Petualangan Sherina 2 : ‘Lorong Waktu' Peluruh Rindu yang Penuh Haru

Penulis: Hikho Wasa

blokTuban.com - Film Petualangan Sherina 2 telah dapat disaksikan sejak 28 September 2023 lalu. Hal ini memantik rasa penasaran generasi 90-an khususnya yang telah tumbuh bersama film pertamanya yang dirilis pada tahun 2000. Yup, 23 tiga tahun sudah sejak film pertama dirilis dan kini Mira Lesmana bersama Riri Riza kembali mengguncang perfilman Indonesia lewat sequel film legend ini.

Masih dengan pemarin yang sama, film ini juga memberi rasa yang sama dengan film pertamanya. Sherina kini telah tumbuh menjadi perempuan yang tetap pemberani, jagoan, idealis, dan penuh semangat seperti 23 tahun lalu dan telah menjadi seoranag jurnalis kondang.

Suatu ketika ia ditugaskan ke Swiss untuk meliput kegiatan tetapi saat pemberangkatan semakin mendekat ia justru dipindahtugaskan meliput pelepasan Orang Utan di Kalimantan. sempat merasa marah karena kegagalannya meliput kegiatan yang telah ia siapkan sejak lama namun akhirnya Sherina berangkat ke Kalimantan dan bertemulah dengan Sadam, sahabat kecilnya.

Pertemuan kembali mereka selama lebih dari sepuluh tahun membawa  mereka berpetualang kembali menyelesaikan sebuah kasus pencurian Orang Utan. Beberapa masalah muncul dan terjadilah perdebatan antara Sherina dan Sadam sambil membahas masa lalu mereka. Selanjutnya tonton saja sendiri ya, sebab bagi generasi kelahiran 90-an tentu film ini sayang jika dilewatkan begitu saja. Tim yang pernah baper dengan chemisty mereka pasti ingin melihat kembali kedekatan mereka di versi dewasa ini.

Maka saya tak akan membahas banyak soal ceritanya, yang pasti serudan nostalgic.

Ada hal-hal yang lebih menarik yang bisa saya bagikan ke pembaca soal film ini. Aneka warna menghiasi film asik ini mulai dari musical, romansa, bertema lingkungan dan perlindungan satwa, hingga action turut menjadi jajaran rasa yang siap dihidangkan bagi kita semua.

Pertama tentu saja jajaran pemain yang masih setia memainkan karakter dari 23 tahun yang lalu. Ditambah cast baru seperti Ardit Erwandha, Randy Danistha, Isyana Sarasvati, hingga Kelly Tandiono yang semakin memberi warna dalam filmnya.

Sherina masih dengan sisi idealis dan jiwa kepemimpinanya yang tinggi membuat dia cocok menjadi seorang jurnalis dan berambisi membela kebenaran. Karakter Sherina benar-benar mengingatkan kita di masa lalu mulai dari cara bicara, nada bicara, hingga gesture dan ekspresi wajahnya benar-benar persis Sherina 23 tahun silam. Satu-satunya hal yang membedakan adalah fisiknya yang kini sudah dewasa.

Perkembangan karakter menarik justru muncul dari sosok Sadam yang diperankan oleh Ayang Derby Romero yang kini berbeda cukup banyak dengan Sadam saat masih anak-anak. Dari seorang pembully kini ia menjadi seorang aktivis yang bekerja di bagian pelestarian satwa yang berfokus di Orang Utan atau OUKAL (Orang Utan Kalimantan). Perkembangan karakter inilah yang menarik dan membuat filmnya tidak hanya fokus pada karakter Sherina tetapi juga bisa membawa penonton untuk berada di kubu Sadam dengan sikap barunya itu.

Hal menarik yang kedua adalah tentu saja lagu-lagunya yang asik didengar. Rasanya ingin sekali menyampaikan salam hormat kepada Sherina karena telah membuat music dan lagu-lagu di Petualangan Sherina 2 ini menarik dan menjadi salah satu ‘lorong waktu’ kami kembali ke tahun 2000.

