Oleh : Nurul Mu’affah
blokTuban.com – Desa Kapu merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban. Memiliki luas 900 Ha, desa ini berbatasan dengan Desa Tahulu di sebelah Utara, Desa Sumurgung di sebelah timur, Desa Tegalrejo di sebelah selatan dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tuwiri Wetan.
Desa Kapu memiliki sejarah yang berkaitan dengan seorang wali bernama Kiai Sholeh atau biasa dikenal dengan sebutan Kiai Klopo Telu. Tak banyak yang tau akan ceritai Kiai Klopo Telu, namun Kiai Klopo Telu adalah seorang wali yang menyebarkan agama Islam di Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban, khususnya di Desa Kapu, Minggu (8/10/2023).
Sejarah Desa Kapu seringkali diwariskan dari mulut ke mulut, sehingga belum bisa dipastikan secara pasti kebenarannya. Menurut Buku RPJM Desa Kapu Tahun 2023-2028, diceritakan sejarah Desa Kapu berawal dari Kiai Klopo Telu, beliau putra dari Abdul Qodir yang diperkirakan hidup pada tahun 1830 M.
Dahulu, Kiai Klopo Telu hidup di Desa Kapu, hal ini terbukti dengan bekas lokasi pondok pesantren milik Kiai Klopo Telu yang berlokasi di Desa Kapu. Tapi kini lokasi pondok pesantrennya sudah tidak ada, hanya menyisakan sawah.
Menurut cerita, sebelum mendirikan pesantren, Kiai Klopo Telu mondok di Pesantren Krapyak, Magelang. Hal ini juga diceritakan di Buku Tuban Bumi Wali, The Spirit of Harmoni.
Selama bertahun-tahun di pesantren, Kiai Klopo Telu tak pernah diajarkan mengaji, hanya disuruh membersihkan rumah dan pondok. Namun tentu saja Kiai Soleh muda pada saat itu merasa bingung dan terheran-heran. Lebih anehnya lagi sang guru memberinya bekal berupa cangkul, linggis dan buah kelapa. Tetapi karena itu pemberian sang guru, beliau lalu pulang membawa apa yang telah diberikan gurunya.
Setelah ditanam ternyata kelapa tersebut tumbuh subur, Kiai Sholeh bercocok tanam di desanya. Lambat laun banyak warga berdatangan ke tempatnya untuk belajar ngaji ke Kiai Sholeh. Meskipun dulu tak pernah diajarkan, namun anehnya Kiai Sholeh bisa bahkan ahli dalam ilmu agama, Kiai Sholeh juga terkenal akan ilmu laduninya. Lalu Kiai Sholeh mendirikan sebuah pesantren di usia sekitar 30 tahun. Banyak ulama besar di Jawa menimba ilmu pada beliau.
Sementara itu, nama Kiai Klopo Telu adalah julukan Kiai Sholeh. Beberapa pendapat mengatakam nama itu berawal dari pada saat Kiai Sholeh pulang dari mondok, dan kelapa yang ia tanam tumbuh subur yang anehnya memiliki cabang tiga, sehingga Kiai Sholeh dijuluki Kiai Klopo Telu. Pendapat lain mengatakan julukan ini berasal dari Kiai Sholeh dan dua saudaranya, sebab Kiai Sholeh dari tiga bersaudara.
Kiai Sholeh dan dua saudaranya ini menjadi sosok ulama yang besar. Pada mulanya mereka hanya menyebarkan agama di satu tempat yakni tepatnya di daerah Klopo Telu yang berada di Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban. Pada akhirnya ketiga kiai ini memutuskan melakukan perjuangan lewat dakwah agama hingga di Santren, Kecamatan Merakurak.
Demikianlah cerita Kiai Klopo Telu yang kini menjadi asal-usul nama Desa Kapu.
Adapun mengenai makam Kiai Klopo Telu sendiri terletak di pemakaman umum Desa Kapu, diberi bangunan rumah kecil yang di dalamnya terdapat makam Kiai Klopo Telu. Makam ini sering digunakan masyarakat lokal untuk berziarah dan biasanya ramai di hari Juamat Wage.
Masyarakat Desa Kapu juga rutin mengadakan tradisi manganan yang dilaksanakan rutin setiap tahunnya di makam Desa Kapu untuk menghormati leluhur dan melestarikan adat masyarakat setempat. [Af/Ali]