Kisah Mbah Wongso, Prajurit Mataram yang Lakukan Islamisasi di Desa Penidon Tuban

Penulis : Nurul Mu’affah

blokTuban.com – Sejarah penamaan Desa Penidon diketahui berasal dari kata  "Nidon" yang berarti Ni (Niat) dan Don (Padudon atau Perebutan) atau jika diterjemahkan maksudnya yaitu niatan untuk merebut kepercayaan warga setempat yaitu Hindu-Budha.

Memiliki letak yang strategis, Desa Penidon terletak di Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban. Desa seluas 858 Ha ini dihuni oleh penduduk sebanyak kurang lebih 6.664 jiwa dengan mayoritas penduduk bermatapencarian sebagai petani.

Desa Penidon berbatasan langsung dengan Desa Mrutuk Kecamatan Widang di sebelah Utara, Desa Compreng Kecamatan Widang di sebelah Timur, Desa Kedungsoko Kecamatan Plumpang di sebelah Selatan dan Desa Magersari Kecamatan Plumpang di sebelah Barat.

Menurut keterangan yang diberikan Tjandiyo, PLT Kepala Desa Penidon bermula dari cerita zaman dahulu, di mana dahulu datanglah  tujuh prajurit dari Mataram melalui bantaran sungai Bengawan Solo yang menyebar di daerah Plumpang di antaranya di Desa Bandungrejo, Desa Klotok, Dusun Lingit, Dusun Kerbut, Desa Penidon, Desa Trepan Kecamatan Babat, dan Desa Sembayat Gresik. Salah satu prajurit tersebut bernama Wongso Dipuro atau Wongso Katiman, beliau menetap di Desa Penidon dan bertujuan untuk menyebarkan agama Islam di desa tersebut.

“Jadi asal-usulipun, itu dibabat dengan tentara dari Kerajaan Mataram Kuno yang bernama Mbah Wongso. Beliau dari Mataram Kuno menuju Jawa Timur dengan jumlah 7 orang. Siar agama Islam lewat hantaran Sungai Bengawan Solo. Habis itu, salah satunya pasukan dari Mataram Kuno itu ada yang singgah di Penidon salah satu dan membubat tanah di sini dengan niatan membawa Desa Penidon menjadi Islam, karena waktu itu masih budayanya Hindu-Budha,” jelasnya, Kamis (12/10/2023).

Mbah Wongso Katiman memiliki niatan kuat untuk mengislamkan warga Nidon. Beliau membangun bangunan kuno berbentuk masjid yang dalam bahasa latah orang kuno disebut Migid atau Semigid. Bangunan tersebut dipakai untuk bersemedi atau beribadah.

Berawal dari niatan tersebut, Mbah Wongso Katiman mengubah nama desa Nidon menjadi Penidon. Kata Pen di depan yang dalam bahasa Jawa berarti niatan yang kuat. Jika diterjemahkan maksudnya yaitu niatan yang kuat untuk mengislamkan warga Desa Penidon, sesuai dengan tujuan utama kedatangan Mbah Wongso Katiman di bumi Penidon.

Pada masa perubahan dari Hindu-Budha menjadi Islam, Desa Penidon terserang wabah penyakit yang mengakibatkan banyak orang meninggal dalam waktu singkat. Karena banyaknya korban wabah di Desa Penidon, Mbah Wongso Katiman sowan ke Sunan Bejagung untuk meminta bantuan dan do'a agar masyarakat Desa Penidon terlepas dari wabah tersebut.

Atas izin Allah wabah penyakit tersebut benar-benar hilang dari Desa Penidon. Sejak saat itu unsur kepercayaan warga Penidon untuk percaya dan menganut ajaran Islam semakin kuat.

Saat ini Desa Penidon berkembang menjadi desa dengan mayoritas penduduk beragama Islam berkat perjuangan Mbah Wongso. Hingga kini Makam Mbah Wongso masih terawat dan seringkali digunakan warga sekitar untuk berziarah. Makam Mbah Wongso terletak di Dusun Penidon II, Desa Penidon, Kecamatan Plumpanh, Tuban.

Tak hanya melaksanakan tradisi sedekah bumi saja, masyarakat Desa Penidon juga rutin mengadakan acara haul Mbah Wongso setiap Bulan Suro tepatnya hari Selasa Pon di masjid samping Mbah Wongso.

“Karena ada makhomnya wali tadi, haul, setiap setahun sekali tepatnya di hari Selasa Pon, kalo ada sasi suro,” tambahnya.

Di sisi lain, tak hanya pertanian saja, di desa ini juga terdapat tambak ikan dan juga terdapat sebuah embung yakni Embung Penidon yang dapat dimanfaatkan warga sekitar untuk mengairi sawah. [Af/Ali]