Reporter : Savira Wahda Sofyana
blokTuban.com - Pada saat memasuki bulan suci Ramadan, terdapat dua bubur legendaris di Kabupaten Tuban. Keduanya memiliki cita rasa khas Timur Tengah, yaitu bubur Muhdor dan bubur Syuro atau lebih dikenal bubur Sunan Bonang.
Bubur Syuro dibuat di depan Masjid Astana komplek makam Sunan Bonang yang berada di Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban. Tradisi pembagian takjil bubur Syuro rupanya sudah berlangsung sejak puluhan, bahkan ratusan tahun silam.
Menurut Kasiatun, seorang juru masak bubur Sunan Bonang tradisi itu sudah turun temurun yang dilakoni selama satu bulan penuh dan dibagikan secara gratis kepada masyarakat sekitar.
"Ini tradisi sudah turun temurun, setiap bulan Ramadan pasti harus pakai bubur ini, dibuat takjil di masjid sekalian orang-orang kampung selama bulan Ramadan penuh secara gratis," terangnya kepada blokTuban.com, Rabu (6/4/2022).
Bahan dasar dalam pembuatan bubur ini sendiri yaitu beras yang dimasak dengan air menggunakan wajan besar. Setiap harinya, lanjut Kasiatun jika pembuatan Bubur Sunan Bonang tersebut menghabiskan 12 kilogram beras dan tulang sapi sebanyak 5-10 kilogram.
Untuk bahan lainnya, biasanya beras tersebut dimasak menggunakan bumbu gulai dan bumbu lainnya seperti bawang merah, bawang putih, garam secukupnya, serta santan kelapa kurang lebih membutuhkan 6 butir kelapa.
"Bahannya beras 12 kg sama Balungan (tulang) sapi, bumbunya bumbu gulai, bawang merah, bawang putih secukupnya, terus garam secukupnya sama santan kelapa kemungkinan 6 butir, yang membuat tiga orang yang lainnya membantu," ucapnya.
Proses memasak bubur Sunan Bonang sendiri membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu kurang lebih 2 jam, dengan proses pembuatan yang dimulai sejak pukul 13.00 WIB hingga pukul 15.00 wib. Bubur tidak berhenti diaduk sehingga para juru masak secara bergantian untuk mengaduknya demi menghemat tenaga.
Selain itu, kompor yang digunakan bukanlah kompor gas biasa pada umumnya. Pasalnya, dalam pembuatannya para juru masak masih menggunakan kayu bakar dan tungku yang terbuat dari batu sehingga menghasilkan api yang cukup besar, tujuannya agar bubur lebih cepat matang, sehingga tidak memerlukan waktu yang lebih.
"Kurang lebih dua jam, pokoknya dari jam satu sampai jam tiga nanti, dibagikan nanti setelah sholat ashar. Orang-orang kampung masuk sini semua, siapa yang mau pokoknya ambil sini, ya dibagi merata saja," katanya.
Perempuan yang sudah menjadi juru masak bubur sejak puluhan tahun ini mengaku, tidak ada kesulitan untuk memasak bubur Sunan Bonang karena dijalankan dengan rasa senang. Resep dari bubur Syuro ini sendiri juga dipercaya sebagai peninggalan dari Sunan Bonang yang sudah ada dan dihidangkan sejak tahun 1.500 Masehi silam.
Sedangkan untuk bubur Muhdor, dibuat dan dibagikan kepada warga di halaman Masjid Al Muhdhor Tuban Jalan Pemuda, Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Tuban. Bubur tersebut dibuat oleh warga keturunan Arab. Uniknya yang memasak bubur tersebut adalah semua laki-laki.
Bubur tersebut merupakan tradisi yang sudah dilakukan sejak tahun 1937. Bubur yang terbuat dari bahan utama daging kambing tersebut memiliki aroma yang khas. Membuat puluhan warga mulai dari anak-anak hingga orang dewasa berebut rela mengantri untuk mendapatkan Bubur Muhdhor.
Bubur yang dibuat dari beras biasa dengan dicampuri bumbu gulai, daging kambing, santan, garam dan rempah-rempah yang didatangkan langsung dari Timur Tengah. Untuk membuat bubur tersebut, setiap harinya menghabiskan 10 kilogram daging kambing dan 30 kilogram beras.
Bubur tersebut dibuat langsung di halaman Masjid Al Muhdhor oleh empat warga keturunan Arab. Bubur yang dimasak selama kurang lebih dua jam diaduk tanpa henti dan dimasak di sebuah tungku besar setinggi satu meter.
Pembuatan Bubur Muhdhor pada saat itu dimaksudkan untuk takjil buka puasa dan dibagikan kepada seluruh umat Islam terutama bagi warga kurang mampu dan tetangga sekitar Masjid. [Sav/Ali]