Kontributor: Bagus Pribadi
blokTuban.com - Walau hujan terus turun, tak membuat semangat Dasmono (70) asal Desa Ponco, Kecamatan Parengan, Kabupaten Tuban luntur untuk tetap menjual celengan.
Celengan yang terbuat dari tanah liat itu ia jual dengan harga Rp20.000 hingga Rp30.000 perbuahnya.
"Sehari tak tentu dapat berapa. Kadang tidak ada yang terjual sama sekali," ungkap Dasmono saat ditanya berapa omset perhari yang ia dapatkan.
Yang semakin pilunya lagi, Dasmono hanya pulang lima hari sekali. Selama malam menjelang ia akan tidur di pantai boom atau di tepian jalan.
"Rumah jauh, jadi lebih hemat untuk tidak pulang setiap hari," jelas kakek 70 tahun itu dengan raut wajah khasnya.
Dasmono lebih memilih berjualan di tepian jalan Ronggolawe dari pada di pasar. Alasannya karena di pasar lebih banyak pesaing. Pernah ada juga yang marah kepadanya saat itu.
"Saya masih kuat berjualan, saya juga harus menafkahi keluarga," kata Dasmono tegas.
Ia juga mengatakan, bahwa ia tidak ingin merepotkan kedua anaknya yang juga mengadu nasib di Ibu Kota Jakarta. "Anak saya juga susah, kerja di Tanah Abang Jakarta sana," tutup Dasmono penuh semangat. [bag/rom]
*Kontributor mahasiswa magang Fisip Unirow di blokTuban.com.
Dasmono (70), Kakek Pedagang Celengan
Tak Ingin Bebani Anak, Hingga Tidur di Jalanan
5 Comments
1.230x view