Penulis : Ahmad Nawaf Timyati Fandawan
blokTuban.com – Desa Tanggulangin merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban. Desa dengan luas sekitar 1.616,79 Ha ini terbagi menjadi 6 dusun dengan 4 Kepala Dusun yang mana khusus Kepala Dusun Krajan membawahi 3 dusun yakni Dusun Krajan, Dusun Wangklu dan Dusun Tanggungrejo, dan lainnya ada Dusun Tawing, Dusun Mundu dan Dusun Guyangan.
Desa Tanggulangin memiliki jumlah penduduk kurang lebih sekitar 3.000 an jiwa yang bermayoritas sebagai petani. Desa Tanggulangin berbatasan dengan Desa Talangkembar di sebelah Utara, Desa Manjung di sebelah Selatan, Desa Nguluhan di sebelah Barat dan Desa Dagangan di sebelah Timur. Desa Tanggulangin sekarang dipimpin oleh Joko Sektiono, S.H. Selaku Kepala Desa, Minggu (10/12/2023).
Mengenai sejarahnya seperti yang di jelaskan oleh Taufiq Hidayanto (31) selaku Sekdes Tanggulangin mengatakan bahwa sejarah Desa Tanggulangin tidak terlepas dari sejarah masyarakat lokal Jawa di Kabupaten Tuban yang mana konon pada zaman dahulu terdapat seorang yang sakti yang ingin melakukan olah kebatinan dengan bertapa di suatu tempat yang jauh dari keramaian disebuah lereng bukit.
Namun tempat bertapa orang tersebut anginnya sangat kencang dan orang itu memohon kepada sang maha pencipta agar di sekitar tempat tersebut dibuat sebuah tanggul untuk menahan angin yang sangat kencang tersebut.
“Atas izin yang maha kuasa disekeliling tempat tersebut ada tanggul yang berupa bukit yang sekarang masih ada bukit tersebut adalah di sebelah Barat Gunung Batur, di sebelah Utaranya Gunung Kiran, Selatan Bukit Gebangan dan sebelah Timur Bukit Guyangan atau Petak, sehingga tempat di sekitar pertapa tersebut aman dari angin yang sangat kencang," tutur pria berusia 31 tahun tersebut.
Seiring perkembangan zaman banyak orang yang datang menghuni tempat tersebut dan melihat tenpat tersebut tidak terkena gangguan angin kencang maka dinamakan Tanggulangin. Sampai sekarang atas izin yang maha kuasa Desa Tanggulangin tidak pernah terkena angin puting beliung.
Disinggung mengenai tradisinya sendiri Desa Tanggulangin masih melakukan tradisi sedekah bumi setiap setahun sekali sehabis puasa Ramadan di sebuah makam dan juga sendang. Salah satunya yakni di Makam Mbah Parah yang konon dipercaya sebagai babat alas Desa Tanggulangin.
Mengenai potensi wisatanya sendiri Desa Tanggulangin berupaya untuk membuat sebuah wisata hayati atau wisata alam. Hal ini pihak desa sudah pernah berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan dengan menanam berbagai macam pohon namun tahun ini dikarenakan diterjang oleh musim kemarau yang panjang mengakibatkan banyak pohon tersebut mati dan kering.
“Intinya keanekaragaman hayati kan kalau semisal jadi itu kan harusnya ada tempat buah – buahan paling enggak seperti itu harapannya dan sebenernya kita juga sudah mengajukan kan ada untuk bendungan atau embung lah dititik lokasi keaneka ragaman hayati tadi, jadi keika hujan kalau ada bendungan tadi itu bisa bending air dan berharap disekitarnya itu kalau musim kemarau tidak terlalu kering seperti ini paling enggak ekosistemnya bisa membaik gitu. Jadi kalau sudah paling gak kalau tanaman itu hijau dan lain sebagainya sudah memadai itu kalau dipakai untuk sektor wisata untuk paling gak bumi perkemahan atau out bound pun sudah bisa,” Ujar Taufiq Hidayanto.
Di Desa Tanggulangin juga terdapat berbagai situs peninggalan seperti Bukit Bucu, kemudian ada juga Batu Pengheran yang mana konon sejarahnya dahulu ada seorang pengembala yang mencari sapi nya hilang ketika itu batu itu berada ditempat dibawah gunung yang mana kemudian pengembala tersebut berjalanan ke atas gunung ternyata batu tersebut pindah ke atas hal itu membuat pengembala itu heran yang mana kemudian batu tersebut di namai Batu Pengheran.
Selain itu juga ada Batu Tapaan yang mana konon pada waktu itu ada yang tapa di atas gunung yang juga batu ini adalah batu tempat seorang yang sakti tersebut untuk bertapa dan kemudian menjadi asal – mula terbentuknya nama Desa Tanggulangin hingga saat ini batu tersebut masih ada dan terdapat bekas orang duduk atau bertapa di batu tersebut yang terletak di Gunung Batur. [Naw/Ali]