Selamatkan Kawasan Karst Jadi Grand Desain Wisata (bagian 2)

Reporter: Dwi Rahayu

blokTuban.com - Fokus pengembangan wisata alternatif susur Gua Ngerong, perlu adanya peeningkatan manajemen pengelolaan wisata. Seperti halnya pembentukan kelompok sadar wisata atau pokdarwis.

Berada di kawasan karst atau kumbung pengembangan ikon wisata di Gua Ngerong masih mengandalkan wisata air dan ikan. Pada bagian atas gua selama ini dimanfaatkan warga setempat mengais rezeki dengan menambang batu kumbung.

Seperti diketahui beberapa waktu lalu, talah dilakukan pemetaan Gua Ngerong yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Tuban dengan menggandeng Yayasan Pecinta Alam Acarina Indonesia (YPAAI). Hasil pemetaan menyatakan, kondisi lingkungan sekitar Gua Ngerong harus dibebaskan dari aktivitas tambang yang merugikan.

Baca juga [Susur Gua Ngerong, Wisata Alternatif di Tuban]

"Kedepan kami akan berusaha melibatkan eks penambang dalam kegiatan ini. Tapi kami masih mengkoordinasikan dengan kementerian pariwisata untuk mengagendakan tahun depan agar bisa melatih pemandu ekowisata dan pemandu wisata susur gua," kata pembina YPAAI, M Ali Baharudin kepada blokTuban.com.

Menurut Ali sapaan akrabnya, sudah waktunya masyarakat dikenalkan wisata susur gua. Kendati termasuk wisata minat khusus, sebab itu pelaksanaannya tidak sembarang waktu bisa dilakukan.

"Wisata susur gua hanya kami buka di hari Sabtu dan Minggu, itupun hanya pada malam hari. Mengingat keberadaan jutaan kelelawar di dalam gua dan juga untuk menjaga habitat alami yang ada, sengaja kami membuat batasan," katanya menambahkan.

Secara teknis, lebih lanjut ia menjelaskan, setiap wisatawan yang masuk, akan didampingi oleh satu orang pemandu yang sudah kompeten. Selain itu, team back up yang juga sudah ahli di susur gua.

Perlengkapan safety tidak kalah menjadi prioritas utama. Setiap wisatawan diwajibkan memakai standar safety, mulai dari cover body, helm, sepatu bot, dan head lamp dan susur gua dilakukan dengan menggunakan perahu karet oval standar.

"Biaya cukup murah, mengingat peralatan yang dibutuhkan dan luar biasanya view gua dan pengalaman yang didapatkan. Kalau di Jogja dipatok Rp450 ribu, sedangkan di Gua Ngerong cukup merogoh kocek Rp300 ribu per orang dan masuk 1 paket 8 sampai dengan 10 orang," ujar Ali lantas tersenyum.

Wisata susur gua yang diinisiasi YPAAI bersama pemerintah setempat diklaim memiliki payung hukum di yayasan tersebut. Selain itu, Pemerintah Desa Rengel yang berwenang mengelola wisata Gua Ngerong turut terlibat di dalamnya.

"Memang masih perencanaan jangka panjang dan hal demikian sudah diusulkan di RIPDA," kata salah seorang pejabat Desa Rengel, Taufik.

Tujuan pengembangan wisata susur gua tersebut sejauh ini memperhatikan aspek keberlangsungan lingkungan sekitar Gua Ngerong. Begitu banyak makhluk hidup bergantung dari keberadaan Gua Ngerong, seperti satwa dan manusia, bahkan tanaman para petani.

Susur gua diharapkan mampu menjadi ikon untuk memperkenalkan kawasan karst Tuban dengan potensi wisata di tingkat nasional. Selain itu dapat dijadikan tempat untuk mengadakan pelatihan, penelitian dan pendidikan speleologi, morfologi gua, pemetaan, hidrologi kawasan karst dan lain sebagainya.[dwi/rom]