Reporter: Dina Zahrotul Aisyi
blokTuban.com- Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian dan saling membutuhkan satu sama lain. Sebab itu menumbuhkan jiwa sosial yang ada pada diri kita, salah satunya untuk membantu sesama juga merupakan hal yang penting.
Seperti halnya perempuan asal Tuban, Istafada Ilma Nafi’a, dengan niat untuk membantu sesama yang saling membutuhkan, ia membentuk sebuah Komunitas Relawan Sosial Kemanusiaan (Resik) pada pertengahan Bulan November tahun 2021 lalu.
Fada, panggilan akrabnya bercerita awal mula terbentuknya resik dari kejadiannya bertemu dengan ODGJ di sekitar kedai toppoki miliknya yang berlokasi di deretan pertokoan sebelah barat Kompi.
“Awalnya saya ketemu ODGJ di depan sini, tak ajak ngobrol dia nggak mau, tak deketin terus, dan coba tak kasih makan, ternyata dia mau. Dari situ dia mulai terbuka, cerita namanya siapa, asalnya dari mana,” ceritanya.
Berawal dari kejadian tersebut, Fada memiliki pemikiran apabila dengan uang yang ia miliki hanya bisa membantu satu orang, maka dengan bersama-sama akan lebih banyak pula orang yang nantinya akan terbantu.
“Saya mikir gimana caranya mengumpulkan teman-teman yang punya keterbatasan finansial untuk bantu orang, tapi memiliki niat dan tujuan untuk membantu. Misalkan saya sendiri, dengan uang Rp 10 ribu hanya bisa bantu satu orang, jika dalam komunitas ada misal 100 orang maka yang kita bantu juga bisa lebih banyak,” jelasnya.
Lulusan Universitas Islam Sunan Ampel tersebut juga mengatakan bahwa 33 anggota yang saat ini tergabung di komunitas Resik tidak diajaknya secara langsung, melainkan ia hanya membagikan link pada status Whatsapp untuk menawarkan siapa yang berminat gabung dengan komunitas peduli ODGJ, ternyata banyak yang berminat dan merespon.
“Cuma tak share WA gitu, jadi siapa yang mau ya ayo,” ujarnya.
Perempuan 22 tahun tersebut mengatakan bahwa fokus awalnya memang pada kelompok ODGJ, karena menurutnya komunitas di Tuban belum ada yang berfokus ke kelompok tersebut. Namun, setelah berjalan satu minggu ia merasa bahwasanya dalam membantu sesama seharusnya tidak hanya ke satu golongan saja, melainkan ke semua orang yang membutuhkan.
“Akhirnya kita nggak mau fokuskan pada siapa target kita, tapi siapa yang layak dibantu insyaAllah kita bantu,” jelasnya.
Komunitas Resik yang saat ini sudah berjalan hampir dua bulan memiliki proyek aktif yang setiap minggunya dilaksanakan, yakni berbagi nasi ke pejuang nafkah jalanan pada Jumat pagi, berbagi sembako pada hari Minggu, serta amplop senyum yang dibagikan kepada anak-anak yatim di sekitar tempat tinggal anggota komunitas.
“Anggaran awal kita dari anggota komunitas sendiri, jadi kita ada infaq anggota tiap bulan Rp 30.000. Kita juga masih belajar, jadi itungannya kalau Rp 30 ribu sebulan, berarti dalam satu hari kita sisihkan seribu rupiah saja,” ujarnya.
Untuk saat ini komunitas resik masih berkeliling di sekitar Tuban kota sehingga membagikan kepada siapa saja yang sekiranya layak dibantu ketika berjumpa di jalanan.
“Kita kalau nggak ada laporan kadang nggak tahu ada targetnya di mana, jadi sementara hanya keliling kota Tuban. Tapi kemarin pernah juga kita ke Plumpang karena ada laporan. Kita open donasi buat Bu Nuryati, ibu kurang mampu dengan tiga bayi kembar,” jelasnya.
Fada mengatakan siapapun boleh bergabung dengan komunitas resik, syaratnya hanya memiliki niat untuk belajar dan membantu orang.
“Soalnya melakukan hal demikian kalau niatnya bukan belajar akan susah karena balasannya nggak keliatan,” tutupnya. [din/ono]