Sumur Bandingan, Peninggalan Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga yang Dipercaya untuk Pengobatan

Reporter: Dina Zahrotul Aisyi

blokTuban.com - Di Dusun Tlogopule, Desa Prunggahan Kulon terdapat destinasi wisata rohani Sumur Bandingan. Menurut sejarahnya, sebelum walisongo diturunkan ke Tuban daerah yang saat ini menjadi lokasi Sumur Bandingan merupakan tempat perkumpulan dari Syekh Remu, yang merupakan Romo Tuban pada tahun 935 Masehi dan Syekh Qotji pada tahun 1045 Masehi.

Asal-usul tersebut diceritakan oleh Gus Ibrahim pendiri Jamaah Gubuk Bogor yang membangun dan mengelola Sumur Bandingan hingga menjadi seperti saat ini. “Di tahun tersebut sudah dibuat perkumpulan oleh para ulama, kemudian dilanjutkan oleh wali songo. Makanya sumur ini diberi nama Sumur Bandingan karena ketika ada suatu masalah, kerupekan para ulama jaman dahulu saat memperjuangkan agama, perkumpulannya di sini, sharing di sini untuk mencari solusi,” jelasnya.

Di lokasi tersebut terdapat tiga buah sumur, yakni sumur peninggalan Sunan Gunung Jati (Syariat), sumur peninggalan Sunan Kalijaga (Tasawuf), serta sumur Mbah Ningsih dan Mbah Kintri, santri dari Sunan Kalijaga.

Sumur peninggalan dari Sunan Gunung Jati tersebut dipercaya sebagai sumur pengobatan, sedangkan sumur dari peninggalan Sunan Kalijaga biasanya digunakan untuk orang-orang yang memiliki keinginan  menimba ilmu, seperti ahli tariqat.

Sumur Bandingan tersebut telah dibuka pada tahun 2020 lalu, Gus Ibrahim mengungkapkan bahwa sebenarnya setelah sumur ini jadi akan dipasrahkan kepada pemerintah untuk dikelola agar peninggalan ini bisa tetap terawat. Sebagai orang Jawa, beliau menambahkan untuk tidak melupakan sejarah dan asal-usulnya.

“Tugas saya sebenarnya cuma buka sumur ini saja, sumur peninggalan Sunan Gunung Jati kenapa kok disuruh buka karena salah satunya untuk menanggulangi penyakit itu. InsyaAllah yang dapat air itu bisa ditanggulangi penyakitnya,” jelasnya.

Sugeng, selaku anggota Jamaah Gubuk Bogor mengungkapkan bahwa sumur ini telah banyak dikunjungi oleh orang-orang dari luar daerah seperti Gresik, Lamongan, Jombang, Sidoarjo, Malang, Bandung bahkan dari luar pulau jawa seperti Sumatera dan Kalimantan. “Kalau tahunya dari mana sebenernya kurang tahu juga, mungkin santrinya dapet petunjuk dari kiai mereka. Banyak yang kesini dari tahun 2020 itu bahkan sebelum bangunannya seperti sekarang,” terangnya.

Ia melanjutkan, jika dari daerah Tuban sendiri yang lebih banyak datang dari luar daerah Tlogopule, seperti dari daerah Merakurak, Jenu, Bektiharjo, Plumpang. “Dari daerah-daerah situ banyak yang meyakini khasiatnya sumur ini,” ungkapnya.

Gus Ibrahim menambahkan para sesepuh, ulama, atau kiai yang memiliki mata batin kuat akan mengetahui tentang sumur ini. “Dari segi bahasa ilmu, kontak bantinnya sudah bisa melihat. Ada tata caranya. Kalau orang awam kesini biasanya ya ingin tahu untuk rekreasi, kalau orang yang ada ilmu ya kesini buat sialturrahmi dan ibadah,” jelasnya.

Sugeng juga menjelaskan bahwa pembangunan sumur bandingan ini dilakukan secara berangsur-angsur selama dua tahun ini dan sebenarnya masih belum bisa dikatakan selesai. “Saat sudah jadi seperti ini baru mulai berbondong-bondong ke sini. Dari Kapolsek Semanding, dari Dinas Pariwisata juga kesini, pegawai pemda juga sudah ada berkunjung dan pernah mandi ke sini,” terangnya.

Ia melanjutkan bahwa dulunya akses jalan menuju sumur bandingan belum seperti saat ini ketika belum dibangun, sehingga untuk proses pembangunannya butuh perjuangan. “Nggak ada jalan, bahkan akses jalan kesini itu baru jadi setelah sumur dan musholla ini dibangun baru dikasih jalan. Jadi dulu bahan-bahannya diusungi dari atas,” ungkapnya.

Lokasi Sumur Bandingan memang terletak di bawah, sehingga untuk menuju ke sana akses jalannya ditandai dengan adanya bendera merah putih di samping kebun Jagung. Sugeng mengatakan bahwa sampai saat ini masih banyak orang yang berkunjung, biasanya setiap kamis juga terdapat kegiatan istighosah di Musholla yang berada di Sumur Bandingan. [din/sas]