Pasien Jatuh, RSUD: Bukan Jatuh dari Tempat Tidur!

Reporter: Edy Purnomo

blokTuban.com - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. R. Koesma Tuban kembali diterpa isu tidak sedap. Seorang pasien, Siti Rodiyah (22) asal Desa/Kecamatan Plumpang harus meregang nyawa pasca melahirkan diduga setelah jatuh dari tempat tidur di Ruang Observasi.

Baca juga [Ha..! Jatuh dari Tempat Tidur, Pasien RSUD Tuban Meninggal?]

"Bukan jatuh dari tempat tidur dia dirawat," kata Direktur RSUD dr. R. Koesma Tuban, dr. Saiful Hadi, kepada sejumlah wartawan yang melakukan konfirmasi, Senin (15/1/2018).

Dia menjelaskan, pasien menjalani operasi sesar dan selesai sekitar pukul 10.30 Wib. Bayi selamat, dan kesadaran ibunya cukup bagus sehingga dibawa ke ruang Flamboyan untuk observasi.

Keterangan dari rumah sakit, pasien itu dibaringkan di tempat tidur perawatan. Bidan (bukan perawat) yang menjaganya juga mengedukasi pasien agar tidak bergerak dan memencet tombol atau berteriak ketika membutuhkan sesuatu.

"SOP kami memang tidak memperbolehkan keluarga masuk, pasien diminta untuk memencet tombol di bead atau teriak ketika membutuhkan sesuatu," kata Saiful.

Saat itulah, sekitar jam 11.30 Wib, petugas mendengar teriakan pasien minta tolong. Bidan kemudian masuk ke ruangan dan melihat pasien sudah berada 1,5 meter dari tempat dia tidur sambil memegang infus.

"Kami menduga pasien itu turun sendiri dari tempat tidur, kemudian berjalan 1,5 meter tidak kuat dan baru jatuh," kata Saiful.

Bidan dibantu suami pasien langsung mengangkat pasien itu kembali ke tempat tidur. Dia menjelaskan, pasien berdalih ingin ditunggui keluarga ketika ditanya petugas rumah sakit.

"Padahal SOP-nya kan 12 jam baru boleh ditunggui keluarga dan belajar bergerak. Pasien memaksa turun hanya beberapa jam setelah operasi karena ingin ditunggui keluarga," klaim Saiful.

Setelah terjatuh, pasien kemudian kembali dibaringkan ke tempat tidur. Antara jam 12.30 Wib, pasien merasa gelisah dan dilakukan pemeriksaan. Ternyata hemoglobin pasien terus menurun.

"Diperiksa, ternyata ada gumpalan darah di rahim pasien," ujar mantan Kepala Dinas Kesehatan ini menjelaskan.

Operasi kedua kembali dilakukan, untuk mengeluarkan gumpalan darah dan memotong rahim pasien karena ada kelainan. Apabila tidak dioperasi, pasien akan semakin kehilangan banyak darah dan mengancam nyawanya.

Apakah dua operasi besar boleh dilakukan hanya dalam kurun waktu beberapa jam?

"Boleh, karena ini adalah emergency dan mengancam nyawa pasien. Tentu setelah kami mendapat persetujuan keluarga," jelas Saiful.

Meski sudah dioperasi, nyawan pasien tetap tidak tertolong. Jenazah kemudian dibawa ke rumah duka oleh keluarga.

Suami pasien, Sugiyanto (25), dan keluarga kembali mendatangi RSUD hari ini. Mereka meminta rumah sakit bertanggungjawab dan memberikan keterangan secara pasti kepada keluarga pasien.

"Kami sama sekali belum mendapat keterangan dari rumah sakit, hari ini kami datang untuk meminta keterangan dan pertanggungjawaban," jelasnya. [pur/rom]