Reporter: Dina Zahrotul Aisyi
blokTuban.com- Kabupaten Tuban memiliki banyak kesenian yang sudah sering dipentaskan atau dipamerkan. Untuk menilai sebuah karya seni bisa memiliki perbedaan tergantung dari kacamata dan background orang yang melihatnya.
Ketika berbicara terkait estetika dalam sebuah kesenian, sebenarnya tidak bisa dijabarkan secara rasional karena estetika dapat dilihat melalui sebuah proses dan apa yang ditawarkan oleh seniman itu sendiri.
Aulina Umaza akademisi budaya dalam acara Refresh Art Exhibition yang diselenggarakan di Kopi Satu Lokasi Tuban pada (8/1/2022) mengungkapkan bahwa pengertian estetika dalam sebuah karya seni tidak hanya dinilai dari bagus dan jeleknya saja.
“Ketika seseorang secara subjektif mengatakan sebuah karya seni tidak memiliki estetika dan menganggap hal tersebut bukan karya seni, itu merupakan penalaran yang sempit,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, dalam karya seni terdapat dua istilah yakni ekspresi dan apresiasi. Ekspresi merupakan karyanya, sedangkan apresiasi didapatkan dari penonton. Ketika belajar tentang estetika dalam sebuah seni, estetika ditujukan untuk penyempurnaan indrawi.
Artinya, bagaimana seseorang tersebut tidak hanya menikmati karya seni dari mata saja melainkan lebih dalam masuk ke perasaan.
“Misal ketika kita melihat karya seni dalam pertunjukkan teater yang aktornya nggak dapat dialog verbal, hanya menyampaikan melalui beberapa gerakan fisik yang menurut kita kok absurd, kok aneh, dan kita nggak paham dengan maksud dari cerita tersebut`.
Lantas apakah kita bisa menyebut bahwa pertunjukan itu nggak ada estetika? Apakah sesempit itu cara kita memaknai estetika?” jelasnya.
Sementara itu, Ir. Widyaka praktisi seni dan budaya di Tuban mengungkapkan bahwa seni memiliki dua bentuk, yakni fisik dan batin. Ketika berbicara terkait seni rupa, struktur fisik yang dimaksud terkait denga lukisannya, komposisi ruang, garis, dan warna. Sedangkan, batin adalah pesan yang mungkin disampaikan.
Ia mencontohkan apabila ada dua lukisan yang sama-sama tentang orang mengayuh becak, namun satu lukisan menggambarkan keriangan penumpang yang menaiki becak dan keindahan becaknya.
Sedangkan, lukisan lain menonjolkan pada tetesan peluh tukang becak dan menonjolkan pada cara tukang becak mengayuh becaknya dengan tenaga ekstra.
“Kedua lukisan itu tetap memiliki estetika meskipun keindahannya berbeda. Pesan dari masing-masing karya juga berbeda,” jelasnya.
Sebuah karya seni yang bagus bisa dilihat dari kedua aspek fisik dan batinnya, lanjut Widyaka. Selanjutnya dari sisi kreatornya, yang membuat karya seni, karena keindahan itu tidak bisa lepas dari sang kreator.[din/ono]