hingga dapat dirasakan kebermanfaatkannya saat ini oleh kita generasi sandwich abad ke – 20. Namun, seiring perkembangannya zaman banyak sistem yang mendegradasi kepemimpinan dan gerakan PMII di lingkungan Kampus. 

Hampir, Mahasiswa lebih memilih dalam lingkaran zona nyaman, yang tidak mengambil resiko lebih besar. Tidak hanya itu, banyak dari mereka yang berani menjual idealismenya demi kepentingan individu ataupun kenyamanan pribadi. Hal, ini menjadi PR besar bagi kita para kader – kader PMII. Maka, daripada itu permasalahan yang terdapat pada kepemimpinan dan gerakan PMII di Kampus harus terus diperhatikan, dikarenakan hal ini akan selalu berhubungan dengan sumber daya manusia atau kader, yang nantinya akan menjadi pusat regenerasi selanjutnya.

PMII sebagai ormas Mahasiswa yang berbasis kultural pesantren ternyata tidak hanya mengembangkan pemikirannya pada basis keagamaan semata, akan tetapi PMII harus mampu membangun dan mewujudkan perangkat basis intelektual di kalangan Mahasiswa. Para aktivis PMII berupaya terus menempa diri dan mengasah kepekaan intelektualitasnya. Karena, hal tersebut akan berpengaruh pada kepemimpinan dan gerakan PMII dikemudian hari. 

Adapun peran PMII di Kampus yaitu melaksanakan kegiatan pelatihan dan pembinaan kepemimpinan Mahasiswa mempunyai tujuan untuk mencetak dan membentuk kader yang mempunyai jiwa kepemimpinan. Kegiatan ini menggunakan metode diskusi, ceramah dan permainan agar memudahkan komunikasi yang terjalin antar kader. 

Tidak hanya itu, dalam melakukan kepemimpinan dan gerakan PMII di Kampus perlu adanya strategi pengembangan PMII, yaitu serangkaian cara yang tersusun rapi yang dilaksanakan secara sadar, terencana, terarah dan teratur utuk memperkenalkan dan menyebarkan PMII terhadap calon kader PMII di lingkungan Kampus baik tingkat Komisariat ataupun Rayon, seperti melakukan pengawalan kaderisasi secara konsisten yang berpacu pada NDP (Nilai Dasar Pergerakan) PMII.

PMII adalah salah satu organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia yang telah mencapai pada konsekuensi yang logis yakni pada kedinamisan. Utamanya, PMII harus mampu melek terhadap perkembangan zaman, dalam hal ini adalah kepemimpinan dan gerakan PMII di Kampus. Membangun cara pandang dan sistem yang baru agar tidak terjadi degradasi, yang menyebabkan lemahnya kaderisasi serta sumber daya manusia atau kader yang berkualitas. Oleh, sebab itu perlu adanya pengawalan kaderisasi yang konsisten dan pemetaan strategi gerakan yang matang.

Pada penulisan analisis sederhana ini, kita dapat melihat bahwasanya para kader PMII terutama dilingkungan Kampus, dimasa saat ini harus mampu untuk membaca dan mengolah gerakan baru yang tidak meninggalkan tradisi lama, dengan gerakan baru yang relevan dan konteks sosial masyarakat yang berkembang, dengan begitu PMII akan tetap mampu untuk menempa diri dengan pemikiran – pemikiran kepemimpinan dan gerakan yang lebih mempunyai etos transformatif. Keluar daripada zona nyaman itu sendiri, profesionalisme dalam berbagai sektor, serta mematangkan dirinya lewat gerakan – gerakan secara kolaboratif seperti dengan LSM, media, politik, pendidikan, instansi baik itu kelembagaan pemerintahan ataupun non pemerintahan, berfokus pada skill, dan sektor – sektor lainnya, bersama kelompok mahasiswa lain. 

