Desa Tanggir Singahan Diperebutkan Tuban-Blora hingga Karomah Syeh Abdurrohim

Penulis : Ahmad Nawaf Timyati Fandawan

blokTuban.comTanggir merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban. Desa yang terletak sekitar 38 km dari Ibukota Kabupaten Tuban ini memiliki luas desa sekitar 305 Hektar yang mana Desa Tanggir hanya memiliki 1 dusun yakni Dusun Krajan.

Dengan jumlah dusun yang hanya satu saja maka dalam pembagiannya di Desa Tanggir dengan satu dusun yang memiliki 11 RT ini ditengah – tengah luasnya lahan tersebut ada sungai kening sehingga hal itu menjadi sekat antar wilayah dengan sebutan Brang Kidul (wilayah Selatan), Brang Lor (wilayah Utara), Brang Wetan (wilayah Timur) dan Brang Kulon (wilayah Barat). Desa Tanggir memiliki jumlah penduduk yang menghuni kurang lebih sekitar 2.700 Jiwa ini warga Desa Tanggir memiliki profesi yang bermayoritas sebagai petani/buruh tani.

Desa Tanggir berbatasan langsung dengan Desa Lajo Lor di sebelah Utara, Desa Tanjungrejo di sebelah Selatan, Desa Lajokidul di sebelah Barat, dan Desa Mergosari di sebelah Timur. Desa Tanggir sekarang dipimpin oleh H. M Sholehuddin (43) selaku Kepala Desa.

Dibahas mengenai sejarah serta asal – usul Desa Tanggir seperti yang dijelaskan oleh H. M Sholehuddin (43) selaku Kepala Desa Tanggir menuturkan bahwa Desa Tanggir berdiri pada tahun 1865 yang mana di era berdirinya masih pada era kolonial Belanda yang mana pada tahun tersebut Desa Lajo dimekarkan menjadi 3 desa yakni Lajo Lor, Lajo Kidul dan kemudian baru Desa Tanggir.

Dinamakan Tanggir sendiri menurut cerita yang beredar di masyarakat yakni dikisahkan ketika ada orang yang meninggal banyak yang muncul di Desa Tanggir ini yang mana arti dari kata Tanggir sendiri berasal dari 2 kata yakni Batang (Bangkai) dan Minggir yang mana hal itu digabung menjadi Tanggir.

“Kisahnya itu ketika ada orang meninggal kemudian banyak yang muncul di desa kami artinya Batang (Bangkai) Minggir kira – kira gitu. Tapi yang pasti dari kisah di desa ini itu banyak batang – batang (bangkai – bangkai ) yang minggir kira – kira gitu disitulah disebut Tanggir ” Ujar pria berusia 43 tahun tersebut, Jumat (15/12/2023).

Adapun mengenai tradisinya sendiri Desa Tanggir masih melakukan yang namanya manganan atau sedekah bumi yang mana sedekah bumi ini dilaksanakan ddisebuah makam teretua yang terletak di Desa Tanggir yakni Makam Syeh Abdurrohim.

Dikisahkan Syeh Abdurrohim ini belum dikatehui pasti mengenai asal usulnya dan sebelum diketahui namanya makam tersebut bernama Mbah Kandangan. Diberi nama Mbah Kandangan sendiri dikarenakan pada zaman dulu saat ada orang yang mengembala sapi, kambing dan lewat di seputaran makam tersebut maka hewan – hewan tersebut akan mati.

Dikarenakan setiap ada hewan yang lewat kesitu berakhir mati maka dibuatlah sebuah pagar batas yang mana ada seorang sesepuh yang dianggap tau hal supranatural memagari batas wilayah makam Syeh Abdurrohim jadi kalau ada hewan yang lewat sana tidak boleh karena dikandangi makamnya.

Yang mana ada seorang Kiai yang berkunjung ke pondok pesantren di Desa Tanggir kemudian beliau berkeliling di sekitaran makam Mbah Kandangan yang mana kemudian beliau mengatakan bahwa makam tersebut adalah makam dari Syeh Abdurrohim. 

Alasan warga menganggap makam tersebut istimewa sampai diadakan sedekah bumi serta haul dikarenakan di makam tersebut juga sering dipakai warga untuk bernazdar yang mana saat nadzarnya terpenuhi maka akan memotong ayam atau kambing ditempat tersebut.

Kebiasaan tersebut kemudian berkembang menjadi tradisi manganan atau sedekah bumi dan disempurnakan menjadi sebuah Tahlil dan kemudian menjadi Haul Syeh Abdurrohim yang biasanya dilakukan pada Bulan Besar dihari Jumat Pon.

Selain sedekah bumi yang dilakukan di Makam Syeh Abdurrohim pernah ada juga warga yang melaksanakan sedekah bumi disebuah tempat tanaman padi. Hal ini tanpa alasan yang mana dikisahkan bahwa batas wilayah Tuban dahulu tidak sampai ke Desa Tanggir ini dan wilayah tersebut masih masuk ke Kabupaten Blora jadi hal tersebut terjadi sebuah perebutan wilayah antara masyarakat Blora dan Tuban.

“Kemudian perang tanding antara orang sini dengan orang Blora perang tanding beberapa hari itu enggak ada yang kalah dan menang kemudian enggak ada yang kalah dan menang keputusasaan itu muncullah kata – kata ikrar. Ikrarnya begini “kalau menang batas wilayah Tuban mari kita adu kekuatan lewat ikrarnya tadi lewat tanaman kalau tanaman padi itu lebih tinggi setinggi anak sapi otomatis ini wilayah Tuban”. Sehingga wilayah sini masuk kawasan Tuban,” Ujar H. M Sholehuddin.

Dengan adanya hal tersebut banyak masyarakat yang melakukan sedekah bumi yang dilakukan tempat posisi padi tersebut tetapi kemudian hal itu tidak dilakukan lagi dikarenakan dipatahkan oleh beberapa kiyai atau sesepuh desa sehingga sampai sekarang tidak ada sedekah bumi di tempat tersebut. Selain itu juga ada sebuah tradisi jawa lain yang masih ada yakni bernama Suroan yang mana dengan memakai makanan bubur yang biasanya dilakukan di perempatan – perempatan desa dan dilakukan setiap bulan Suro.

Dibahas sedikit mengenai potensinya pihak desa hanya berfokus pada pengembangan sumber daya alam dikarenakan Desa Tanggir sendiri untuk saat ini masih belum mempunyai PAD desa.

“Sebenarnya impian saya itu pengelolaan sumber daya alam saja. Impian kami itu kalau sumber daya alam kita kelola kita kontrak dengan kayak umpama rumah sakit kita diberi fasilitas pihaknya diambilkan ke kita dengan kontrak sekian itu kan jelas uangnya enggak hilang dengan kerja sama – kerja sama yang istilahnya ikatan perjajiannya jelas,” Tutup H. M Sholehuddin selaku Kepala Desa. [Naw/Ali]