Meretas Wisata Alternatif Bumi Wali

Oleh: M.A. Qohhar*

blokTuban.com - Kabupaten Tuban atau lebih familier disebut Bumi Wali, selama ini cukup dikenal dengan wisata relegi. Paling dikenal adalah makam Sunan Bonang yang mempunyai nama lengkap Raden Maulana Makdum Ibrahim. Pengunjung yang datang juga bisa menikmati megahnya Masjid Agung Tuban yang terletak tepat di barat Alun-alun Kota. Tidak hanya itu, terdapat makam Sunan Bejagung, Mbah Jabar dan lokasi ziarah lain yang cukup menyebar di Tuban.

Bukan hanya wisata religi, lokasi indah lain yang selama ini ramai dikunjungi ada Goa Akbar, Ngerong, Pondok Perut Bumi, Pemandian Air Panas Nganget dan air terjun Nglirip. Juga, eloknya Pantai Boom, Panyuran di timur, Pantai Sowan dan Pasir Putih di wilayah pesisir Kabupaten Tuban bagian barat. Masih banyak lagi lokasi-lokasi yang sayang jika dilewatkan saat berkunjung ke Bumi Wali.

Dibanding dengan kabupaten lain, Tuban cukup representatif untuk dijadikan pusat wisata dan budaya. Salah satu alasan utama, karena di Tuban mempunyai akses utama Jalan Raya Pos Daendels yang membentang dari Kecamatan Bancar hingga Palang. Di sepanjang bibir pantai itu, pemandang cukup elok tersaji dan menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Tuban.

Jalan Pantura Daendels yang dibangun saat masa pemerintahan Hindia Belanda tersebut menjadi perlintasan utama warga yang dari arah Jakarta maupun Jawa Tengah jika menuju ke Surabaya, atau sebaliknya. Sehingga, setiap waktu jalur tersebut sangat ramai dan tidak pernah sepi. Bukan hanya truk barang maupun ekspedisi, namun juga kendaraan pribadi yang lalu lalang untuk menuju ke tujuan masing-masing.

Cerita Tuban sebagai wilayah yang penting, sebenarnya sudah sejak lampau dimulai. Sebab, merunut beberapa literasi, Kabupaten Tuban telah ada sejak tahun 1293 atau ketika Pemerintahan Kerajaan Majapahit. Pusat pemerintahannya dulu adalah di Desa Prunggahan Kulon, Kecamatan Semanding dan Kota Tuban yang sekarang adalah pelabuhan. Sebab, Tuban mempunyai armada laut yang sangat disegani dan menjadi wilayah paling penting saat masa Kerajaan Majapahit. Alasannya, Tuban menjadi gerbang utama pelabuhan dan pintu masuk dari arah laut.

Di masa kini, Tuban tetap menjadi kabupaten penting, terutama Jawa Timur. Sebab, tidak hanya transportasi darat saja yang masuk pertama kali dari Jawa Tengah melalui Tuban, industri Minyak dan Gas Bumi (Migas) Nasional juga menggantungkan kabupaten yang dipimpin Bupati Fathul Huda selama dua periode ini. Sebut saja Blok Cepu yang dioperatori ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) di Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro dan Blok Migas Tuban yang dikelola Joint Operating Body Pertamina-Petrochina East Java (JOB P-PEJ). Kedua operator Migas tersebut mengalirkan minyak mentah (crude oil) melalui jaringan pipa sampai ke lepas pantai Tuban.

Kenapa Tuban dipilih? Selain cukup dekat dengan sumber Migas, menilik masa lalu yang kuat armada lautnya, maka secara otomatis pantai Tuban mempunyai kedalaman yang cukup bagus. Sebab, dua kapal tanker Cinta Natomas dan Gagak Rimang yang difungsikan sebagai Floating, Storage and Offloading (FSO) berukuran jumbo dan mampu menampung banyak minyak mentah. Hal itu jelas-jelas membutuhkan laut dengan kedalaman di atas rata-rata.

Jelajah Tuban
Dengan kategori wilayah yang penting, seharusnya Kabupaten Tuban bisa berkembang lebih pesat industri pariwisatanya, bukan hanya industri yang bergantung pada eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA). Sejauh ini, potensi kapur di pegunungan utara tidak habis-habis ditambang secara besar-besaran. Gunung kapur tersebut terbentang dari Kecamatan Jatirogo sampai Widang, dan Kecamatan Merakurak hingga Soko. Sehingga, pabrik semen berlomba-lomba untuk berdiri di Tuban, dua diantaranya yang besar ada PT Semen Indonesia (SI) dan Holcim.

Harusnya, potensi alam yang luar biasa eksotisnya di Bumi Wali juga bisa dibidik menjadi objek wisata mentereng dan menjadi rujukan wisatawan domestik maupun mancanegara. blokTuban.com, media yang belum genap enam bulan berdiri di Bumi Wali, beberapa kali menelisik lebih dalam ke beberapa lokasi dengan kanal berita "Jelajah Tuban". Ternyata, masih banyak potensi wisata yang belum tergarap secara maksimal.

Sebut saja di Kecamatan Grabagan terdapat Atas Kayangan di Desa Ngandong. Lokasinya cukup stategis untuk bumi perkemahan dengan pemandangan alam pegunungan yang masih alami. Belum lagi, banyak tower berdiri bisa menjadi daya tarik tersendiri. Jika berada di puncak Atas Kayangan, pengunjung akan melihat sekitar Kota Tuban yang menawan. Apalagi jika malam, lampu-lampu bertebaran di kejauhan. Ada lagi puncak Ngrejeng. Seperti di Ngandong, jalur berkelok dan tanjakan akan menguji nyali pengunjung. Lokasi-lokasi tersebut sangat cocok untuk olahraga paralayang.

Lokasi wisata lain terletak di Desa Maindu, Kecamatan Montong, Tuban. Tepatnya api abadi yang selalu menyala walupun terkena air hujan. Konon, terbentuknya api tersebut karena ada bekas pengeboran minyak Pertamina yang diperkirakan tahun 1978 hingga 1982. Sampai sekarang masih terus menyala tanpa padam.

Belum lagi, ada Sendang Gede di Desa Jegulo, Kecamatan Soko, Pemandian Maibit di Kecamatan Rengel dan masih banyak lagi. Lokasi-lokasi tersebut bisa menjadi wisata alternatif dan jadi destinasi luar biasa jika dikelola dengan baik. Pengelolaan tidak hanya bisa bertumpu melalui dinas terkait, namun juga tak salah melibatkan masyarakat sekitar agar lebih berdaya. [*]   

*Reporter blokTuban.com (blokMedia Group)