Begini Modal Awal untuk Ciptakan Sebuah Karya Seni

Reporter: Dina Zahrotul Aisyi

blokTuban.com- Bagi para pegiat seni, memiliki sebuah karya merupakan suatu kepuasan tersendiri dan menjadi pencapaian bagi seorang seniman. Banyak masyarakat yang sebenarnya memiliki ketertarikan terhadap ranah kesenian, namun tidak mengetahui langkah apa saja yang diperlukan untuk mulai membuat sebuah karya seni.

Ir. Widyaka, praktisi seni dan budaya Kabupaten Tuban dalam talkshow Refresh Art Exhibition yang diselenggarakan di Kopi Satu Lokasi Tuban mengungkapkan, modal awal yang dibutuhkan untuk membuat karya seni adalah niatan.

Sebelum itu, untuk membuat sebuah karya seni, harus tahu ranah kesenian apa yang ingin divisualisasikan. 

“Kemudian yang paling penting niatan, ketika ada sebuah niatan yang muncul, hal selanjutnya adalah observasi,” jelasnya.

Observasi yang dimaksud bertujuan untuk mencari bahan pendukung untuk munculnya sebuah karya seni, dan yang pasti adalah berupaya untuk mewujudkan sebuah ide yang telah dimiliki. Pak Wik, sapaannya mengatakan bahwa pada dasarnya untuk awal membuat sebuah karya seni perlu environmental learning process. 

“Ketika masih awam atau baru akan memulai membuat karya, buat sesuatu itu boleh meniru dulu sampai akhirnya nanti bisa membuat karya yang berbeda dari milik orang lain,” paparnya.

Ia melanjutkan, ketika belum sampai pada suatu kreativitas dan inovasi yang baru, maka meniru sebuah karya diperbolehkan, asalkan harus menyadari dan terus berlatih sehingga nantinya bisa menemukan karakteristik karyanya sendiri. 

“Niru dulu nggak apa-apa, tapi harus sadar, nanti lama-kelamaan niru mungkin hanya 10 persen atau bahkan punya inovasi sendiri,” terangnya.

Sementara itu, Aulina Umaza akademisi budaya Tuban menambahkan bahwa modal awal membuat karya seni selain dibutuhkan rasa ingin tahu yang tinggi. Ia membagikan pengalamannya dahulu ketika ingin membuat seni pertunjukkan terkait cerita Jawa Tempo Dulu.

 Aulina yang memiliki background seni pertunjukkan bercerita bahwa dahulu belum banyak referensi yang didapatkan, terlebih seni pertunjukkan memiliki kaitan erat dengan proses kolektif yang membutuhkan banyak orang dalam prosesnya.

“Pada saat itu proses keingin tahuan itu benar-benar kita rasakan, karena kami harus benar-benar observasi, melakukan survey mendalam terkait dengan kultur, pola lingkungan masyarakat, rumah-rumahnya bagaimana, sampai pada dialek sehari-hari yang digunakan masyarakat,” ceritanya.

Ia melanjutkan, observasi tersebut faktor penting untuk membawa sebuah kultur ke dalam pertunjukkan. Bahkan, akademisi budaya Tuban itu juga bercerita mengalami kejadian aneh karena lupa tidak “permisi” pada leluhur di sana.

“Kadang kita melupakan hal-hal yang bisa dibilang keyakinan, hal yang nggak kita pikirkan dalam proses observasi. Jadi kita sempat kembali juga ke daerah tersebut untuk “meminta ijin” karena banyak kejadian di luar nalar yang terjadi, setelah kita izin itu alhamdulillah sudah tidak ada kejadian aneh,” jelasnya.

Sebab itu, lanjut Aulina, membuat sebuah karya seni merupakan sebuah proses yang bisa dikatakan susah-susah gampang. Menurutnya, untuk membuat suatu karya tidak serta-merta seenakanya, ketika ingin idealis dan menyampaiakan sesuatu, maka observasi yang dilakukan juga harus semakin mendalam. 

“Bikin seni pertunjukkan itu nguras duit, nguras tenaga, nguras pemikiran. Tapi kalau kita melakukannya dari hati, kita akan menemukan kepuasaan ketika pertunjukkan telah selesai digelar,” ungkapnya.

Ia juga berpesan, jika saat ini sudah memiliki kolektif yang banyak, rasa ingin tahu yang banyak dan bersama-sama punya keinginan untuk membuat karya seni, mak lakukan saat itu juga, jangan ditunda lagi.  [din/ono]