Reporter: Dahrul Mustaqim
blokTuban.com - Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena Tuban melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Pemula (PMP) menunjukkan komitmennya dalam mendukung keberlanjutan lingkungan dengan memperkenalkan konsep integrated farming berbasis Ayam, Maggot, Ikan, dan Sayur (AMIS). Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena bekerjasama dengan Kelompok Tani Ternak Sumber Unggas Jaya Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro, Senin (26/08/2024).
Konsep integrated farming yang diperkenalkan oleh Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena menggabungkan empat komponen utama, yaitu peternakan ayam, budidaya maggot, budidaya ikan lele, dan sayuran pada sistem aquaponik. Dalam sistem ini, setiap komponen saling mendukung satu sama lain, menciptakan siklus yang minim limbah dan efisien dalam penggunaan sumber daya.
Koordinator sekaligus founder konsep AMIS, Hamzah Nata Siswara menjelaskan bahwa Integrated Farming ini bertujuan untuk menciptakan peternakan yang zero waste, circulare economy, dan tangguh global climate change. Program PMP ini juga didukung oleh Direktorat Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementrian Pendidikan, Kebuadayaan, Riset, dan Teknologi melalui program PMP.
“Integrated Farming bertujuan untuk menciptakan zero waste, circulare economy dikalangan peternak dan masyarakat yang mengadopsinya, sekaligus kita akan tangguh terhadap perubahan iklim melalui pengembalian ekosistem pertanian dan peternakan terpadu dan berkelanjutan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa budidaya maggot dapat mengurangi bau tidak sedap yang seringkali menjadi masalah di peternakan. Selain itu penggunaan maggot sebagai pakan alternatif dapat mengurangi ketergantungan pada pakan konvensional di kalangan peternak.
“Tak hanya itu, budidaya maggot dapat menyelamatkan lingkungan dari pencemaran sampah organik rumah tangga dan pasar yang sering terbuang sia-sia. Dengan kandungan protein yang cukup tinggi maggot juga bisa menjadi pakan alternatif yang dapat mengurangi ketergantungan penggunaan tepung ikan sebagai sumber protein pada pakan komersial,” imbuhnya.
Para mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini juga merasakan manfaat langsung dari penerapan konsep ini. Salah seorang mahasiswa, Amin Mubarok mengungkapkan, “Saya sangat tertarik dengan konsep integrated farming ini. Tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga membuka wawasan kami tentang bagaimana peternakan bisa menjadi lebih efisien dan berkelanjutan. Selain itu, saya jadi lebih memahami pentingnya peran maggot dalam mengurangi limbah dan bau di peternakan.”
Konsep integrated farming ini diharapkan dapat menjadi model bagi para peternak, terutama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Dengan memanfaatkan sumber daya secara optimal dan meminimalkan limbah, sistem ini tidak hanya menghasilkan produk pertanian dan peternakan yang berkualitas, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan lingkungan.
Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena terus berupaya untuk mengembangkan inovasi-inovasi baru di bidang pertanian dan peternakan yang ramah lingkungan, sejalan dengan komitmen mereka dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Diharapkan, konsep integrated farming ini dapat diadopsi secara luas oleh masyarakat dan menjadi bagian dari solusi global dalam menghadapi perubahan iklim melalui pengembalian ekosistem pertanian dan peternakan secara terpadu.[Rul/Rof]