Daun Jati, Sumber Penghidupan Jasmini

Reporter: Khoirul Huda

blokTuban.com - Terlihat dari sisi utara Jalan Raya Bojonegoro-Jatirogo seseorang perempuan yang telah mulai kusam warna rambutnya sedang serius memilih dan mengikat beberapa ratus daun jati. Hal tersebut dapat dijumpai setiap hari bagi pengguna jalan yang kebetulan melintasi jalan raya tepat didepan rumahnya di Dusun Beton, Desa Parangbatu, Kecamatan Parengan, Kabupaten Tuban.

Saat dihampiri blokTuban.com ternyata ibu paruh baya tersebut sedang serius mengikat dan memilih daun jati yang diambilnya pada pagi hari tersebut, yang akan segera dijualkan oleh saudaranya ke pasar. Beberapa daun jati yang baru diambilnya tersebut masih nampak segar dan mempunyai warna hijau yang menawan.

Jasmini (57) namanya, dengan berbekal tali dan pisau serta punggung yang kuat nenek yang tinggal bersama lima  keluaraganya itu harus menempuh jarak hingga lima sampai enam kilometer jalan setapak, untuk mencapai tempat keberadaan daun jati yang masih nampak segar dan mudah diambil.

Dari puluhan tahun nenek yang telah ditinggal suami untuk selama-lamanya tersebut, telah bekerja mencari daun jati. Tak pelak selama perjalananya mencari daun jati tersebut nenek yang memiliki beberapa cucu itu jatuh bangun dan harus menempuh jarak yang lebih jauh dengan hanya berjalan kaki saat musim ulat jati.

"Selama puluhan tahun mencari daun jati, ada pengalaman yang hingga saat ini masih ingat yakni pada saat musim hujan pernah beberapa kali terpleset, pada saat terpleset daun jati yang berada diatas pinggang tersebut ada dua ikat berukuran besar dan lutut ini terasa sakit," cerita Jasmini kepada blokTuban.com dengan mengikat daun jati.

Mulai dari pagi hari Jasmini sudah berangkat mencari daun jati lalu sekitar pukul 10.00 WIB ia disusul anaknya,lalu  sekitar pukul 11.00 WIB pulang untuk beristirahat dan menunaikan salat duhur. Lalu melanjutkan aktifitas mengikat daun jati menjadi ukuran kecil hingga pukul 15.00 WIB yang dilakukan di depan rumah.

Dengan dibantu anaknya, saat mengikat daun jati tersebut setiap harinya ia mendapatkan uang Rp30 ribu hingga Rp35 ribu. Terkadang saat ada orang yang mempunyai hajat dan memesan daun jati miliknya ia bisa menambah penghasilanya hingga Rp40 ribu sampai Rp50 ribu, "Dulu saat suami masih hidup penghasilan keluarga dari hasil tani di ladang persil,  namun saat ini sudah tidak menggunakan persil lagi" ungkap Jasmini.

Jasmini menambahkan, kendala yang dihadapi dengan menggeluti pekerjaan yang hanya mengandalkan daun jati untuk memperoleh pundi-pundi uang ialah saat musim ulat jati datang. Hingga beberapa bulan ia tidak mendapatkan hasil yang maksimal, meskipun jarak yang ditempuh semakin jauh.

"Saat musim ulat jati, saya mencari daun jati dengan menempuh jarak yang lebih jauh dibandingkan biasanya itupun daun jatinya banyak yang berlubang," katanya saat sitemui di teras rumahnya.

Penjualan daun jati milik istri dari Suraji Almarhum tersebut, dipasarkan oleh saudaranya yang saat ini berjualan di pasar, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro. dengan ukuran ikatan yang kecil tersebut adik dari Jasmini itu menjualnya dengan harga berkisaran antara Rp400 sampai Rp500. "Di pasar, daun jati banyak dibeli oleh para penjual pindang dan kecambah,". Pungkas Jasmini.[hud/ito]