Penulis : Leonita Ferdyana Harris
blokTuban.com – Terletak di Kecamatan Widang, Desa Bunut dihuni oleh kurang lebih 2100-an penduduk dengan mayoritas pekerjaan bertani. Desa yang hanya memiliki 1 dusun ini berbatasan dengan Desa Widang di sebelah utara, Kecamatan Plumpang di sebelah selatan, Desa Patihan di sebelah barat, dan Desa Ngadirejo di sebelah timur.
Satu-satunya desa yang memiliki gedung serba guna di Kecamatan Widang ini menjadikan gapit sebagai produk olahan khas desa yang di unggulkan. Hasil gapit yang diproduksi mandiri oleh masyarakat ini bahkan sudah pernah dipamerkan pada event UMKM Kota Tuban dan sudah mendapatkan fasilitas kemudahan mengenai perizinan produk meskipun penjulannya masih berskala lokal atau di lingkup Tuban saja, Minggu (29/10/23)
Dalam proses berdirinya sebuah desa tentu tidak luput dari adanya sejarah. Tercatat, Desa Bunut pada tahun 1870 pertama kali di pimpin oleh kepala desa bernama Sariman dan sudah mengalami sekurang-kurangnya 13 kali pergantian kepemimpinan hingga hari ini.
Dikutip dari buku RPJM Desa Bunut tahun 2021, sejarah berdirinya Desa Bunut kental sekali keterkaitannya dengan 3 tokoh leluhur yaitu Mbah Salem, Mbah R.Dono dan R.Yek. Mbah salem merupakan tokoh babat alas/pendiri desa sedangkan Mbah R.Dono dan R.Yek merupakan tokoh ulama pertama yang menyebarkan agama Islam di Bunut.
Kisah ini diawali dengan kedatangan mbah Salem beserta istri yang saat itu sedang mengembara guna menghindari perang yang terjadi antara dua kerajaan besar saat itu yaitu kerajaan Majapahit dan kerajaan Mataram. Perang tersebut terjadi dikarenakan keinginan Mataram untuk menjadikan seluruh penghuni Majapahit untuk berpindah keyakinan menjadi penganut agama Islam.
Pada saat itu, mbah Salem dan istri yang telah menganut agama Islam memilih untuk berkelana dan mengembara hingga sampailah di sebuah daratan yang kala itu masih berupa daratan penuh semak belukar. Merasa tempat ini cukup cocok untuk ia bertempat tinggal, dibantu oleh sang istri akhirnya mbah Salem membuka lahan tersebut dengan membersihkannya dari semak belukar. Peristiwa inilah yang kemudian memunculkan nama Bunut yang artinya pebukaan lahan.
Satu tahun setelah kedatangan mbah Salem, tibalah mbah R.Yek beserta sang istri dari Sidayu Gresik ke tanah Tuban. Mbah R.Yek kemudian membuka lahan baru berdekatan dengan tempat tinggal mbah Salem namun belum terjamah. Di lokasi inilah mbah R.Yek kemudian memulai penyebaran agama Islam.
Sekian tahun kemudian, saudara R.Yek yaitu R.Dono turut menginjakkan kakinya di tanah Tuban hingga memperluas kewilayahan R.Yek dan bersama-sama mereka memperluas penyebaran Islam di Desa Bunut.
Kedua bersaudara tersebut memiliki satu kegemaran yang sama yaitu gemar memelihara burung semasa hidupnya. Saat ini keduanya telah meninggal dunia dan di makamkan di Bunut. Mbah R.Yek dimakamkan di pemakaman Mbagun Rejo sedangkan Mbah R.Dono dimakamkan di pemakaman Cungkup rejo.
Cerita yang beredar, dahulu seorang warga pernah bernadzar ketika akan menanam jagung di lahannya. Jika panen jagungnya berhasil maka ia akan membawanya bersedekah bumi ke makam mbah R.Dono disertai pertunjukan wayang. Sejak saat itu, kegiatan sedekah bumi disertai pagelaran wayang di makam masih rutin dilaksanakan setiap tahun.
“Kalau kegiatan sedekah buminya ada 2 titik utama yang kalau gak pakai pagelaran wayang kata para orang tua bakal ada bala atau mala petaka. Ada di Sumur gede dan makam cungkup. Jadi kita yang cuma penerus kan tinggal menjalankan makanya sampai hari ini kalau kegiatan sedekah bumi, pasti sudah satu paket sama pewayangan,” Ujar Ali (42) selaku sekertaris Desa Bunut.
Sedekah bumi sendiri dilaksanakan di 5 titik secara berkelanjutan dalam satu minggu. [Leo/Ali]