Reporter : Savira Wahda Sofyana
blokTuban.com - Bubur Syuro atau yang biasa dikenal dengan bubur Sunan Bonang merupakan menu takjil yang sangat digemari masyarakat di Kabupaten Tuban. Setiap tahunnya, bubur ini selalu dibagikan secara gratis di bulan Ramadan oleh Yayasan Mubarok Sunan Bonang sebagai tradisi yang sudah ada sejak turun temurun dan tetap lestari hingga saat ini.
Cita rasa bubur khas Timur Tengah, membuat masyarakat tidak mau terlewat untuk menyantap makanan satu ini saat berbuka puasa. Tak heran jika banyak masyarakat rela antri panjang untuk dapat menikmati sepiring bubur bersama dengan keluarga tercinta.
Meskipun tradisi Ramadan khas Kabupaten Tuban ini sempat terhenti karena Pandemi, akan tetapi tahun ini bubur Sunan Bonang kembali dibagikan kepada warga sekitar di halaman Masjid Astana Sunan Bonang setelah selesai melaksanakan ibadah salat Ashar.
"Selalu ada setiap tahun, dulu saat awal pandemi sempat berhenti nggak bikin cutilah, dua tahun ini sudah dimulai lagi seperti biasanya," ungkap Kasiatun salah satu juru masak bubur Sunan Bonang, kepada blokTuban.com, Rabu (6/4/2022).
Dari pantauan blokTuban.com di lokasi, bubur Sunan Bonang yang berada di dua wajan besar tersebut ludes dalam hitungan kurang dari satu jam. Nampak puluhan warga baik dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia menyerbu para petugas dengan mengelilingi area pembuatan bubur sambil membawa bekal wadah dari rumah masing-masing.
Kendati nampak berdesakan, namun suasana tetap terlihat kondusif dan aman. Salah seorang masyarakat yang turut antre, Ina mengaku hampir setiap hari di bulan Ramadan selalu mengantre untuk mendapatkan bubur Sunan Bonang karena cita rasa khas yang tidak dimiliki oleh tempat lain.
"Setiap puasa Ramadan mulai dibagi kita ambil di sini, karena rasanya khas nggak ada di tempat lain. Jadi khusus di sini tiap Ramadan buburnya rasanya nggak pernah berubah khasnya Ramadan di Kutorejo ini," terangnya setelah selesai mengantre.
Perempuan ramah ini, mengaku setiap mengambil bubur Sunan Bonang selalu membawa tiga tempat piring untuk disantap bersama anggota keluarga lain. Selain mengantre bubur Syuro, Ina juga sesekali mengantre bubur Mudhor yang terletak di Jl. Pemuda. Menurutnya, rasa dari kedua bubur ini jauh berbeda.
"Di Mudhor kadang juga ke sana kalau pingin yang ke sini ya ke sini, karena rasanya beda kalau yang di sana ada rasa Arabiannya ada rasa gulainya kalau di sini rempah asli kadang ada yang mau coba bikin sendiri rasanya beda," beber perempuan asal Kutorejo itu. [Sav/Ali]