Penulis : Nurul Mu’affah
blokTuban.com - Hampir di setiap daerah pasti memiliki cerita asal-usulnya, seperti halnya asal-usul Desa Plumpang yang berasal dari sejarah ditemukannya alu dan lumpang.
Masih di Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban terdapat sebuah desa yang bernama Kedungrojo. Desa Kedungrojo merupakan desa yang secara geografis terletak di Kecamatan Plumpanhg, Kabupaten Tuban. Desa seluas 192,5 Ha ini memiliki cerita tersendiri dibalik penamaannya.
Meskipun kebenarannya belum dapat dipastikan secara pasti, namun menurut ketrangan yang diberikan Danarji, Perangkat Desa Kedungrojo kepada bloktuban.comdalam sejarahnya penamaan Desa Kedungrojo berasal dari kata “kedung” dan “rojo.”
Diceritakan bahwa dahulu di desa ini terdapat sebuah kedung atau kubangan air yang mana warga sekitar menyebutnya “mbalong”, namun kedung tersebut sekarang sudah tidak ada karena sudah dijadikan lahan pertanian. Menurut cerita, dahulu di desa ini sempat dilewati prajurit dan para rombongan dari Kerajaan Mataram yang sedang mengungsi karena terjadi perang dan melewati pesisir Sungai Bengawan Solo. Sehingga nama desa ini dinamakan Kedungrojo.
“Jadi Desa Kedungrojo itu istilahnya ada kubangan yang dalam, namanya mbalong. Mbalong itu adalah kubangan yang dalam, sekarang ditanami padi, dulunya adalah merupakan kedung. Terus rojo itu di sini, di hantaran Sungai Bengawan Solo, jalannya orang Ketika raja Mataram hancur/perang, jadi prajurit itu ngungsi lewat Tangkis, Bengawan Solo,” jelasnya.
Pria ini menambahkan bahwa hingga kini masih terdapat beberapa peninggalan prajurit dan para rombongan dari Kerajaan Mataram yang pernah singgah melewati desa ini, yakni berupa rompi perang dan keris yang sampai sekarang masih ada dan ditempatkan di sebuah mushola di Desa Kedungrojo.
“Dan di sini juga ada peninggalan namanya rompi-rompi yang dulunya milik para prajurit itu, rompi-rompi Kerajaan. Saya ditempati barang itu nggak berani, di letakkan di mushola sana, hampir semua orang yang pernah di tempat situ kejadian aneh-aneh, trus hampir juga ada yang meninggal, karena itu adalah benda peningalan keramat,” tambahnya.
Lebih lanjut, berdasarkan cerita Danarji, rompi tersebut beraroma sangat wangi seperti wangi kasturi yang bila dicuci berkali-kalipun masih wangi, karena rompi tersebut bukanlah rompi biasa.
Dikertahui, desa yang memiliki penduduk sebanyak 1.357 jiwa ini hanya memiliki dua dusun yakni Dusun Kedungrejo dan Dusun Sepatrojo. Sebagai daerah agraris, tak heran jika mayoritas masyarakat Desa Kedungrojo bermatapencaharian sebagai petani dan buruh tani dengan hasil pertanian yang utama berupa padi.
Desa ini juga merupakan salah satu daerah penyumbang pangan di wilayah Jawa Timur. Adapun mengenai batas wilayah, Desa Kedungrojo berbatasan langsung dengan Desa Kepohagung di sebelah Utara, Bengawan Solo di sebelah Selatan, Desa Sembungrejo di sebelah Timur dan Desa Prambon Wetan di sebelah Barat.
Selain itu, di desa ini juga terdapat makam sesepuh desa yakni Makam Mbah Diproyo dan Mbah Nawawi yang mana setiap tahunnya diadakan acara sedekah bumi atau manganan di makam tersebut. Acara manganan biasanya diadakan di bulan oktober dengan mengadirkan kesenian tayub sebagai pemeriah acara.[Fah/Dwi]
*Penulis merupakan mahasiswa aktif Universitas Trunojoyo Madura (UTM) yang magang di media blokTuban.com.
Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS