Oleh: Edy Purnomo
blokTuban.com - Ketika lokalisasi Gandul, di Dusun Wonorejo, Desa Gesing, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, resmi ditutup pada 15 Januari 2013 silam, puluhan Pekerja Seks Komersial (PSK) hanya bisa pasrah diberi pesangon dan dipulangkan ke kampung halaman.
Kala itu, keresahan juga dirasakan warga asli Gandul. Sebab, selama ini mereka menggantungkan hidup di antara geliat bisnis prostitusi ini. Gandul harus ditutup, sementara PSK dan masyarakat asli akan mendapatkan pelatihan keterampilan agar bisa mencari nafkah lain. Begitulah bunyi kesepakatan pemerintah dan masyarakat saat itu.
"Setelah lokalisasi ini ditutup, Pemkab Tuban harus pikirkan kelanjutan kehidupan warga asli yang banyak bergantung pada tempat ini," kata Kepala Desa Gesing, Mat Dasim saat ditemui sejumlah wartawan di sela-sela pentutupan lokalisasi Gandul, Selasa (14/1/2013) silam.
Permintaan ini pun, langsung mendapatkan respon dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban. wakil Bupati (Wabup) Tuban, Noor Nahar Hussein, kala itu mengatakan Pemkab Tuban akan konsisten dan serius mengawal keberadaan tempat ini, termasuk pemberdayaan untuk warga asli pasca ditutupnya tempat ini.
"Saya sadar, yang terberat memang bagi warga asli yang ditinggalkan. Karena selama ini bergantung pada jalannya tempat ini," ungkap Noor Nahar.
Sekarang, setelah tiga tahun ditutup, wajah eks lokalisasi Gandul kian suram. Sesuram keadaan ketika pertama kali ditutup. Lingkungan sekarang sepi tanpa banyak aktivitas, hanya tembok-tembok kusam saksi kejayaan masa silam.
Ketua Rukun Warga (RW) VII Dusun Wonorejo, Desa Gesing, Rastam, menemani obrolan ringan blokTuban.com di salah satu rumah sederhana di bekas kompleks ini. Dia mengatakan, perekonomian warga Gandul sangat jauh berbeda dibanding dengan sebelum tiga tahun yang lalu.
Sepanjang mata memandang, tidak tampak ada hasil pemberdayaan masyarakat seperti yang dijanjikan Pemkab Tuban sebelumnya. "Bisa dilihat sendiri, kalau siang rumahnya sepi dan banyak yang kerja serabutan," terang Rastam.
Warga dusun yang tinggal di kompleks ini, memang sudah beberapa kali mendapatkan pelatihan keterampilan dari pemerintah. Mulai dari keterampilan menjahit, sampai pelatihan melakukan pengelasan. Pernah, warga dijanjikan beberapa proyek pemerintah akan diserahkan warga desa setempat apabila sudah benar-benar terampil.
"Seperti dulu, ada program pelatihan pengelasan setelah terampil tidak ada yang dikerjakan jadi pemuda mencari pekerjaan lain," jelas Rastam.
Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Tuban, Nurjanah, membenarkan sulitnya melakukan pemberdayaan di eks lokalisasi Gandul. Meskipun sudah dilakukan berbagai pelatihan, hal itu belum signifikan membantu perekonomian warga.
Mantan Camat Kerek ini menjelaskan perlunya kerjasama semua pihak, baik itu masyarakat ataupun segenap jajaran pemerintah daerah, agar pemberdayaan masyarakat di tempat ini bisa dilakukan dengan maksimal.
"Pemberdayaan di tempat itu perlu dilakukan kembali dengan melibatkan semua jajaran stakeholder, termasuk dinas-dinas lain yang ada di jajaran Pemkab Tuban," jelas Nurjanah.
Tiga tahun sudah lokalisasi ini ditutp. Tak kurang dari 129 wanita penghibur dipulangkan dari tempat ini. Geliat pembangunan di kota Tuban, tampaknya bukan menjadi "hak" bagi warga Gandul untuk bisa menikmatinya. Mereka seolah kian terasing, dijauhkan dari janji kesejahteraan yang pernah dicecap. Salam. [pur/col]