Kami Juga Berlebaran

Reporter: Sri Wiyono

blokTuban.com – Bocah kecil perempuan itu menghambur dalam pelukan seorang pria yang mengulurkan dua tangannya, setelah pintu jeruji besi itu dibuka petugas. Pegangan tangan perempuan yang sejak dari luar gerbang Lapas Kelas II B Tuban menggandengnya dia lepas.

Cukup lama, pria itu memeluk gadis kecil berambut sebahu tersebut. Dia elus punggung dan rambutnya. Pita baju yang dipakai gadis kecil itu, yang tertali di bagian punggung, tak menghalangi telapak tangan pria itu mengelus. Mata pria itu berkaca-kaca.

Lalu, pria berkaus biru itu melepas pelukannya. Memandangi sejenak wajah polos gadis kecil itu. Sekejap kemudian, ciuman bertubi-tubi mendarat ke pipi bocah itu. Perempuan yang menggandeng bocah lucu tersebut, hanya terpaku menyaksikan adegan di depannya. Di tangannya menenteng tas rajut berbahan plastik. Terlihat berat tas itu, mungkin berisi makanan dan kue-kue.

Di pojok lain, nampak seorang perempuan duduk dengan menekuk dua lututnya, hampir bersila. Perempuan berbusana muslim itu nampak manja pada seorang pria yang berkaus seragam di samping kirinya. Pria itu menyelonjorkan kedua kakinya di lantai beralas karpet. Sehingga, perempuan itu berada di antara dua kaki yang selonjor tersebut.

Mereka semua nampak ceria, meski tak jarang terlihat mata berkaca-kaca. Pelukan hangat dan lama, belaian kasih sayang dan ciuman hangat di antara mereka. Lapangan di tengah kompleks Lapas Kelas II B itu menjadi saksi, betapa kasih sayang tercurah di mana pun dan dalam kondisi apapun.

Rasa cinta dan sayang tanpa syarat. Bapak pada anaknya, anak pada bapaknya, istri pada suami dan suami pada istrinya. Juga kerabat dengan kerabat lainnya. Kasih sayang sahabat pada sahabatnya atau keakraban kolega pada koleganya. Semua tergambar jelas.

Begitulah, suasana bezuk atau kunjungan khusus Lebaran di Lapas kelas II B Tuban. Suasana haru begitu kental. Seperti adegan bocah kecil yang menghambur di pelukan ayahnya yang kebetulan menjadi warga binaan pemasyarakatan (WBP) untuk sebuah kasus itu. Jika bisa mengungkapkan, tentu bocah kecil tersebut pasti akan mengutarakan betapa rindunya dia pada pelukan sang ayah.

Juga bagaimana rindunya istri pada suaminya yang juga menjadi WBP. Lalu tatapan mesra dan penuh rasa bersalah dari sang suami. Tentu, jauh di lubuk hatinya dia merintih, betapa dia bersalah karena telah melalaikan kewajibannya sebagai seorang suami yang harus melindungi istri dan keluarganya. Mencarikan nafkah untuk anak istrinya, bukan menjadi beban keluarga karena harus mendekam di sel tahanan sebagai WBP.

Ratusan orang yang duduk lesehan di lapangan itu, menunjukkan betapa kasih sayang itu abadi. Manusia boleh bersalah, namun kasih sayang itu membuka sekat, kasih sayang itu tercurah tak memerlukan alasan seseorang itu bersalah atau tidak.

Pemandangan mengharu biru itu tersaji sejak Jumat (15/6/2018) lalu, saat Lebaran pertama. Sebab, Lapas Kelas II B Tuban membuka jam bezuk bagi WBP sejak Lebaran pertama. Dan, sampai Selasa (19/6/2018) sekitar jam 09.00, hari ini tak kurang 3.500 orang yang datang membezuk WBP. Mereka terdiri dari anak-anak sampai dewasa.

‘’ Kami buka mulai pukul 08.00-11.30 dan dibuka kembali pukul 13.00-15.30 , ‘’ ujar Wenda Indra Bachtiar, Kasubsi Regbimas Lapas Kelas IIB Tuban.

Pada Lebaran pertama, tercatat 800 an orang yang membezuk. Sabtu dan Senin adalah puncaknya. Pada Sabtu (16/6/2018) sampai 1.400 orang yang membezuk WBP. Sedangkan Senin (18/6/2018) tercatat 1.200 orang.

‘’Sampai jam 09.00 hari ini sudah tercatat 300 pembezuk,’’ tambah Wenda, panggilan akrabnya.

Keluarga WBP mengaku sangat senang dengan tambahan jam bezuk khusus Lebaran ini. Banyaknya pembezuk membuat ruangan yang biasa digunakan untuk pembezuk tak muat. Karena itu, mereka dialihkan ke lapangan tengah kompleks Lapas.

‘’Kami lengkapi dengan 5 kipas angin besar dan kita buatkan penutup atas semacam terop agar pembesuk tidak kepananasan,’’ ungkapnya.

Lapas Tuban, lanjut dia, sengaja membuka kunjungan agar WBP dapat berlebaran dengan sanak saudaranya. Untuk membedakan WBP dan pengunjung, Lapas mewajibkan seluruh WBP memakai seragam Lapas. Ada yang berupa kaus atau juga yang baju. Sehingga, meski berbaur dengan ribuan pengunjung, tetap bisa dikenali.

‘’Pengamaan kami dibantu dari anggota Kodim 0811 Tuban 2 personil dan Polres Tuban juga 2 personil. Alhamdulilah sampai saat ini pengunjung tertib dan aman. Semoga tetap aman. Niat kami tulus untuk mereka,’’ tandasnya.[ono]