Meskipun penulisan ini masih dikatakan jauh dari sempurna minimal kita mampu mengimplementasikan pemikiran – pemikiran, kepemimpinan dan gerakan PMII terutama dilingkungan Kampus. Adapun, gerakan PMII yang selalu berpacu pada NDP dan nantinya mampu dipetakan secara fungsi yaitu kerangka refleksi (landasan berfikir),kerangka gerakan (landasan berpijak), dan ideologis (sumber motivasi), sehingga akan menghasilkan gerakan yang tidak hanya dinamis, namun juga sesuai daripada tujuan PMII didirikan dan dipertahankan hingga saat ini.

Setiap organisasi selalu perlu adanya refleksi bersama, sehingga kita akan mampu memahami sejauh mana organisasi kita dapat terus berkembang dan tumbuh pada sektor - sektor manapun. Bahan refleksi ini diambil dari pemikiran dan pemetaan lapangan Sahabat Nur Sayyid Santoso Kristeva (Alumnus UIN Sunan Kalijaga/Kader PMII DIY Yogyakarta) diringkas pada materi stadium general, dan disederhanakan kembali oleh Sahabat Ahmad Shiddiq.

Dimana tantangan gerakan Mahasiswa saat ini dan sangat relevan pada lingkungan Kampus adalah awal, upaya membuka ruang demokrasi nasional dengan harapan munculnya gejolak demokrasi arus bawah yang massif. Kedua, persoalan perubahan dinamika ekonomi politik global yang bermetamorfosis menjadi kekuatan Neo – liberal yang kuat. Ketiga,dan yang masih krusial adalah bagaimana mendesain ulang format gerakan yang lebih konstruktif dan terkonsolidasi secara massif.

Tidak hanya itu, setiap gerakan akan selalu melekat idealisme dalam individu manusia itu sendiri. Idealisme gerakan Mahasiswa pada hakekatnya sebuah gerakan (movement) merupakan upaya melakukan antitesa dari kondisi status – quo yang konservatif dan tidak memiliki kepekaan akan cita – cita masyarakat yang lebih maju.

Philip G.Albach dalam bukunya Student in Reovolt Melihat posisi gerakan mahasiswa berada dalam dua level yaitu :

1. Sebagai proses perlu bahan, yaitu menumbuhkan perubahan sosial dan mendorong perubahan politik,

2. Sejarah juga banyak mencatat bagaimana gerakan mahasiswa bisa bergerak dalam level sistem politik yang akan meluas pada pengaruh kebudayaan dan sosial.

Adapun model idealisme kepemimpinan Mahasiswa yaitu intelektualitas, moralitas, religiusitas, kepekaan sosial, konsolidasi gerakan, dan cita – cita luhur kaum terpelajar. 

Maka, moral sebenarnya adalah sistem nilai yang berlaku universal bagi individu bukan komunitas (baca gerakan) dan menjadi alat mekanisme kontrol atas perilaku individu dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setelah, beberapa poin model idealisme kepemimpinan Mahasiswa diketahui. Maka, analisis kekuatan dan kelemahan gerakan PMII harus mampu dibedah secara detail seperti halnya dalam daya dorong PMII. 

Pertama, gagap dalam memahami dan merespons berbagai perkembangan global dan nasional, kedua gagal menjadikan dirinya aktor strategis dalam mendorong perubahan transformatif di Indonesia, ketiga terjebak dengan rutinitas seremonial seperti rapat kerja, pelantikan, atau peringatan berbagai momen sejarah yang sudah membatu (petrified), keempat gagal merebut berbagai peluang internasional baik yang dibuka oleh aktor – aktor yang dekat secara kultural, maupun yang tercipta sebagai dampak dinamika relasi kekuatan – kekuatan Negara maju, kelima gagal menjadi konsolidator kekuatan pro – perubahan bahkan untuk lingkaran internalnya, dan keenam tidak cukup serius memfasilitasi pengembangan diri kader basis.

Sedangkan, pada analisis kepemimpinan yaitu pertama tidak visioner : gagal memberi arahan yang jelas berkaitan dengan berbagai perubahan dalam konteks global dan nasional, kedua tidak memiliki inisiasi kreatif dalam menerobos kebuntuan - kebuntuan gerakan, ketiga tidak menggunakan pendekatan strategis, analisis obyektif, sistematik, dalam menyelesaikan masalah, namun dengan metode yang singkat, reaksioner, seperti halnya dalam menanggapi sebuah isu. Seharusnya lebih kepada audiensi, beradu ide dan gagasan pada kelembagaan yang dikaitkan dengan isu tersebut. 

