Pria ini, Bertahan Kala Pandemi dengan Jualan Sempol Bakar

 

Reporter: Savira Wahda Sofyana

 

blokTuban.com – Pandemi Covid-19 memang membawa banyak dampak bagi setiap orang, terlebih perihal perekonomian. Tanpa disadari, upaya untuk menghentikan lonjakan kasus Covid-19 perlahan melumpuhkan sektor perekonomian di berbagai daerah.

 

Dengan pemberlakuan kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat, kegiatan bisnis yang dilakoni oleh masyarakat pun terhambat karena beberapa faktor. Mulai dari terbatasnya pendistribusian hingga kurangnya minat pembeli.

 

Kelumpuhan ekonomi hampir juga dirasakan oleh Imam (34) yang memulai usaha sempol bakarnya diawal menyebarnya virus Corona di Indonesia, tepatnya pada bulan Maret tahun lalu.

 

“Awal saya jualan sempol itu 10 hari sebelum ada virus Corona, jadi setelah ada pandemi sempat nggak jualan lagi, rata-rata yang beli disini kan anak sekolah dulu,” ujarnya saat ditemui blokTuban.com pada Minggu (24/10/2021).

 

Imam biasa menjajakan jualannya mulai pukul 16.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB, tidak hanya sempol bakar saja Imam juga menjual berbagai jenis sosis bakar juga, dengan harga mulai dari Rp1000 hingga Rp9000 saja.

 

“Kalau sempol seribuan, yang sosis ini lima ribu tiga, terus kalau yang sosis besar ini per batangnya Rp9000 an,” ungkapnya menjelaskan.

 

Imam biasa membuka lapaknya di simpang lima utara konter atau pangkas rambut di Desa Plumpang. Selain menetap di situ biasanya Imam juga menerima delivery order (DO) bagi para pelanggannya yang tidak ingin keluar rumah.

 

“Saya biasanya juga nerima DO, disekitar Plumpang sini aja paling jauh si Penidon ke utara, kalau di luar desa Plumpang biasanya saya minta ongkir Rp2.000 sampai Rp3.000 lah,” ucapnya.

 

Imam mengaku, dagangan yang paling diminati oleh para pembeli adalah sempol bakarnya, selain unik rasanya juga tak kalah nikmat dari sempol yang biasa digoreng. Selain menjual sempol bakar Imam juga bekerja sambilan dengan mencari ikan di sungai daerah rumahnya.

 

“Sekarang saya juga sambilan cari ikan di sungai, kalau dapat banyak ya dijual kalau enggak ya buat dikonsumsi sendiri sehari-hari,” tuturnya.

 

Sebelum berjualan sempol bakar seperti saat ini, ia awalnya bekerja sebagai satpam, kemudian banting setir jadi pedagang sempol. Dia mengaku setiap hari bisa mengantongi uang sekitar Rp150 ribu dari hasil usahanya.

 

“Kalau jumlahnya sih nggak mesti, tapi kalau lagi ramai gitu Rp150 ribuan lah,” tutupnya. [sav/col]