Oleh: Ahmad Zayyinul Khasan
Ramadhan adalah bulan sakral yang dihadapi oleh setiap insan muslimin diberbagai tempat, sebagai sarana untuk mensucikan hal yang dianggap kurang baik oleh seseorang yang menyakininya. Di bulan ini Allah mewajibkan puasa bagi umat yang beriman kepada Nya dengan iman islam di hatinya.
Di dalam melakukan puasa sendiri ada yang harus diketahui oleh setiap mukmin, dari cara berpuasa, dan hal yang diwajibkan dalam puasa, serta hal yang membatalkan puasa tersebut. Adapun cara berpuasa sendiri yang pertama adalah niat pada saat malam sebelum berpuasa, lalu menahan sesuatu dari hal yang membatalkan puasa pada pagi hari waktu subuh, hingga waktu magrib.
Ucapan yang tertulis di atas sudah dapat kita ambil kesimpulan bahwasannya kita sudah disuguhi pada penataan (organizer) yang harus kita taati dan patuhi sebagai sarana ketaatan dalam bingkai ketaqwaan hubungan antara manusia dengan Tuhannya.
Sedangkan dalam puasa sendiri ada hal yang dapat menjadikan puasa tidak bisa diteruskan karena disebabkan tidak mentaati dari pada disiplin ilmu Fiqih yang telah disebutkan diatas (batal puasanya). Disiplin ilmu pendidikan fiqih menyatakan bahwa hal yang dapat membatalkan puasa yang pertama adalah muntah karena memasukkan dengan sengaja sesuatu kedalam mulut semisal tangan sendiri atau yang lain. Yang ke dua memasukkan sesuatu kedalam badan kita dari salah satu jalan rus (bagian tubuh untuk keluar kotoran, dan mulut).
Yang Ketiga Murtad. Orang yang murtad keluar dari sesuatu yang diyakininya juga mengakibatkan batalnya puasa. Yang ke Empat Haid bagi perempuan , orang haid tidak boleh berpuasa dan wajib untuk mengkodho'inya alias menggantinya dengan puasa ketika selesai masa haid nya. Yang ke Lima Nifas bagi perempuan, juga tidak diperbolehkan puasa. Ke Enam puasa dapat batal karena disebabkan Jimak (berhubungan badan antara suami istri di siang hari). Yang ketujuh Istimta' atau bersenang-senang dengan suami dan istrinya masing-masing ketika didalam waktu puasa.
Al-Hasil ketika kita melakukan hal yang penulis tulis diatas maka otomatis puasa kita akan batal, karena semua sudah ditata sedemikian rupa oleh disiplin ilmu fiqih dari sisi pendidikan ilmu agama islam, dan kedisiplinan. Barang siapa melakukan kedisiplinan dan tatanan yang ada maka Allah akan memuliakannya.
Sekarang pertanyaannya apakah kita sudah melakukan hal yang tertulis secara rapi dan indah diatas?, lantas apa hubungan puasa, pendidikan, dan kedisiplinan kita dalam sehari-hari? Jawabanya tak lepas dari devinisi dan pengertiannya meliputi definisi puasa, pendidikan dan disiplin yang akan penulis uraikan dibawah.
1. Ilmu agama adalah tatanan yang diberikan oleh tuhan sang pencipta alam dan seisinya, melalui utusannya, dengan tatanan-tatanan yang sudah jelas, sebagai pembatas prilaku menyimpang manusia paa kehidupan sehari-hari, agar menjadi pembeda antara makhluq hidup yang mempunyai akal, dan makhluq hidup yang tidak mempunyai akal.
2. Pendidikan adalah Usaha terencana setiap insan yang ada di dunia secara sadar untuk mewujudkan perilaku pengembangan yang ada pada dirinya pada masyarakat khalayak umum, meliputi kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan Akhlaq Mulia.
3. Disiplin adalah merupakan perasaan patuh, taat terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya
4. Puasa adalah tindakan sukarela dengan berpantang dari makan, minum, perbuatan buruk, dan dari hal yang membatalkan puasa, untuk periode waktu tertentu, guna mendekatkan diri, kepada sang pencipta.
Dari pernyataan diatas bahwa pendidikan, ilmu agama, disiplin, puasa mempunyai titik temu yang mana dapat menjadikan insan yang berakal menjadi mau menggunakan akalnya sehingga menjadi insan cakap yang disiplin, disetiap tindak dan tanduknya dalam keseharian yang ia jalani.
Ketika manusia melanggar dari pada disiplin yang dituliskan oleh penulis diatas dengan dasar yang ngawur maka dapat memunculkan, menjadikan kualitas manusia tersebut tak ubahnya seperti hewan yang tidak berakal, karena mempunyai sifat merusak, bebas tidak mempunyai aturan mau apa seenaknya dan berakibat hancurnya diri sendiri dan menyeluruh kealam semesta, dikarenakan tidak mempunyai aturan, pendidikan, dan kedisiplinan ilmu yang tertulis secara jelas.
Terbukti Banyak penyimpangan yang telah dilakukan manusia zama dulu sampai sekarang bahkan menjadi trend keseharian manusia yang mempunyai akal mulai dari banyaknya orang korupsi, banyaknya orang mesum, maksiat, memperkosa orang, memperkosa darah daging sendiri, hingga pembunuhan, dan penipuan serta pembegalan, dan pencurian.
Banyaknya prilaku menyimpang yang dilakukan oleh manusia ini disebabkan karena belum mengetahui apa dalamnya makna pendidikan, disiplin ilmu, baik ilmu agama seperti ilmu fiqih, dan ilmu pendidikan lainnya seperti ilmu kebudayaan, ilmu antropologi.
Bulan Ramadan adalah sarana untuk menjadikan pelajaran disiplin kepada kita semua mulai dari diri kita sendiri dari hal yang terkecil seperti , menghormati orang lain dijalan baik yang berpuasa maupun yang tidak puasa, baik yang lain agama, maupun yang sama aama, baik yang sama etnis, maupun yang berlainan etnis, baik sesuku, maupun tidak, baik yang tua maupun yang muda, mari kita belajar makna disiplin dalam segi saling menghormati di bulan ini, sampai bulan berikutnya.
Di bulan romadhon ini jadikanlah sarana mendekatkan diri kepada Sang Pencipta , untuk menjadikan diri kita menjadi disiplin dan menjadi lebih baik sehingga menjadikan kita sebagai muslim yang belajar menjadi baik, secara lahiriyah, dan batiniyah. Bulan Ramadan adalah sarana menjadikan disiplin insan menuju kepada kebaikan yang hakiki.
*) Penulis adalah mahasiswa pasca sarjana Unisla Jurusan Pendidikan Agama Islam, dan Kepala Sekolah SMP Plus Nu 02 Al Hikmah Sokosari-Soko-Tuban.