Reporter : Ali Imron
blokTuban.com - Setiap tahun pada tanggal 17 Muharram, warga Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Tuban, menggelar peringatan haul untuk menghormati perjuangan dakwah Mbah Jabbar, Senin (22/7/2024).
Acara ini berlangsung selama tiga hari dua malam, menarik banyak peziarah dari berbagai daerah.
Makam Syeikh Abdul Jabbar, atau yang lebih dikenal sebagai Mbah Jabbar, terletak di atas bukit yang berseberangan dengan wisata air terjun Nglirip.
Sosok Mbah Jabbar dikenal sebagai juru dakwah yang memiliki kewibawaan luar biasa di Tuban selatan.
Menurut Nursyam, juru kunci makam, Mbah Jabbar memiliki nama asli Pangeran Sumoyudo, keturunan Kerajaan Pajang (Surakarta).
"Meski berdarah biru, Mbah Jabbar tidak pernah sombong. Sebaliknya, ia menjadi pribadi yang bersahaja dan jauh dari gambaran sosok kerajaan," ujar Nursyam.
Awal mula kedatangan Mbah Jabbar ke Singgahan terjadi sekitar tahun 1628-1629 setelah kekalahan Kerajaan Pajang dari penjajahan Belanda.
Untuk menghindari kejaran Belanda, Mbah Jabbar melarikan diri dan menetap di rumah seorang tokoh dan ahli ilmu kanuragan, Mbah Sarkowi, atau lebih dikenal sebagai Mbah Ganyong.
Di sinilah ia memulai dakwah Islam di wilayah Singgahan.
Selama masa dakwahnya, Mbah Jabbar menjadikan Desa Mulyoagung sebagai pusat aktivitasnya, mengajarkan nilai-nilai Islam kepada warga sekitar hingga akhir hayatnya.
Nama Mbah Jabbar semakin tersohor lantaran saat meninggal, jenazahnya mengeluarkan aroma harum yang disebut warga sebagai ‘gondowani’.
Aroma wangi ini dapat tercium hingga luar Desa Mulyoagung.
Acara haul yang berlangsung meriah setiap tahunnya bukan hanya dihadiri oleh warga lokal, namun juga peziarah dari berbagai wilayah seperti Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan bahkan dari Malaysia.
Kehadiran para peziarah ini menunjukkan betapa besar pengaruh dan penghormatan masyarakat terhadap Mbah Jabbar dan perjuangannya dalam menyebarkan dakwah Islam. [Ali/Dwi]