Indahnya Berbagi di Bulan Yang Suci

Oleh: Diah Rahayu Ardiani *)

Berbagi adalah memberi atau menerima segala hal yang penting bagi hidup kita, berbagi juga bisa kepada Tuhan atau ciptaan tuhan, bahkan setiap hal di bumi ini. Makhluk sosial, itulah sebutan manusia. jadi,manusia saling membutuhkan dan dibutuhkan. kita membutuhkan orang lain,begitu pula orang lain, yang juga membutuhkan kita.

Karena itu manusia sebagai makhluk sosial harus saling berbagi. Kita sebagai makhluk sosial diwajibkan untuk saling berbagi kepada orang lain, Berbagi tidak harus barang, apapun yang kita punya dan tidak dipunyai oleh orang lain perlu dibagikan karena sebagai bentuk kepedulian kita kepada orang lain.

“Berbagi kepada sesama adalah hal penting, karena tanpa berbagi kita sebagai manusia kehilangan arah dan arti dari makhluk sosial itu sendiri.”

Bulan Ramadhan memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan bulan-bulan lain. Bulan Ramadhan merupakan kesempatan besar sekaligus menjadi acuan bagi seluruh umat muslim untuk kembali meningkatkan kuantitas dan kualitas beribadah. Seperti dalam sebuah hadits dikatakan, “…Barangsiapa yang melakukan kebaikan (ibadah sunah) di bulan itu pahalanya seperti melakukan ibadah wajib dibanding bulan yang lainnya. Dan barang siapa melakukan kewajiban di dalamnya, maka pahalanya seperti melakukan 70 kewajiban dibanding bulan lainnya…” (HR. Ibnu Huzaimah)

Oleh karena itu, seringkali umat muslim lebih termotivasi untuk berlomba-lomba dalam kebaikan mulai dari awal hingga akhir ramadhan baik berupa ibadah-ibadah yang sifatnya mahdlah (hablum minallah) ataupun mualamalah (hablum minannas).

Pada bulan Ramadhan, seluruh umat muslim belajar untuk ikut merasakan penderitaan orang-orang yang kurang beruntung dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan menahan lapar dan dahaga selama 30 hari penuh. Tak hanya merasakan, tetapi pada bulan ini pun, Islam mewaijbkan umatnya untuk membayar zakat fitrah yang fungsinya sebagai pembersih diri setiap orang selama satu tahun penuh dan di sisi lain menjadi sumber rezeki bagi para mustahik.

Hal ini sebagai penekanan bahwa umat Islam harus membiasakan diri menempatkan tangan di atas untuk memberi kepada orang lain yang pantas menerimanya, seperti memberi sedekah dan memberi makan orang yang berpuasa. Tentang memberi makan orang yang berpuasa, Rasullullah SAW bersabda dalam sebuah hadits, “Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi).

Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam, teladan terbaik bagi kita, beliau adalah orang yang paling dermawan, dan kedermawanan beliau lebih dahsyat lagi dibulan Ramadhan. Hal ini diceritakan oleh Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari, no.6)

Dari hadits di atas diketahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada dasarnya adalah seorang yang sangat dermawan. Ini juga ditegaskan oleh Anas bin Malik radhiallahu’anhu:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling berani dan paling dermawan.” (HR. Bukhari no.1033, Muslim no. 2307)

Namun bulan Ramadhan merupakan momen yang spesial sehingga beliau lebih dermawan lagi. Bahkan dalam hadits, kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dikatakan melebihi angin yang berhembus. Diibaratkan demikian karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat ringan dan cepat dalam memberi, tanpa banyak berpikir, sebagaimana angin yang berhembus cepat. Dalam hadits juga angin diberi sifat ‘mursalah’ (berhembus), mengisyaratkan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki nilai manfaat yang besar, bukan asal memberi, serta terus-menerus sebagaimana angin yang baik dan bermanfaat adalah angin yang berhembus terus-menerus.

Penjelasan ini disampaikan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari. Oleh karena itu, kita yang mengaku meneladani beliau sudah selayaknya memiliki semangat yang sama. Yaitu semangat untuk bersedekah berbagi kesesama lebih sering, lebih banyak dan lebih bermanfaat di bulan Ramadhan, melebihi bulan-bulan lainnya.pada bulan Ramadhan orang-orang cenderung lebih senang dan mudah dalam memberi walaupun biasanya terjadi peningkatan konsumsi terhadap barang-barang. Banyak masjid-masjid atau para donatur perorangan yang menyediakan takjil gratis bagi siapapun yang sedang dalam perjalanan ataupun tidak. terutama bagi mahasiswa, hal ini biasanya telah menjadi kesempatan menghemat uang saku yang paling berhasil khusus di bulan Ramadhan.

Sikap saling berbagi di bulan Ramadhan bahkan telah menjadi kebiasaan bagi mayoritas umat muslim, seperti kegiatan Munggahan, yang biasa dilakukan ketika menyambut datang atau perginya ramadhan. Dengan berbagi, maka setiap orang bisa meningkatkan rasa empati dan kepeduliannya terhadap keadaan orang-orang disekitarnya yang belum beruntung, dan itu lebih terasa pada saat bulan Ramadhan. Dengan membiasakan diri untuk bersedekah/berbagi kepada orang lain pada bulan Ramadhan, maka insya Allah hal itu akan terus dilakukan secara kontinu walaupun bulan Ramadhan telah berakhir.

*) Penulis adalah Ketua Umum HMI Cabang Bojonegoro