Reporter : Ali Imron
blokTuban.com - Pada Rabu (11/9/2024), masyarakat Desa Maibit, Kecamatan Rengel, kembali menggelar tradisi Sedekah Bumi dan Siratan Agung di Pemandian Sri Pangenti, yang juga dikenal dengan nama Lanjar Maibit.
Acara ini merupakan wujud syukur warga atas hasil bumi dan doa agar kesejahteraan selalu menyertai desa.
Ritual siratan dimulai dengan meletakkan berbagai sesaji seperti nasi, lauk pauk, dan hidangan lainnya ke dalam sendang atau mata air.
Setelah rangkaian doa dipanjatkan oleh pamong desa, tumpeng dan air sendang kemudian dilemparkan kepada masyarakat yang hadir, sebagai simbol berbagi berkah dan melimpahnya rezeki.
Acara ini tidak hanya menjadi sarana pelestarian budaya, tetapi juga mempererat tali persaudaraan di antara warga desa.
Masyarakat berharap tradisi ini dapat terus dilestarikan dan menjadi daya tarik wisata budaya bagi daerah mereka.
Sendang Maibit punya kekayaan folklor, atau cerita dari mulut ke mulut yang berkembang di tengah masyarakat. Meski banyak versi, folklor yang paling populer adalah kaitan sendang Maibit dengan tokoh perempuan masa silam yang bernama Sri Pangenti.
Sri Pangenti dipercaya sebagai salah satu putri dari Kediri yang melarikan diri. Menikah dengan seorang pemuda dan harus terpisah di tengah jalan karena cemburu buta.
Pada perjalanannya, perempuan ini lebih dikenal dengan Lanjar (janda yang masih suci/belum pernah bersetubuh) dan harus bersembunyi di Maibit (rumah mbah Bibit).
"Mbah Bibit adalah salah satu tokoh yang mempunyai kesaktian dan melindungi Sri Pangenti dari kejaran orang-orang sakti yang berniat mempersuntingnya," terang juru kunci Sendang, Supardi.
Cerita inilah yang diyakini banyak orang sebagai asal muasal nama Desa Maibit. Sementara pemandian yang kerap dipergunakan untuk Lanjar Maibit membersihkan diri juga disebut sebagai Sendang Maibit. [Ali/Rof]