Cerita Desa Kedungharjo Bangilan Tuban Dulu Jadi Sarangnya Buaya

Penulis : Ahmad Nawaf Timyati Fandawan

blokTuban.comKedungharjo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Bangilan, Kabupaten Tuban. Desa yang memiliki luas sekitar 252,52 Km persegi yang mana dalam wilayah seluas itu Desa Kedungharjo terbagi menjadi 3 dusun yakni Dusun Kedungharjo, Wadegan, dan Ngrayung.

Desa Kedungharjo memiliki penduduk yang menghuni desa tersebut dengan kisaran kurang lebih sekitar 2.700 an Jiwa yang mana dalam sektor perekonomiannya warga Desa Kedungharjo mayoritas bergantung pada pertanian dan berprofesi sebagai petani. Desa Kedungharjo sekarang dipimpin oleh H. Zubaidi selaku Kepala Desa sejak 2019.

Asal mula dari Desa Kedungharjo sendiri seperti yang tercantum di dalam RPJM Desa menjelaskan bahwa Desa Kedungharjo dulunya ada sebuah sumber air yang menggenang (Waduk) yang amat dalam dalam bahasa jawa berarti Kedung, dan di tempat itulah terdapat sarang buaya dan dihuni oleh banyak buaya yang dalam bahasa Jawa buaya berarti boyo. 

Maka sejak tahun 1932 kedua nama Kedung dan Boyo digabung menjadi satu dan dijadikan sebuah nama desa yakni Kedungboyo. Namun dengan kemajuan zaman agar tidak menimbulkan kesan yang menakutkan maka nama Desa Kedungboyo dirubah menjadi Kedungharjo sampai sekarang.

Hal ini pula seperti yang dijelaskan oleh Abdul Ghofur (44) selaku Kaur Perencanaan Desa Kedungharjo menjelaskan bahwa asal mulanya desa ini bernama Kedungboyo atau dinamai Kedungnya Beboyo dikarenakan dahulu banyak warga desa ini banyak yang nakal. 

Bahkan yang mana banyak orang yang berasal dari kedungharjo dahulu sangat ditakuti dan dibenci oleh warga dari desa lain dikarenakan warganya yang dikenal nakal dan suka merampok atau merampas.

"Terkenalnya dulu itu sering merampas tapi orang – orang tertentu enggak semua, pernah cerita itu dulu itu ada yang berani merampas orang Belanda juga katanya mau ngerampas senjatanya pernah itu memang berani – berani kok, jadi zaman dahulu dengar ada 

Belanda datang itu ada rombongan istilahnya ingin tahu senjatanya seperti apa sampai ingin merampok mau merampas. Sebagian lagi sesepuh itu ada bilang zaman Belanda dulu kalau mau masuk Desa Kedungharjo katanya itu yang dilihat itu sungai besar sama buayanya banyak akhirnya Belanda enggak berani masuk,” Ucap Pria berusia 44 tahun tersebut, Sabtu (16/12/2023)

Sedangkan membahas tentang tradisi yang masih ada dan masih berjalan yang berada di Desa Kedungharjo sendiri adalah sedekah bumi yang mana pada zaman dahulu ini sedekah bumi yang dilakukan yakni di tiga titik yakni di Dusun Ngrayung disebuah Sumur Gede.

Lalu di Dusun Wadegan di Keramat Degan dan di  Dusun Kedungharjo/kedungboyo di Keramat Seban, Seban sendiri menurut sejarahnya yang seperti dijelaskan Agung Hariyanto (60) selaku Kadus Ngrayung menjelaskan bahwa Seban itu memiliki arti Paseban atau tempat peristirahatan atau perkumpulan.

“Untuk Seban setahu saya dari orang – orang terdahulu Paseban, pasebannya para ulama tempat untuk bermusyawarah, berkumpul dan sampai sekarang masih ada tempatnya. Tanah luas ada pohon besar di situ kan teduh kemungkinan besar untuk rapat – rapat dulu kan di bawah pohon yang teduh,” Ujar Agung Haryanto.

Kembali lagi membahas mengenai Sedekah Bumi yang dilakukan di tiga titik tersebut namun sekarang dihidupkan lagi dan dilakukan di 2 titik yakni di Sumur Gede yang berada di Dusun Ngrayung yang hanya sedekah bumi lokalan dukuhan atau biasanya hanya untuk warga Dusun Ngrayung dan biasanya dilakukan pada hari Ahad Legi. 

Sedangkan untuk sedekah bumi bagi seluruh warga desa biasanya di pusatkan di Balai Desa yang juga terkadang dihadirkan hiburan wayang dan untuk harinya menyesuaikan, yang pastinya biasa dilakukan pada Bulan Suro.

Desa Kedungharjo berbatasan langsung dengan Desa Weden di sebelah Selatan, Desa Kedungmulyo di sebelah Utara, Desa Bangilan di sebelah Barat, sedangkan di sebelah Timur sebagian berbatasan langsung dengan Desa Lajo Kidul Kecamatan Singgahan dan sebagian dengan Desa Weden 

Mengenai potensi kedepannya sendiri dari pihak desa baru merencanakan untuk pembangunan pasar desa yang mana hal ini menjadi titik fokus pihak desa dalam rencana pengembangan desa.

“Kalau arahnya kedepan kata pak inggi itu mau dibuat pasar desa itu di perempatan ngrayu itu kan tempatnya strategis gitu. Perencanaan baru tahun kemaren untuk perealisaiannya InsyaAllah 2024 udah mau mulai,” Tutup Abdul Ghofur. [Naw/Ali]