Kolaborasi FK Unair dan Dinkes P2KB Tuban Tentang Pentingnya Jaga Indera Pendengaran

Reporter : Ali Imron

blokTuban.com - Berdasarkan data dari WHO pada tahun 2018 tercatat bahwa gangguan pendegaran merupakan penyebab disabilitas tertinggi ke empat secara global. 

Sekitar 466 juta atau 6.1% orang di seluruh dunia mengalami gangguan pendengaran yang terdiri dari 432 juta atau 93% dewasa dan 34 juta atau 7% anak anak, serta diperkirakan sepertiga dari penduduk berusia di atas 65 tahun mengalami gangguan pendengaran yang terjadi secara alami. 

Sementara untuk angka prevalensi gangguan pendengaran secara Nasional adalah sebesar 2.6%, yang sekaligus menunjukkan urgensi untuk segera membuat langkah promotif, preventif dan kuratif yang tepat, sehingga tujuan tersebut dapat dicapai dengan kerjasama antara pemerintah, tenaga kesehatan dan masyararakat secara luas.

Rilis data WHO tersebut akhirnya mendorong Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) Surabaya dan Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DINKES P2KB) Tuban untuk berkolaborasi tentang pentingnya menjaga indera pendengaran. 

Melalui seminar dan pelatihan penatalaksanaan gangguan pendengaran sebagai aplikasi program pengabdian masyarakat, FK Unair dan Dinkes memusatkan kegiatan di ruangan Pertemuan Lantai 3 Sekretariat Daerah Kabupaten Tuban SDN Latsari Tuban, Sabtu (24/09/2022).

Baca juga :

5 dari 14 Anak Terindikasi Demam Berdarah, Dinkes Tuban Lakukan Fogging di Lingkungan Peternak Sapi

60 Warga Tuban Dapat Operasi Katarak Gratis di RSUD Koesma

Kasus Stunting di Tuban Masih Tinggi, Pemkab Targetkan 14 Persen di 2024

Pada umumnya yang disebut gangguan pendengaran adalah kehilangan pendengaran di salah satu atau kedua telinga. Untuk kategori atau tingkat penurunan pendengaran dibagi menjadi ringan, sedang, sedang berat, berat dan sangat berat. 

 

Koordinator Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Dr. dr. Nyilo Purnami mengatakan, rehabilitasi secara dini akan memberikan kesempatan bagi penderita gangguan pendengaran untuk memperoleh kembali fungsi pendengarannya, karena itu upaya promotif perlu ditingkatkan dalam rangka menumbuhkan kepedulian masyarakat untuk mempermudah akses komunikasi penderita gangguan pendengaran dan bagi tenaga kesehatan.

"Diharapkan dapat memiliki kepekaan terhadap kebutuhan penderita gangguan pendengaran sehingga dapat memberikan layanan kesehatan yang berkualitas dan optimal," terangnya.

Menjaga kesehatan indera pendengaran juga merupakan hal penting karena indera pendengaran adalah bagian dari investasi masa depan, masih banyak penyebab gangguan pendengaran yang dapat dicegah, termasuk yang disebabkan karena paparan kebisingan. 

Selain itu dampak gangguan pendengaran juga tidak terbatas pada terganggunya fungsi telinga, tetapi juga berdapak pada kualitas hidup penderita, seperti dampak gangguan pendengaran pada orang dewasa yang dapat menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi, emosional, dan hubungan sosial. 

Gangguan pendengaran pada anak-anak juga dapat mempengaruhi nilai akademik atau prestasi belajar dan dapat mengakibatkan gangguan perkembangan wicara. Karena itu kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan telinga dan pendengaran adalah cara efektif untuk mencegah terjadinya gangguan pendengaran secara permanen. 

"Meskipun angka kasus gangguan pendengaran di Tuban cukup kecil yaitu kurang dari 1%, tapi adanya seminar dan pelatihan serta praktek langsung di SD Latsari Tuban ini sangat membantu dan akan sangat bermanfaat. 

Deteksi dini dan penanganan yang optimal diharapkan dapat mengurangi kecacatan permanen pada indera pendengaran, serta para tenaga medis dilatih agar siap melakukan penanganan mandiri tanpa harus merujuk ke Surabaya, jelas PLT Sekretaris DINKES P2KB, Nanang Sugiyarto.

Selain Seminar dan Pelatihan Tatalaksana Gangguan Pendengaran, para siswa dan guru serta wali murid di SDN Latsari juga sangat bersemangat mengikuti beberapa kegiatan lain. 

"Ada sebanyak 78 peserta Putri dan 47 peserta Putra dari murid kelas 5 SDN Latsari yang ikut pemeriksaan dan bersih-bersih telinga, para guru dan orang tua juga semangat untuk mengikuti kegiatan dari Pos Binaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (POSBINDU-PTM) dari Dinkes, dan anak-anak perempuan juga mendapat suntikan vaksinasi HPV untuk mencegah kanker serviks," tutup Kepala Sekolah SDN Latsari, Kasmulik. [Ali]

 

Temukan konten Berita Tuban menarik lainnya di GOOGLE NEWS