Irama lagunya tidak beda jauh, tone warna lagunya pun sama, hanya sedikit mengalami perubahan di lirik yang lebih menyesuaikan usia dan waktu kini. Beberapa lagunya juga merupakan antithesis hingga saling berbalas lagu dari lagu di film sebelumnya.

Sebagai Music Director, Sherina luar biasa. Scorringnya sungguh membangunkan inner child saya yang meskipun lagunya ceria tetapi air mata ini tak bisa terbendung. Penuh haru dan peluruh rindu. Dari music pembuka rasanya seperti dipeluk erat oleh masa kanak-kanak, alur demi alur makin lama semakin menggebu inner child  dalam diri ini rasanya ingin melompat keluar.

Sherina adalah musisi keren yang sudah saya idolakan sejak kecil dan sekarang makin-makin. Terasa betul Sherina penuh kehati-hatian dalam mengerjakan musik hingga lagu-lagunya. Bahkan di akhir film rasanya seperti ikut berproses di dalamnya dan ‘boom’ puas sekaligus lega dapat menyelesaikan film yang legend ini.

Lagu dan koreonya pun terasa asik dan film ini masih menjadi film musical yang begitu menyenangkan dan menghangatkan. Warna gambarnya pun menyegarkan penuh dengan warna hijau dan bukan warna kuning tentunya. Menjadi salah satu rasa baru yang bisa dinikmati di perfilman kita.

Ketiga, alurnya rapi. Kualitas Riri Riza dan Mira Lesmana memang tak diragukan lagi. Mereka menjahit alur dengan rapi hingga pengenalan karakternya pun terasa pas melalui satu demi satu alur terangkai jelas dan dapat dipahami meski tanpa dialog sekalipun.

Sayangnya di klimaks kurang begitu memuncak sebab tak memunculkan Sherina yang beradu lagu atau apapun itu dengan villain utama yang dimainkan oleh Isyana Sarasvati. Membayangkan duel maut antara Sherina dan Isyana saja terasa begitu memanjakan telinga kita ditambah dengan lagu yang asik dan koreo yang menarik sudah pasti makin lebih meledak.

Dari keseluruhan adegan, ada satu adegan yang membuat sedikit terganggu. Perubahan lokasi yang tiba-tiba dengan CGI yang apa adanya rasanya sangat mengganggu momen romantis yang nostalgic antara Sherina dan Sadam. Kalau saja momen itu tidak diarahkan ke CGI tetapi ke pengambilan setting di Boscha mungkin lebih asik dan menghangatkan. Entah apa yang dipikirkan sutradara sampai memutuskan membuat adegan yang seharusnya menawan dan iconic justru aneh dan menjadi batu sandungan bagi penonton yang menikmati, khususnya saya secara pribadi.

Oh iya, selain berfokus pada Sherina dan Sadam, mungkin crew berupaya menciptakan Sherina baru melalui tokoh Sindai yaitu gadis yang sama pemberaninya dengan Sherina. Mereka juga cukup banyak ada dalam satu frame dan sepertinya crew ingin menegaskan bahwa akan selalu ada Sherina-Sherina baru di masa depan yang berani menegakkan kebenaran meski bukan superhero. Sindai adalah cerminan Sherina dan diarahkan menjadi motivasi bagi anak-anak agar dapat berkarakter seperti Sindai dan Sherina.

Terlepas dari kekurangannya, Petualangan Sherina 2 tetap sangat layak ditonton sebab selain nostalgia, film ini juga mengangkat isu pencurian satwa illegal. Pesan yang tersirat mengajak penonton untuk bersama-sama melindungi satwa langka berada di habitatnya dan terbebas dari buruan liar orang-orang berego tinggi. (nah, loh malah mode Sherina).

Pastinya saat meninggalkan bioskop, perasaan hangat dan haru muncul. Ingin rasanya memeluk anak kecil dalam diri ini dan berbincang dengannya, menanyakan kabar dan mendoakan dia baik-baik saja. Tiga tahun menanti film ini dan hasilnya tak mengecewakan. 8/10 untuk film yang menjadi lorong waktu bagiku ini. Tabik.[*/Ali]