Karena, pada dasarnya reaksioner ini termasuk dalam sikap aksi demonstrasi, yang hari ini gerakan tersebut sudah kurang relevan lagi, keempat kepemimpinan lebih menjadi penghambat kemajuan organisasi ketimbang menampilkan kinerja yang handal dan transformasional, kelima sudah ada mekanisme koordinasi dan konsolidasi, namun belum sepenuhnya transparan dan periodik (taat pada aturan yang dibuat bersama).

PMII adalah organisasi sosial Kemahasiswaan, yang memiliki desain gerakan dan bertumpu pada tiga pilar :

1. Pertama, mendorong perubahan struktural kearah global, nasional, dan lokal;

2. Kedua, bagaimana PMII menjadi konsolidator kekuatan yang pro – perubahan;

3. Ketiga, bagaimana PMII mampu merebut Kampus Umum, untuk mencetak kader dari berbagai disiplin ilmu.

Adanya tahapan gerakan yang perlu diimplementasikan pada PMII, ialah gerakan diatas yang akan mencapai transformasi, yaitu kristalisasi dan sublimasi keseluruhan gerakan setelah melalui tahapan sebagai berikut :

1. Pertama, pemahaman PMII akan kondusif objektif dan basis nilai ideologis sama – sama kuat;

2. Kedua, PMII mampu melakukan kontekstualisasi paradigma dan ideologi dalam level praksis empiris. Mampu merumuskan berbagai isu – isu strategis, tahapan – tahapan, taktik, yang tidak utopis;

3. Ketiga, PMII mampu mengidentifikasikan akar persoalan dan aktor pada dataran struktural dan cultural sehingga mampu melakukan blocking atau memahami medan perjuangan;

4. Keempat, mampu menjadi konsolidator gerakan baik konteks nahdliyin maupun elemen – elemen lain;

5. Kelima, mampu menyusun strategic planning, scenario building,dan action planning;

6. Keenam, mampu membangun kesadaran kritis masyarakat sehingga mampu mentransformasikan isu pergerakan menjadi isu masyarakat sehingga masyarakat menjadi aktor utama perubahan.

 

Dari 6 tahapan gerakan tersebut, maka lahirlah strategi gerakan PMII, yang dirasa perlu memikirkan beberapa hal dan berkenaan dengan orientasi politik :

1. Perspektif dan ideologi yang lebih jelas dan matang;

2. Kemampuan memetakan isu dan analisis sosial startegis;

3. Pengorganisasian massa dan jaringan;

4. Kaderisasi yang sistematik;

5. Kemampuan diplomasi politik pada kelompok;

6. Kaderisasi yang lebih rapi dan matang.

Pada akhirnya, setiap poin – poin diatas akan menghasilkan pemutakhiran gerakan, yaitu konsolidasi kepemimpinan gerakan PMII, dimana fakta mengenai fragmentasi gerakan masyarakat sipil, perlu dibuat arena – arena bersama yang menghubungkan antar kelompok untuk mampu berkelanjutan dalam membangun konsolidasi,mencegah keretakan relasi antar gerakan. 

Adanya gerakan PMII menjadi jembatan penghubung (agen konsolidasi), gerakan – gerakan PMII juga perlu memperluas spektrum dan jangkauan, jika Mahasiswa tidak hanya berkutat dalam aras Kampus, namun bekerja bersama dengan kekuatan lain seperti NGO,parpol, media massa, dan ormas, atau aktor – aktor strategis dalam mengerjakan agenda kerakyatan.

Referensi: 

Sinek, S. (2019). Start with why. Gramedia Pustaka Utama.

Hifni, A. (2016). Menjadi kader PMII. Moderate Muslim Society.

Rahayu, R. J. (2019). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Keterampilan Manipulatif Lengan pada Pembelajaran Model Pendidikan Gerak Berformat Permainan (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia). 

https://www.slideshare.net/ahmadshiddiq91/revolusi-kepemimpinan-gerakan-pmii

 

*: Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia Kota Bandung.