Penulis :Leonita Ferdyana Harris
blokTuban.com – Menjadi salah satu desa yang berlokasi di bantaran sungai bengawan Solo, Desa Campurejo terletak di Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban. Desa ini dihuni oleh penduduk sebanyak kurang lebih 3400 jiwa yang tersebar di dua dusun yakni Dusun Campedan dan Dusun Ketapang.
Pembagian wilayah Campurejo sendiri termasuk unik. Sebab terdapat Sebagian kecil wilayah dari desa ini yang dipisahkan oleh sungai Bengawan. Lokasinya terletak di sisi bagian kanan sungai dan lebih dekat dengan wilayah Bojonegoro.
Awalnya, desa ini berada di sisi kiri Bengawan seperti desa lain, akan tetapi karena tergusur aliran sungai akhirnya direlokasi menjadi sisi kanan sungai.
Berbicara soal sejarah, hampir di setiap desa pasti memiliki sejarahnya masing-masing, termasuk halnya Desa Campurejo. Menurut keterangan Sekretaris Desa (Sekdes) Campurejo, Sonia (24) penamaan Desa Campurejo berasal dari bersatunya 2 wilayah yang seiring berjalannya waktu yang kemudian menimbulkan keramaian, yakni “Campur” dan “Rejo”.
Gerbang masuk Desa Campurejo, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban. (Foto: Leonita Ferdyana Harris/ bloktuban)
“Kenapa dinamakan Desa Campurejo itu karena dulu dusun abc dan abc itu dua wilayah yang kemudian bergabung menyatu dan akhirnya rame atau rejo, tapi untuk hal-hal yang memperkuat cerita itu belum ada. Baik berupa penemuan, prasasti, buku atau apapun. Pure cuma cerita dari mulut ke mulut yang diceritakan secara turun temurun,” jelasnya.
Dengan berbatasan langsung dengan desa Prambon Wetan, Desa Campurejo juga memiliki berbagai potensi di bidang pertanian, perdagangan, maupun kuliner. Di bidang kuliner, Desa Campurejo terkenal akan produksi kerupuk kemplang, rambak, telur asin, dan kerupuk olehan tempe. Sementara di pertanian selain padi adalah buah manga yang pendistribusiannya sudah mencapai Jakarta.
Tak hanya itu, di Desa Campurejo juga terdapat tradisi yang hingga kini masih dilestarikan oleh masyarakat sekitar, tradisi yang ada di desa ini yakni tradisi manganan atau sedekah bumi yang rutin diperingati setiap tahunnya.
“Tradisi yang masih berkembang paling ya acara manganan, bulan besok ada juga sedekah bumi. Terus karena mayoritas Bertani, setiap mau panen itu pasti masyarakat membawa ambeng lah untuk slametan, bersyukur kepada Allah,” bebernya.
Sonia juga menambahkan bahwa dalam beberapa waktu mendatang pemdes akan mengadakan gagasan perbaikan ekonomi dengan mengadakan cafe bertema alam dan persawahan di jalan besar campurejo yang akan memperkerjakan penduduk lokal guna menekan presentase pengangguran. [Leo/Dwi]
Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS