Penulis : Ahmad Nawaf Timyati Fandawan
blokTuban.com – Di Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban terdapat salah satu desa yang bernama Desa Talangkembar, Desa Talangkembar mempunyai 6 dusun yang mana diantara dusun – dusun ini berada atau harus melewati desa lain agar sampai di dusun tersebut.
Diantaranya yakni Dusun Sawahgoro yang harus melewati Desa Montongsekar dan Pakel, dan juga ada Dusun Kedung Jero yang harus melewati Desa Nguluhan. Selain itu juga ada Dusun Topar, Dusun Krajan, Dusun Kenti dan Dusun Daringan.
Desa dengan Jumlah penduduk sekitar 7.000 an jiwa ini memiliki profesi yang bermayoritas sebagai petani, Desa Talangkembar ini sekarang dipimpin oleh Kurniali (47) selaku Kepala Desa Talangkembar.
Desa Talangkembar berbatasan langsung dengan Desa Tanggulangin dan Desa Ngulahan di sebelah Selatan, Desa Guwoterus di sebelah Barat, Desa Montongsekar disebelah Timur dan disebelah Utara yakni Perhutani.
Mengenai sejarahnya Talangkembar Kurniali (47) mengatakan bahwa sejarah Desa Talangkembar ini yang mana berdasarkan cerita orang – orang terdahulu bermula pada zaman Belanda terdapat dua aliran air untuk irigasi. Nama lainnya sendiri yakni Talang maka dari itu diberi nama Talangkembar karena terdapat 2 Talang (Aliran air untuk irigasi) yang mana masyarakat kemudian menyebutnya dengan Talangkembar.
“Cuman saat ini itu diambil orang – orang, dipergunakan orang – orang pribumi untuk kepentingan mungkin untuk kebutuhan pribadi sehingga talang e hilang mas tinggal tiang – tiang e lah tiang – tiang e itu kokoh, pada saat itu yang buat belanda itu zaman belanda tanpa ada semen kok bisa kokoh kalau tiangnya, makanya disebut dengan Desa Talangkembar itu karena ada dua talang untuk irigasi zaman Belanda sehingga untuk memudahkan namanya disebut Talangkembar,” Tutur Pria Berusia 47 tahun tersebut, Minggu (10/12/2023).
Desa Talangkembar juga masih sangat erat dengan tradisi sedekah Bumi yang dilakukan dimakam – makam dan juga di sebuah sumber mata air yang terdapat di desa inia.
Di Desa Talangkembar juga terdapat sebuah Makam dari sesepuh yang Bernama Mbah Dliko yang mana saat mau mengadakan sedekah bumi yang didahulukan terlebih dahulu yakni makam Mbah Dliko, kemudian ada Mbah Citro selain itu ada Mbah Drono yang konon masih merupakan keturunan dari Sunan Kalijogo, makam – makam dari sesepuh desa ini juga dihauli setiap tahunnya.
Selain itu, di Desa Talangkembar juga terdapat kesenian Jaranan namun hanya terdapat di Dusun Kedung Jero saja. Namun di Dusun Krajannya sendiri konon tidak mau diadakan kesenian Jaranan dikarenakan jika ada yang menggelar kesenian tersebut konon pasti ada yang meninggal.
Mengenai hal itu menurut mitosnya tersendiri bersumber dari Mbah Citro yang pada zaman dahulu mempunyai seekor kuda. Kata orang – orang terdahulu kuda tersebut benar – benar tampak padahal kuda tersebut ghoib yang mana pada Malam Jumat di hari tertentu itu turun dan kalau mau minum biasanya di sungai yang bernama Guyangan, nama Guyangan diberikan dikarenakan Sungai tersebut sering dipakai untuk mengguyang dan memandikan kuda di sungai tersebut.
“Kenapa sampai merenggut nyawa kalau ada mainan kuda khususnya di Dusun Krajan karena pada saat dulu Mbah Citro itu punya kuda dan kuda itu enggak bisa disamain orang – orang umum kudanya orang umum," katanya.
Bahkan kalau terdapat kuda Dawuk (Jenis Dawuk/memiliki corak dan warna khas) kalau sama punyanya Mbah Citro walaupun itu sekedar lewat pasti dimuat mobil dipastikan gila.
"Tetapi kalau main – mainan kuda Jaranan gitu itu pasti sampai meninggal entah beberapa kali itu ceritanya sempat meninggal makanya di Talangkembar enggak pernah ada mainan jaranan itu enggak ada, dusun khusus Dusun Krajan lho ya bahkan sampai Daringan, Kenti, Topar itu masih ada pengaruhnya,” Tutup Kurniali. [Naw/Ali]