Kontributor: M. Anang Febri

blokTuban.com - Meski kualitas kerupuk di musim penghujan ini menurun lantaran terhambat dalam proses pengeringan, namun hal itu tak mengurangi laju penjualan.

Kualitas kerupuk hasil olahan warga Desa Simo, Kecamatan Soko diakui produsennya menurun. Minimnya cahaya matahari yang digunakan untuk memanaskan bahan kerupuk berdampak pada hasil penggorengan usai dikeringkan dalam panas yang kurang maksimal.

"Kalau kerupuk olahan manual, hanya mengandalkan panas matahari hasilnya kurang bagus. Kurang mekar, nggak ngerti kalau pabrikan," ungkap salah satu pembuat kerupuk rumahan Desa Simo, Kecamatan Soko, Warsini kepada blokTuban.com.

Selain kerupuk yang kurang mendapatkan panas maksimal, hasil gorengan kurang mekar, rasa dan kerenyahannya pun tidak sama jika dibandingkan kerupuk yang mendapatkan panas maksimal.

"Serba bingung, kerupuk olahan kalau panas terik dipanaskan pagi, siangnya sudah kering betul. Tapi kalau musim penghujan begini kita yang repot," tandasnya.

Hal senada juga diutarakan oleh Muntasam, pelaku usaha kerupuk asal Desa Mojoagung, Kecamatan Soko. Kerupuk yang harusnya selesai kering sehari saja, bisa molor hingga 2-3 hari.

Kendati demikian, hal tersebut hanya mempengaruhi kualitas kerupuk saja. Tidak berdampak pada permintaan dan penjualan. [feb/col]